Ponsel Kiara berdering kuat pagi itu. Senyumnya mengembang ketika melihat siapa yang meneleponnya. 'Papa Argen'
"Halo Pa?"
'Halo Kiara, Papa ganggu gak?' tanya Argen "Enggak Pa, hari ini kan weekend jadi aku gak sibuk nyiapin perlengkapan Vero ke kantor."
'Syukur deh, Vero udah bangun?'
"Ini masih tidur, tadi malem sibuk main game sampe malem banget."
'Kebiasaan itu! Oh iya nanti bisa ke rumah gak?'
"Eum, kayaknya bisa Pa nanti aku tanyain Vero."
'Bukan Vero doang, kamu juga.'
"Oh okee."
'Yaudah ditunggu ya.'
Begitu Kiara menutup ponselnya, ia tersentak begitu melihat Vero sudah terbangun dengan wajah kusut yang tengah menatapnya. "Kenapa liatnya gitu sih?" tanya Kiara kembali merebahkan tubuhnya diatas kasur. Dengan suara serak Vero menjawab, "Cium." Kiara mendengus, "Sana sikat gigi, cuci muka dulu baru boleh cium."
Vero menggeliat malas, memilih untuk tetap di kasur dan memeluk Kiara. "Tadi Papa Argen nelpon." Ujar Kiara sambil mengusap punggung Vero. "Ngapain?" "Ya nanyain anaknya lah!" Vero berdecak lalu kembali memejamkan matanya. "Kita disuruh ke sana," lanjut Kiara. "Males ih, pasti Papa mau ngomongin soal kerjaan aku kemarin yang gagal itu." Tolak Vero.
"Heh, kalo disuruh sama orangtua itu nurut! Pokoknya nanti siang kita kesana." Vero merengek mendengarnya. "Gak usah banyak alesan, katanya kangen Mama Vana." Vero langsung mengangguk mendengar nama Mama Tiri-nya disebut, ya Rivana adalah ibu sambungnya. Bukan Ibu kandung seperti yang kebanyakan orang pikir. Ibu kandung Vero entah pergi kemana ketika Vero umur 9 tahun, meninggalkan ayahnya dan dirinya di tengah keterpurukan bisnis keluarga. Tapi untungnya Vero mendapatkan Rivana ketika umurnya menginjak 12 tahun, wanita itu menyayanginya dan tak pernah berbuat kasar sedikitpun. Sikap manja Vero muncul sejak ada Rivana, laki-laki itu jadi penuh kasih sayang setelahnya.
>>
Pukul dua siang, Vero dan Kiara sudah tiba di rumah besar milik Argen. Dengan semangat Vero berjalan menggandeng tangan Kiara masuk ke dalam rumah. "Mama! Vero pulang!" suara Vero menggelegar begitu kuat saat ia membuka pintu. "Sayang!" terlihat Rivana berlari kecil menghampiri Vero dan Kiara.
Wanita paruh baya itu memeluk Vero erat lalu memeluk Kiara sesudahnya. "Kalian ini kalau gak di suruh gak mau kesini apa? Kamu gak kasian Mama Papa udah tua malah kesepian di rumah segede ini hah? "
"Vero nih ma, kalo diajakin selalu males." Ujar Kiara sambil merangkul lengan Rivana. "Bohong Ma, dia.." "Udah heh! Mama tau mana yang bener ya!" Kiara terkekeh mendengarnya dan membiarkan Rivana membawanya ke dapur untuk mencicipi masakan wanita paruh baya itu.
Sedangkan Vero pergi menuju ruang kerja Argen lebih dulu. "Papa?" panggilnya ketik membuka pintu. "Oh? Udah dateng ternyata, sini duduk." Ujar Argen menepuk sisi sofa yang kosong di sampingnya. Tanpa diminta dua kali Vero langsung duduk lalu memeluk Argen. "Papa mau marahin aku ya?" tanya Vero melihat tablet di tangan Argen yang menampilkan surat penolakan kerja sama dari hasil pekerjaan Vero beberapa waktu lalu. "Enggak, tapi Papa mau tau alasan kamu kenapa malah buat rusuh waktu rapat."
Vero menggaruk tengkuknya lalu menjawab, "jadi gini loh Pa, di lirik aja udah keliatan Pa kalau mereka itu banyak yang suka korupsi. Dari muka nya aja aku udah gak suka jadi yaudah sekalian aja gagalin, daripada kerja sama jadi sering ketemu, males aku." Argen tertawa lalu mengusap pundak Vero. "Ternyata anak Papa sudah pintar ya masalah begini. Hebat." Vero berdecak mendengarnya, "Aku ini udah nikah pa! Jangan liat aku kayak masih kecil!"
"Hm, terserah kamu aja." Ujar Argen kembali menatap tabletnya. "Papa," panggil Vero lagi. "Apa?" sahut Argen tetap fokus kepada tabletnya. "Aku pengen beli rumah baru boleh gak?" tanya Vero. Argen langsung menoleh, menatap Vero penuh semangat. "Boleh dong! Justru Papa bangga kalau kamu udah mampu beliin istri kamu rumah sendiri!"
"Bukan Vero yang beliin tapi Papa, Vero minta Papa yang bayarin. Boleh ya?" Argen langsung menoyor Vero setelahnya, "Yang bener aja kamu! Gak pokoknya cari uang sendiri!" Vero mendengus lalu menyandarkan tubuhnya di sofa itu dengan kepala mendongak ke langit-langit ruangan berwarna navy itu.
"Vero udah nabung Pa, udah banyak. Tapi Vero mau beliin Kiara rumah yang gedeeee banget jadi uangnya belum cukup. Terus Vero mau bawa Kiara honeymoon tapi kalau uangnya dipake, beli rumahnya diundur lagi dong," gumam Vero yang kali ini mendapat atensi penuh dari Argen.
"Tadi pagi Vero gak sengaja denger sama liat Kiara buka-buka situs liburan gitu buat honeymoon jadi makin ragu Pa, tapi dari sebelum nikah Kiara selalu bilang pengen punya rumah hasil kerja kita berdua. Intinya aku pusing." lanjut Vero.
Argen tersenyum lembut, "Hebat ya kalian, Papa respect karena Kiara bisa ngerubah kamu yang boros jadi seragu ini buat habisin uang." Vero langsung menoleh, "Iya ya? Kok aku jadi gak boros lagi."
><
My Spoiled Husband
Tadinya mau ngepublish hari minggu, tapi akug gabut jd publish aja deh😂😭🙄