32. Pulang

12.9K 708 9
                                    

Empat hari setelah pertemuan dengan Vero, Kiara mendapat kabar dari Rendy kalau suaminya itu sudah pulang ke Jakarta dua hari yang lalu. Kata Rendy, Vero mendadak dipaksa pulang oleh pekerjaan di kantornya yang sudah terbengkalai setengah bulan itu.

Sebenarnya sejak pertemuan itu Kiara dan Vero tidak saling berkomunikasi, benar-benar selesai saat Vero mengantarnya ke depan rumah setelah itu tidak ada lagi. Kiara paham, Vero mulai mengerti situasi kalau ia tidak mau diganggu.

Pagi itu Kiara dan Chelsea sudah berada di bandara, senyum si kecil tak pernah hilang sejak bangun tidur. Bersemangat karena akan pulang bertemu Vero dan grandma katanya. Keduanya sudah check-in dan tinggal masuk ke pesawat.

Tapi mereka sedang menunggu Rendy, pria itu yang telah membantu mereka selama lebih dari satu bulan di amsterdam jadi tidak mungkin mereka pergi begitu saja sebelum berpamitan dengan laki-laki itu. Awalnya Kiara sudah berpamitan lewat chat ketika check in setengah jam yang lalu, namun Rendy langsung mengoceh panjang lebar dan memaksa Kiara untuk menunggunya sebentar.

"Aunty, itu uncel Rendy!" ujar Chelsea menyadari kedatangan Rendy. "Astaga kenapa mendadak sih Ki? Ngabarin geh udah check in, gila lo ya?" oceh Rendy begitu tiba di hadapan mereka dan langsung membawa Chelsea ke gendongannya.

Kiara tersenyum kecil, "Maaf ya kak, aku bakal ikutin omongan kakak. Bayi ini prioritas untuk sekarang, setelahnya bisa dipikirin seiring berjalannya waktu." Rendy mengangguk lalu mengusak puncak kepala Kiara,

"Bagus, tapi inget ya kalau memang lo nyerah sama Vero selesaiin baik-baik. Jangan gegabah dan kehasut omongan orang, gue tau lo yang paling tersakiti disini tapi tahta lo lebih tinggi Ki, jangan biarin cewek itu rebut Vero. Lo liat kan gimana Vero berusaha perjuangin lo lagi? Dia udah berubah, gue liat itu dengan mata kepala gue sendiri."

"Makasih ya kak selama ini udah bantu kita, udah mau di repotin terus. Omongan kakak selalu bikin aku sadar dan ngerti sama apa yang harus aku lakuin." Ucap Kiara.

Rendy tersenyum lalu mengangguk lagi, "Take care ya kalian, gue bakal ada terus kalau kalian butuh. Kapanpun itu, hati-hati ya." Rendy bergerak maju, memeluk tubuh Kiara dan Chelsea.

"Ayo Chels pamitan sama Uncle," Chelsea menurut, ia memeluk erat leher Rendy dan mencium pipi pria itu. "Sayang uncle," ucapnya membuat Kiara dan Rendy tertawa bersamaan.

>>

Belasan jam di pesawat membuat Kiara merasa pusing setelah menginjakkan kaki di Jakarta. Tubuhnya sangat lelah namun bersamaan dengan itu ia senang bisa kembali merasakan hangatnya kota kelahirannya itu. Sedangkan Chelsea terlihat bersemangat dan tidak lelah sedikitpun, ia sedari tadi berceloteh panjang betapa ia merindukan Vero.

Mobil taxi berwarna putih itu berhenti tepat di depan rumah minimalis dengan ukuran pagar yang sangat besar tertutup rapat. Sudah hampir tengah malam sebenarnya jadi lingkungan sekitar terlihat semakin sepi. Kiara juga tidak mengabari siapapun kalau ia akan pulang.

Setelah membayar sejumlah uang kepada sopir taxi yang membantunya menurunkan koper, Kiara menggandeng Chelsea yang juga menggeret koper dengan ukuran kecilnya.

Langkah Kiara terhenti di depan pos tempat satpam pribadi rumah orangtuanya itu, "Malam Pak Asep." salam Kiara ketika mendapati Pak Asep, si satpam tengah menonton televisi dengan segelas kopi di tangan kanannya.

"Non Kiara?!" terlihat jelas kalau pria tua itu terkejut melihat Kiara yang sudah tidak pulang lumayan lama. Cepat-cepat ia membukakan gerbang membiarkan Kiara dan Chelsea masuk.

"Sehat Non? Udah makan? Mau Pak Asep beliin apa diluar? Oh iya nanti Pak Asep beliin pengharum ruangan ya biar Non Kiara nyaman di rumah." Kiara tersenyum, tahu kalau Pak Asep tengah mengkhawatirkannya. Pasti ia sudah mendengar kabar tentang pertengkarannya dengan Vero.

"Iya Pak, saya sehat, gak usah beliin apa-apa pak makasih ya." Setelahnya Kiara kembali berjalan menuju pintu rumahnya, menuntun Chelsea yang terlihat mulai mengantuk.

Kiara mengetuk pintu beberapa kali, sedikit berdegup karena takut Mama nya marah padanya. Ketika pintu terbuka suara yang familiar di telinga membuat Kiara tersenyum, "Kiara?"

"Mama, Kiara pulang." Ucap Kiara

Secepat kilat Maria yang sudah berbalut piyama mendekati putrinya, memeluk erat-erat tubuh ringkih yang bersikap sok kuat itu.

"Kamu ini! Dasar anak nakal, Mama khawatir tau gak? Kasihan Vero! Hampir setiap hari dia kesini cuma buat minta makan sama Mama karena gak bisa makan makanan luar terus Mamanya dia gak mau bukain pintu buat dia!" oceh Maria seraya mereka berjalan masuk ke dalam. Chelsea yang sudah mengantuk langsung berlari keatas sofa dan terlelap disana.

"Sana samperin, Vero lagi tidur di kamar kamu habis pulang kerja. Mana tadi marah-marah ke mama pula, nungguin kamu gak pulang-pulang katanya." lanjut Maria sambil menggendong Chelsea membawanya ke kamarnya, kamar utama. Lumayan ada yang menemani tidur karena sang suami tengah dinas di luar kota.

Kiara melemas, maksudnya kesini kan untuk menghindari Vero bukannya malah bertemu dengannya.

"Sana Kiara! Sekalian istirahat, obrolin juga baik-baik suruh pulang. Mama udah gak kuat liat Vero setiap hari kayak orang gila."

Jelas sekali dari situasi ini Maria tidak akan menyetujui jika ia akan menceraikan Vero. Ah wajar saja, Maria lebih sayang Vero daripada dirinya.

"Kiara Amanda! Sana masuk, atau Mama tendang kamu dari rumah ini," ucap Maria kembali muncul setelah menidurkan Chelsea. Kiara melirik Maria dengan sengit lalu menghempaskan tas bahunya ke sofa beserta sepatunya ia letakkan begitu saja.

"Dasar ibu-ibu!" sindir Kiara sambil naik undakan tangga menuju kamar.

"Ke kamar kamu Kiara, bukan ke kamar Alvin!" ujar Maria yang ternyata berada tepat di tangga paling bawah memperhatikan Kiara yang diam-diam meraih daun pintu kamar milik Alvin. Kiara mendengus, bermodal putus asa dan ketegaran ia berjalan ke sisi lainnya. Tepatnya kamarnya.

Baru saja ia hendak membuka pintu, eh pintu itu sudah terbuka dengan sendirinya. Tidak. Bukan terbuka sendiri melainkan Vero yang muncul dengan wajah khas bangun tidur terpampang di hadapan Kiara. Mata pria itu masih terpejam dan belum menyadari kalau Kiara ada di depannya.

Jantung Kiara berdegup kencang, ia reflek berjalan minggir ketika Vero melangkah maju ke pagar yang melingkari lantai dua. Kepalanya menjulur ke depan membuat Kiara sedikit terkejut.

"Mah? Kenapa berisik?" ujar Vero dengan suara serak yang sudah pasti tidak akan terdengar oleh Maria di lantai bawah.

Tak mendapat sahutan, Vero membalik badannya kembali berjalan ke arah pintu kamar Kiara sambil menggaruk-garuk lehernya. Namun matanya yang sedikit terbuka itu mendadak melebar kala menyadari keberadaan seseorang di sisi pintu. Matanya mengerjap beberapa kali dan tubuhnya terlihat kaku.

"Kiara?"

><
My Spoiled Husband

My Spoiled Husband [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang