23. Sayang?

15.3K 867 29
                                    

Kiara tidak pulang. Semalaman Vero mencari, mengelilingi Jakarta tanpa lelah demi bertemu Kiara. Namun nihil, ia tidak bisa menemukan istrinya itu. Sang pemilik restoran sudah ia tanya namun wanita itu mengaku dan bicara jujur kalau Kiara langsung pergi setelah ia berusaha menenangkannya.

Hari mulai terang dan ia gagal.

>>

Di lain tempat Kiara terbangun, ia tidur di dalam mobilnya yang ia parkirkan di perpustakaan kampusnya dulu. Awalnya ingin menenangkan diri di tempat yang hening tapi ia malah tertidur.
Tenang saja Kiara tidak menangis, sama sekali tidak. Ia tahu yang menangis pasti Vero, dan itu benar adanya.

Kiara meregangkan tubuhnya sebentar lalu keluar dari mobilnya dengan membawa ponsel serta tasnya. Ia sempat memeriksa ponselnya dan mendapati puluhan pesan dan telepon dari Vero. Namun dengan cepat ia mematikan ponselnya, tak mau memikirkan Vero dulu untuk saat ini.

Matanya menatap ke langit lalu menghela napas. Terdiam beberapa saat lalu melirik mobilnya sekilas, mobil hadiah dari Vero. Tanpa minat sedikitpun untuk kembali masuk ke dalam, ia biarkan mobil itu disana. Memilih untuk berjalan kaki dan pergi tanpa arah.

Senyumnya mengembang melihat halte bus, dengan cepat ia duduk disana menunggu bus datang.

"Kiara?"

"Loh, Kak Rendy?" Kiara langsung mendekati pria tampan yang merupakan kakak tingkatnya itu. "Lo ngapain disini?" tanya Rendy.

Kiara mengangguk, "Tadi habis dari perpustakaan kak," alibinya. "Gak bawa mobil?" kali ini Kiara menggeleng dan membuat keheningan menghampiri keduanya.

"Ekhem, kakak ngapain disini? Kan masih pagi."

"Gue? Gue ada urusan sama dosen, dia minta gue ngambilin dokumennya di kantor terus disuruh nganterin ke rumahnya. Ya gue sebagai asdos mah nurut aja, hehe." jelas Rendy yang membuat Kiara terkekeh melihat senyum dan lesung pipi pria itu karena tertawa.

Tak lama sebuah bus berwarna biru muncul dan berhenti tepat di depan mereka. "Duluan ya kak," ucap Kiara. Rendy terdiam beberapa saatu lalu dengan cepat berlari masuk ke dalam bus menyusul Kiara.

Keduanya duduk bersampingan di bus yang masih sepi itu. Berbincang sedikit dan beberapa kali tertawa.

"Oh iya, gue denger-denger dari anak kampus lo udah nikah ya?" Kiara mengangguk samar sedikit kesal karena kembali mengingat kejadian semalam. "Iya kak, sama Vero." jawab Kiara sambil menatap cincin yang melingkar di jari manisnya. "Hah? Maksud lo Milano? Anak Manajemen yang sering godain lo di kantin?" Kiara kembali mengangguk.

"Serius lo? Wah bisa-bisanya gue gak diundang sama bocah itu. Gue kira lo sama si Bembi soalnya lo kayaknya berdua mulu sama dia." Kiara menghela napas, kenapa sih harus sebut Bembi? Pria menyebalkan yang selalu mengikutinya kemana-mana.

Rendy tersenyum melihat wajah masam Kiara, sadar kalau wanita cantik yang pernah membuat ia jatuh hati itu tengah berada dalam kondisi buruk. Tapi ia memilih diam tak mau membahasnya.

"Kak aku turun duluan ya, bye." ujar Kiara bersamaan dengan bus yang berhenti di sebuah halte. Tujuannya bukan disini, Kiara hanya tidak terlalu nyaman untuk berlama-lama dengan Rendu apalagi dengan obrolan seperti itu.

Ah rumah orangtua nya sudah dekat, seharusnya dengan naik bus bisa lebih dekat, tapi kenapa ia malah disini? Berjalan tidak jelas menelusuri trotoar dengan langkah lunglai.

My Spoiled Husband [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang