25. SI "DEWA" JAHAT KEMBALI 2

286 33 0
                                    

Aku sempat melihat tangan berwarna hitam pekat keluar menembus dari lantai dan mencengkram pergelangan kakiku.

“AHH!!?” tangan itu menarik kakiku dengan kuat.

“ADUH!!” teriakku ketika punggung dan kepalaku terantuk lantai dengan sedikit keras.

“AHH!!!?” tangan itu masih menarik kakiku dan menyeretku di sepanjang dapur. Kemudian aku merasakan sensasi tarikan keatas pada kakiku, dan sesaat kemudian tubuhku sudah melenting melayang menyebrangi ruangan.

“Ugh!!” aku mendengar suara debum keras ketika punggungku menghantam tembok di seberang ruangan. Bersamaan dengan itu, aku merasakan semua udara dalam paru-paruku mendesak keluar.

“Uhh… Uhh…” desahku kesakitan. Seluruh tubuhku terasa sangat sakit, tulang-tulangku juga terasa sangat nyeri.

“HAHAHAHAHAHAHAHA”

Aku mendengar suara tawa yang keras bergema langsung ke dalam kepalaku.

Aku membuka sedikit mataku, dan aku melihat sosok yang menyerangku.

Si ‘dewa’ jahat yang pernah kutemui di kampungku. Kali ini kedua matanya telah berbentuk sempurna seperti letak mata pada manusia pada umumnya. Tapi sisanya masih tetap sama, dia masih berbentuk bayangan pekat berwarna hitam.

“Lis? Aku denger suara ribut-ribut-oh!?” Robert memasuki dapur.

Robert melihat ke arahku yang sedang bersender di dinding. Kemudian dia melihat ke arah ‘mahluk’ itu lagi dengan pandangan marah.

‘Mahluk’ itu mulai berjalan separuh melayang ke arahku. 

Robert melompat ke antara kami, menghalangi jalur ‘mahluk’ itu ke arahku.

“Pergi!!” teriak Robert.

Tapi seakan Robert tidak pernah berdiri di situ, ‘mahluk’ itu berjalan menembus Robert dan mengarah langsung ke tempatku masih terduduk lemas.

Kemudian ‘dia’ mengangkat tangannya, dan aku merasakan leherku di cengkram oleh suatu tenaga yang tidak tampak. Seakan-akan tangan ‘mahluk’ itu sedang melingkar di leherku.

Aku merasakan kakiku menggelepar-gelepar tanpa daya sementara ‘mahluk’ itu “mencekikku”.

Pandangan mataku mengabur, dan kesadaranku melemah… tapi aku masih bisa melihat samar-samar Robert sedang berteriak-teriak kata-kata yang bagaikan bergema di telingaku dari belakang ‘mahluk’ itu sambil mencoba memukul-mukulkan kepalannya ke tubuh ‘mahluk’ itu dengan sia-sia.

Dari kesadaranku yang semakin hilang, aku melihat Robert mundur beberapa langkah. Kemudian dia mengatupkan kedua tangannya dan memejamkan matanya. Samar-samar aku melihat mulut Robert bergerak dengan cepat sambil dia tetap memejamkan matanya.

Kemudian aku merasakan cekikan ‘mahluk’ itu mengendur sampai akhirnya hilang sama sekali.

Udara masuk memenuhi paru-paruku dengan nyaman. Namun aku masih terasa begitu lemas hingga kesulitan untuk membiarkan mataku tetap terbuka. 

Tapi setidaknya aku bisa mendengar suara teriakan Robert.

Dia meneriakkan doa-doa. Dan sesaat kemudian, aku merasakan kesadaranku menghilang sepenuhnya.

Bangun-bangun aku sudah terbaring pada ranjangku dan di samping tempat tidurku duduk Cindy dan Robert dengan wajah khawatir. 

Di atasku, Kiki melayang-layang dengan raut wajah tidak kalah khawatirnya dengan dua orang di sampingku.

“Kakak…” bisik Kiki.

“Lu udah bangun Lis?” tanya Cindy sambil membantuku untuk duduk.

[Horror] Diary - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang