16. Curiga

17.7K 933 19
                                    

Kiara berdiri di teras rumahnya dengan khawatir, sudah hampir satu jam Vero tak kunjung kembali padahal hanya ke supermarket yang tak jauh dari rumah. "Kemana sih dia? Pake bawa mobil segala." gumam Kiara.

Hampir 15 menit ia mondar-mandir di sana, mobil Vero muncul masuk ke garasi. "Kamu darimana? Lama banget." tanya Kiara sambil meraih kantong plastik yang dibawa Vero. "Aku tadi beli minum sebentar mampir di cafe sana." jawab Vero, ia tidak berbohong hanya saja tidak bilang jika dia bertemu seseorang (tidak sengaja kan?).

"Kok aku gak di bungkusin?" Vero tersenyum lalu langsung berlari masuk ke dalam rumah. "Vero!!"

>>

Kiara menatap Vero dengan heran begitu melihat suaminya itu sibuk sekali dengan ponselnya sejak pulang dari supermarket. Biasanya Vero akan membantunya melipat handuk atau sekedar mengganggunya. Tapi lihat pria itu hanya diam di sana dengan senyum lebar padahal hanya menatap layar ponselnya.

"Vero? Kamu ngapain?" tanya Kiara menghentikan kegiatannya dan memilih untuk mendekati Vero. Tidak bodoh, Kiara tahu jari-jari Vero mendadak bergerak cepat ketika ia mendekat. "Liat apa kamu? Kok senyum-senyum?"

"Kepo banget sih sayang, biasanya juga seneng kalo aku gak ganggu." Ujar Vero menahan Kiara merebut ponselnya. "Well, aku liat ini pertama kalinya kamu senyum-senyum lama ngeliat hp! Gamungkin kamu main game, tunjukkin ke aku!" paksa Kiara.

"Nih aku nonton video kucing! Liat!" Vero melempar ponselnya ke tengah kasur dengan kesal begitu Kiara menarik-narik tangannya. "Kok dilempar sih? Kalo gak mau ngeliatin yaudah!" Kiara kembali duduk di sofa namun kali ini membelakangi Vero.

Entah kenapa ia sangat sensitif dan perasaannya tidak enak. Tidak biasanya tapi kali ini ia ingin menangis, serius.

"Marah-marah terus!" decak Vero meninggalkan kamar. Mendadak rasannya seperti tertohok. Kiara tidak tahu benar-benar tidak tahu kalau ia sudah menangis sekarang. Emosinya mendadak memuncak. Perutnya terasa melilit sekali.

Kiara membeku begitu merasa pusing, tangannya berpegang erat dengan sandaran sofa. "Vero! Vero!" pekik Kiara. Ternyata tidak sempat, tubuhnya mendadak terbaring di lantai. Wanita itu pingsan begitu saja. Vero yang berada di ruang keluarga hanya melirik sekilas dan melanjutkan memainkan ponselnya. "Dasar berisik."

"Mas Vero? Non Kiara dimana? Tadi minta dibikinin air hangat ini udah bibi bawain." Ujar Bi Mila dengan membawa segelas air hangat diatas nampan. Vero menghela napas, "Aku aja yang bawain bi." Sahut Vero.

Begitu masuk ke kamar, Vero langsung menjatuhkan nampannya melihat Kiara yang terbaring pucat dilantai dengan handuk di tangannya. "Kiara!! Bibi!! Ini Kiara pingsan!!" pekik Vero yang membuat Bi Mila yang masih berjalan di tangga langsung berbalik dan berlari ke kamar.

Vero mengangkat tubuh Kiara keatas kasur dengan panik. Pikirannya mendadak kalut melihat Kiara terlihat seperti ini. Ah ini pasti karena ulahnya. "Dibawa ke rumah sakit aja mas." Ujar Bi Mila tak kalah panik. "Yaudah ayo."

Baru saja akan diangkat lagi, Kiara yang setengah tersadar mendorong Vero. "Gausah, aku gapapa." Vero terkejut dan langsung menarik Kiara untuk menatapnya. "Kamu gapapa sayang? Kamu sakit? mendingan kita ke rumah sakit aja, daripada kamu kenapa-napa!" ujar Vero dengan tangan yang gemetar.

Kiara menggeleng, "Aku cuma pusing." Wanita itu mengubah posisinya membelakangi Vero dan Bi Mila. Memilih untuk memejamkan matanya.

"Kalo sakit bilang sayang, aku takut." gumam Vero.

>>

Vero mengacak rambutnya dengan bingung. Kiara mengabaikannya. Sama sekali tidak bicara dengannya setelah istrinya itu bilang hanya pusing. Ia tidak berani menyela sedikitpun melihat wajah pucat Kiara. Yang ia lakukan hanya menatap punggung Kiara sambil sesekali menunduk.

Bi Mila juga sudah pulang siang tadi, membuat Vero semakin bingung untuk bicara dengan Kiara.

Sekitar lima menit Vero berdiri di depan pintu kamar mandi, akhirnya Kiara keluar. Wajahnya masih pucat namun kelihatan sedikit lebih segar karena habis mencuci wajahnya. "Ngapain?" tanya Kiara dengan wajah datar. "Nungguin kamu." Jawab Vero. Kiara menghela napas lalu mengangguk.

"Aku tidur duluan ya Ver, kamu matiin lampu tengah sama lampu dapur dulu baru tidur ya." Ujar Kiara yang langsung di iyakan oleh Vero.

>>
Vero kembali masuk ke dalam kamar setelah melakukan apa yang diperintahkan Kiara. Matanya menatap bingung kearah Kiara yang belum tertidur dan memegang ponsel milik Vero. "Ini siapa Vero?" tanya Kiara sambil terus meng-scroll layar yang berisi kolom chat Vero dengan seseorang yang namanya disamarkan.

"Kalo cewe aku marah Ver, beneran marah sama kamu." Kali ini Kiara menatap Vero dengan tajam. "Enggak, bukan siapa-siapa." Kiara langsung berdiri mendekati Vero. "Kamu pikir aku bodoh bisa dibohongin? Liat ini bahasa kamu liat!" tanpa diduga tiba-tiba Kiara menarik rambut Vero, menjambaknya sambil terus menyumpahinya.

"Sayang maaf!! Lepasin! Aku gak ulangin lagi!! Aku khilaf." Kiara melepasnya lalu menghela napas, "Kamu udah ada niatan nyelingkuhin aku hah?! Kalo mau kamu gitu mending kita pisah aja!" Vero menggeleng panik, "Enggak! Kamu tetep sama aku! Gak ada pisah-pisah!"

Kiara melempar ponsel Vero ke lantai lalu melipat tangannya di depan dada, "Heran aku sama kamu Ver, masih kayak anak kecil tau gak!"

Ah tidak, Kiara keluar dari kamar. Sepertinya malam ini Vero harus tidur sendiri.

Vero menghela napasnya, merasa bodoh telah menghubungi Angel. Sial. Seharusnya ia tidak tergoda walaupun Angel adalah sosok yang sangat ia rindukan.

Vero tersentak begitu melihat Kiara kembali masuk ke kamar, "Awas kamu ya, sampe kamu ngehubungin cewek itu lagi aku bakal pergi ninggalin kamu! Inget! Aku gak main-main!" Vero mengangguk dalam tak berani menghentikan Kiara yang kembali keluar setelah mengambil ponselnya.

><
My Spoiled Husband

My Spoiled Husband [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang