25. Pergi

17.3K 892 68
                                    

Vero tertawa kecil ditengah candaannya dengan Angel. Sudah dua minggu hubungannya dengan Angel kelewat harmonis sedangkan hubungannya dengan Kiara masih diambang yang tidak memiliki kepastian.

Entah apa yang membuat Vero tidak memiliki niat sedikitpun untuk memperbaiki hubungannya dengan Kiara. Intinya kini pria manja, ah bukan lagi pria manja itu sibuk bermesraan dengan Angel di ruang kerja kantornya. Berani sekali bukan?

Tiga hari setelah tangisan Kiara waktu itu Vero frustasi hebat sampai tidak bisa makan. Tapi lihat sekarang, ia sudah melupakannya dalam sekejap setelah pelukan Angel datang. Wanita penghasut itu benar-benar mendapatkan Vero saat ini.

"Vero itu hp kamu bunyi." ujar Angel menunjuk ponsel Vera yang diletakkan di meja kerja besar ruangan itu.

Vero yang sedang merebahkan kepalanya di paha Angel langsung bangun dan pergi mengambil ponselnya. Mendadak ada rasa berdenyut kencang yang muncul di dadanya. Kiara meneleponnya.

"Siapa Ver?" tanya Angel memperhatikan ekspresi Vero yang nampak gusar. Pria itu tersadar, tanpa sengaja menekan tombol menolak. "Ah, bukan siapa-siapa." ujarnya setelah menyadari kalau deringan itu berhenti.

Dalam hati ia merutuki keadaan itu. la tau, Kiara meneleponnya pasti untuk meminta ia datang dan memohon kan.

Ah ia tidak mau.

Saat ini ia akan memikirkan perasaan Angel dulu.

>>

Dilain sisi Kiara merasakan sakit luar biasa, Vero menolaknya? Wah sangat tidak terduga. Padahal kalau Vero mengangkatnya Kiara mungkin akan membatalkan rencananya. Tapi ternyata Vero menolak.

Ya, mungkin Vero sudah mendapatkan jawabannya.

la berjalan lunglai memasuki rumah kepunyaan Vero itu. Tanpa basa-basi menuju kamar, mengambil koper lalu memasukkan semua pakaiannya yang berada di lemari ke koper besar berwarna silver itu.

Pikirannya benar benar kacau, tidak sanggup melihat reka ulang sikap manis Vero yang selalu melayang layang di otaknya.

"Non Kiara?"

Kiara berusaha tersenyum melihat Bi Mila yang datang membawa vacuum cleaner beserta semprotan di tangannya. Wanita paruh baya itu memasang wajan khawatir.

"Non kemana aja? Bibi teh bingung Non gak pernah pulang terus gak ngabarin. Mas Vero juga ditanya selalu gak jawab. Berantem ya Non?" tanya Bi Mila panjang lebar.

"Aku di rumah Mami Bi, jagain rumah soalnya Mami sama Papa pergi ke luar kota." jawab Kiara seadanya, la tidak berbohong tenang saja.

"Oh gitu ya Non, Mas Vero seminggu gak pulang berarti ikut Non juga ya?"

Kiara tertohok, tidak menyangka Bi Mila akan mengatakan kalimat seperti itu.

"Ah iya bi," kali ini ia berbohong.

"Oh iya bi, aku gak di rumah kayaknya lama deh. Jadi nanti aku catetin aja ya apa aja keperluan sehari hari. Rumah Mami kan jauh jadi kemungkinan Vero gak selalu kesana. Nanti aku catetin juga keperluan Vero semuanya."

"Siap Non." ujar Bi Mila lalu pergi keluar.

Nafas Kiara tercekat setelah Bi Mila sudah tak terlihat lagi. Tangisan itu kembali keluar. Brengsek. Bagaimana bisa suaminya Itu berubah hanya dengan melihat satu orang wanita seperti Angel? Apa? Tidak pulang? Gila, Keterlaluan.

Cepat-cepat Kiara memasukkan semua barangnya, menambahkan satu koper lagi lalu menulis beberapa catatan untuk Bi Mila. Dan terakhir ia menuliskan pesan untuk Vero beserta ponselnya yang ia tinggalkan begitu saja diatas meja riasnya.

"Sudah mau pergi lagi Non? Gak mau makan dulu?" Kiara menggeleng sambil menyerahkan kertas catatannya. "Ini ya bi, semuanya udah saya tulis gak akan ada yang kurang. Oh iya, kalau Vero minta stok minuman jangan dikasih ya bi.

"Banyak banget Non bawaannya ?" ujar Bi Mila setelah Kiara memasukkan koper kedalam mobil yang ia bawa dari rumah orangtuanya. "lya Bi, soalnya kan mau lama." Bi Mila mengangguk paham.

Membiarkan Kiara masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan rumah itu.

>>

Sudah hampir setengah jam, Bi Mila mendadak terbesit. la mendadak merasa kelakuan Kiara tadi sangat janggal.

Dengan terburu-buru Bi Mila berlari memasuki kamar Vero dan Kiara, masuk ke dalam walking closet milik keduanya.

Bi Mila menganga dibuatnya, lemari besar yang memenuhi sebagian lorong itu mendadak tidak berpenghuni. Semua pakaian cantik milik Kiara tidak ada. Firasatnya berkata buruk. la berjalan menuju meja rias sang majikan.

Kembali dibuat terkejut hanya dengan melihat kata maaf di awal surat itu. Cepat-cepat ia menelepon Vero. Berusaha memastikan sekali lagi kalau Kiara tidak mungkin pergi.

"Halo Bi?"

"Mas! Non Kiara pergi!"

Hanya dengan itu, suara panggilan terputus.

Pria tinggi itu meninggalkan kantornya begitu saja. Melajukan mobil mewahnya menuju rumah.

><
My Spoiled Husband

My Spoiled Husband [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang