47. AKHIR SI "DEWA" JAHAT BAG.AKHIR

248 30 0
                                    

Ritual Dimulai

- (Aku akan menceritakan ulang pada saat pelaksaan ritual dengan tidak terlalu mendetail, karena aku tidak menulis diary saat pelaksaan ritual, hanya menulis setelah ritual selesai dan itu tidak menggambarkan hal yang terjadi saat ritual. Karena itu aku akan menuliskannya kembali.)

Aku diminta duduk di lingkaran yang dikelilingi oleh lonceng-lonceng yang diikat pada batang-batang bercat merah yang ditancapkan di tanah. Dengan satu pesan dari nenek Elly “Jangan pernah keluar dari lingkaran”.

Ayano berada di tempat yang memang disediakan untuknya sekitar dua sampai tiga meter di belakangku. Tidak cukup dekat, tapi lumayan untuk membuatku sedikit merasa aman. Karena , entah mengapa ‘dewa jahat’ itu tidak mau mendekatiku kalau ada Ayano di dekatku. Jadi, biasanya dia akan berusaha memisahkan dulu kami berdua. 

Dan sekarang tidak ada dinding, pohon atau apapun yang berada di lapangan luas ini. Ayano bisa langsung melihat ke arahku dan aku berpikir, kalau sampai terjadi apa-apa, dia akan bisa langsung berlari ke sisiku. 

Terdengar egois ya? Tapi aku benar-benar dalam kondisi panik dan takut sekarang.. membayangkan kalau aku harus berhadap-hadapan dengan si ‘dewa jahat’ itu lagi…

‘CRINGG!!’

Aku dikagetkan dengan bunyi krincingan lonceng yang ternyata berasal dari untaian ratusan lonceng di tongkat yang dipegang oleh nenek Elly.

Bersama dengan bunyi lonceng itu, puluhan ‘pendeta wanita’ yang berpakaian sama dengan nenek Elly, yaitu kebaya putih bersih. Yang membedakan adalah selendang hijau yang dikenakan oleh nenek Elly.

Lalu mereka mulai menari.

Tarian mereka begitu indah dan menawan. Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari gerakan-gerakan gemulai para penari yang mengelilingi nenek Elly, dan gerakan nenek Elly sendiri yang begitu luwes dan menghipnotis. Tidak nampak kalau beliau sudah berumur lebih dari delapan puluh tahun.

‘cringg..cringg…cringg…cringg…’ bunyi lonceng yang dipegang oleh para penari berbunyi nyaring dan berirama. Seakan mengikuti irama tarian mereka.

Kemudian beberapa puluh wanita lainnya, yang juga mengenakan kebaya putih-putih berlari memasuki lapangan yang dipenuhi dengan tarian tersebut. Namun mereka tidak mengenakan lonceng dan tidak membawa satupun lonceng. Sebagai gantinya, mereka membawa semacam tempat yang dianyam dari bamboo yang berbentuk seperti wadah. Besarnya hampir sebesar gendongan jamu. 

Para wanita yang membawa wadah itu kemudian berbalik ke arahku dan mulai berlarian membentuk barisan yang memanjang dari tempat nenek Elly menari sampai ke tempatku duduk di tengah lingkaran.

Kemudian mereka menyebarkan kelopak-kelopak bunga yang sangat banyak jumlahnya dan berwarna warni. Mereka menyebarkan kelopak bunga sampai terbentuk semacam karpet bunga yang berwarna-warni. Menutupi jalur yang terbentang dari tempatku sampai tempat barisan penari dan nenek Elly berada.

Lalu, para wanita yang menyebarkan bunga bergabung dengan semua barisan penari lainnya dan membentuk barisan rapi di sebelah kiri dan kanan nenek Elly yang kini sudah duduk bersila tepat tegak lurus berhadapan denganku.

‘CRRIIIRIRIRIRIRIRIRIRIRIRIRIRIRIIIIINGG!!!!!!’

Tiba-tiba seluruh lonceng yang mengelilingiku bergetar kencang begitu kencang seakan hampir membuat lonceng yang berjumlah ratusan itu seperti hampir lepas dari tempatnya diikat. 

“Ahhhh!!!” aku berteriak sambil menutup telingaku karena bunyi lonceng yang Cumiakkan telinga itu. 

Dengan mata setengah tertutup, aku melihat barisan nenek Elly juga menggoyang-goyangkan lonceng yang dipegangnya dengan berirama. Sehingga seluruh lapangan itu dipenuhi dengan bunyi lonceng.

[Horror] Diary - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang