37. VILLA DI GUNUNG (TAMAT) BAG.AKHIR

263 32 0
                                    

“Ahhhh!!!” teriakku. 

Dan aku kembali ke tempatku berada, Aku sudah duduk di bangku di meja makan dengan Ayano berlutut di sisiku sambil memegang bahuku “Elisa? Hei? Kamu nggak apa?” tanyanya.

“Koko?” panggilku.

“Iya.. kamu nggak apa Lisa? Tadi kamu koko panggil-panggil nggak nyaut” katanya. 

“Aku….” 

‘BRAKKK!!!!’

“Hah?!” 

‘BRAKKKK!!!!’

“Wha…. Apa-apaan?” teriak Ayano.

Aku menengok dan merasakan perasaan bagaikan perutku melilit dan punggungku kehilangan tenaga.

Mahluk itu.. sang mahluk hijau yang kulihat di ‘penglihatan’ku tadi menggedor-gedor jendela dengan ganas sambil menyeringai menakutkan. Lampu dapur berkedip-kedip beriringan dengan mahluk itu menggedor jendela, dan akhirnya mati. Tapi untungnya masih ada lampu dari lorong di belakang dapur, sehingga aku masih bisa melihat mahluk itu dengan jelas.

“Apa yang…” tanya Cindy seraya tergopoh-gopoh masuk ke dapur “AHH!!?” teriaknya sambil jatuh terduduk “APAAN TU?!” Cindy menunjuk ke arah mahluk hijau itu yang sedang menggedor-gedor jendela dengan ganas.

“Cindy!!” panggil Ayano. 

Cindy tidak menyahut, temanku itu malah sibuk bergumam sambil menatap ketakutan pada mahluk di luar. 

“CINDY!!!” teriak Ayano lagi lebih keras.

Cindy terkejut dan menoleh ke Ayano “Ap….. apa??” tanyanya bingung.

“Felix mana?” tanya Ayano pada gadis yang pucat itu. “Masih di atas… nemenin Dewi, belom sadar soalnya” jelas Cindy.

“Oh….” Gumam Ayano, kemudian dia tampak sedang berpikir “Bisa bawa Dewi ama Wati ke bawah aja? Bahaya kalau dia sendirian di atas” kata Ayano lagi “Sorry, gua nggak bisa tinggalin Lisa, lo bisa tolong panggilin dia kan?” lanjut Ayano.

Cindy mengangguk dan segera berlari ke luar.

Kemudian Ayano memegang kedua lenganku dan menatapku dengan serius “Lisa, kamu tau sesuatu tentang mahluk ini?” tanyanya.

“Maksudnya ko?” 

“Entahlah, seperti mahluk apa itu, atau mungkin kelemahannya?” tanyanya lagi.

Aku menatap mahluk di luar yang saat ini sedang menempelkan mukanya di jendela dan mencakar-cakar jendela itu dengan kuku-kukunya.

‘KIHEEEE!!!’ teriak mahluk itu nyaring.

Aku menggeleng. “Aku nggak tau….. maaf….” kataku pelan.

Ayano memeluk kepalaku di dadanya “Nggak apa, sorry koko nanya hal aneh” katanya. Aku mengangguk lemah di dalam dekapannya “Sorry…” bisikku lagi.

“SSsttt… nggak apa Lis” bisik Ayano. Kemudian aku mendengar langkah kaki yang memasuki dapur. “Felix…” bisik Ayano yang kudengar menggema dari dalam dadanya yang menempel pada wajahku. 

Kemudian dia melepaskanku dan seperti biasa, menengahi posisiku dengan jendela. Menjadi penghalang antara ‘mereka’ dan aku. 

Aku melihat Felix dan Cindy memasuki dapur. “Dewi ada di ruangan tengah sama-sama Wati, kita tinggal karena cowok-cowok udah balik sama Diana yang pingsan juga, jadi dua-duanya lagi dirawat di ruang tengah” jelas Cindy yang dijawab oleh anggukan setuju dari Ayano.

“Lix” panggil Ayano kemudian, Felix melihat ke arah jendela dan mengangguk “Ya, gua tau” kata cowok itu “tapi gua nggak tau itu apaan, jadi kita coba aja sebisa gua ya” katanya.

[Horror] Diary - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang