19. SANG "DEWA" JAHAT

434 37 1
                                    

30 Mei 2011 

Diary hari ini aku baru pulang dari rumah omaku di desa.

Sepertinya aku lagi-lagi berurusan dengan ‘mereka’ lagi. 

Tapi aku takut Diary…

Rasa takut yang benar-benar berbeda dari sebelum-sebelumnya…

Bukan berarti aku tidak takut ketika bertemu dengan ‘mereka’ yang lain sebelumnya.

Tapi entahlah… kali ini aku merasa nyawaku terancam.

Aku akan coba menceritakan sebisaku padamu ya..

Jadi kurang lebih tiga hari lalu aku kembali ke kampungku di ********

Sudah sekitar empat tahun aku tidak kembali ke sana. Semuanya jadi terlihat berbeda, semuanya jadi terlihat telah melompati waktu hingga menjadi desa yang jauh lebih modern dari sebelumnya.

Sudah ada plaza kecil yang dibangun di dekat bandara, dan suasananya lebih terlihat bagaikan di perkotaan sekarang.

Tapi sayangnya kampungku bukan di daerah kota itu, namun berjarak 3 jam perjalanan dengan bus ke pedesaan.

Jadi aku menaiki bus yang akan membawaku ke kampung halamanku.

Tiga jam perjalanan tidak terasa karena aku tertidur hampir di seluruh perjalanan. Sepertinya perjalanan dari kost ku di Jakarta sampai ke Bandara saat subuh tadi dan ditambah dengan perjalanan dengan pesawat yang kurang nyaman membuatku sedikit letih.

Akhirnya sampailah aku di kampung halamanku yang tercinta.

Aku segera menuruni bus dan berlari-lari kecil menuju rumah tempat aku tinggal semasa kecil.

Rumah yang sederhana namun selalu apik terawat oleh tangan dingin nenekku.

“Oma!!” aku berseru memanggil nenekku dari luar pagar. 

Ketika aku memasuki ruangan tengah, aku melihat nenekku duduk dengan sesosok nenek berkebaya putih-putih yang duduk di hadapannya. 

Di belakang nenek dengan kebaya putih itu, berdiri sesosok mahluk tinggi besar. Mahluk itu mengenakan baju hitam-hitam dengan beberapa alur-alur emas di pakaiannya yang menyerupai nyala api layaknya seorang bangsawan, rambutnya panjang sepunggung dan putih, serta sangat lebat hingga terlihat mekar dan menutupi sebagian tubuh dan wajahnya tertutup topeng polos. Maksudnya topeng itu benar-benar polos, hanya permukaan putih saja, tanpa adanya lubang untuk mata dan lainnya. Benar-benar hanya permukaan putih polos.

‘Mahluk’ tinggi besar itu mengarahkan wajahnya yang tertutup topeng ke arahku. 

Aku mundur sedikit ke arah pintu masuk. Aura dari ‘mahluk’ itu menakutkanku.

“Lis? Kenapa malah mundur gitu? Kenalin ini teman oma, namanya Oma Eli” kata nenekku.

Nenek berkebaya putih-putih yang sebelumnya kukira adalah salah satu dari ‘mereka’ tersenyum ramah melihatku.

Kemudian dia bangkit dari duduknya dan berjalan ke arahku seraya merangkulku.

“Oh ini yang namanya Elisa ya. Nama kita mirip lho” kata nenek Eli. 

“Iya, salam kenal oma Eli” jawabku.

“Kamu bisa lihat Piyak ya?” tanya nenek Eli sambil menyebutkan nama yang ternyata adalah nama ‘mahluk’ di belakangnya.

Aku menatap nenek Eli, mimik wajahnya nampak seperti sedang menunggu jawabanku. Nenek Eli sedang mengetesku, pikirku. 

Aku menjawab “Ya oma, aku bisa”.

[Horror] Diary - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang