34. Jadi Ayah?

14.5K 876 121
                                    

Ruang keluarga rumah kini dalam kondisi hening. Kiara dan Vero duduk di hadapan kedua pasang orangtua mereka sambil menunduk.

Setelah tahu Kiara sudah kembali dari Belanda dari Maria, mereka semua langsung heboh. Ingin menghampiri saat itu juga tapi dibatalkan saat tahu Vero tengah sakit.

Akhirnya hari ini mereka semua berkumpul, begitu juga dengan Geral yang langsung kembali dari luar kota untuk menemui sang putri yang tidak pulang satu bulan lamanya itu.

“Vero, Mama kali ini ngomong serius. Kalau memang gak bisa jaga Kiara, Mama bakal ambil jalan terbaik. Kamu ini harus dikasih pelajaran.” ujar Rivana membuka mulutnya. Matanya tak berhenti menatap tajam kearah putranya yang sibuk menunduk memainkan jari.

“Alasan kamu mau didekati wanita lain padahal sudah beristri itu apa?” tanya Geral membuat Vero sedikit tersentak, bukannya apa tapi ia lumayan takut dengan Geral apalagi mertuanya itu adalah mantan TNI yang kini menjabat sebagai pimpinan di perusahaannya sendiri.

“Maaf Pa, Vero khilaf. Vero tau Vero salah, apalagi udah nyakitin anak Papa. Tapi Vero minta kesempatan ya Pa?” ujar Vero dengan tiba-tiba berlutut di hadapan Geral.
Namun raut Geral tidak berubah, wajahnya tetap datar.

“Bangun Vero, duduk diatas!” perintah Maria menarik Vero kembali duduk di samping Kiara. Wanita itu tidak tega melihat Vero sebab ia tahu betul bagaimana frustasinya Vero selama ini karena pria itu menjadikan ia sandaran.

“Jangan dikasih manja Maria! Anak ini bisa berulah kalau dibaikin terus!” sengit Argen dengan helaan napas beratnya. “Tapi disini Kiara juga salah, kalau ada masalah seharusnya diselesaikan dengan baik, bukannya kabur dan hilang kabar.”

Kiara tersenyum kecut, “Mama kan tau kenapa Kiara lari karena keadaan. Kiara udah kasih Vero kesempatan buat balik ke Kiara, dan apapun keputusan Vero Kiara bakal ikut. Tapi kan semuanya tau apa yang suami Kiara ini lakuin! Kiara butuh ruang sendiri Ma,”

“Iya Mama paham, tapi kalian berdua memang sama-sama egois kan? Apa sudah tidak cocok alasannya? Apa sudah lelah? Semudah itu menyerah sama hubungan kalian?” balas Maria yang sukses menohok Kiara dan Vero.

“Kalau memang itu alasannya, dan Vero sudah tidak bisa dipercaya lagi terpaksa jalan yang terbaik ya pisah. Bikin malu keluarga kamu Vero!” mata Vero membulat mendengar ucapan Argen.

“Enggak Pa! Vero gak mau pisah sama Kiara!” tolak Vero dengan rahangnya yang mengeras.
Rivana, Maria, dan Geral juga terkejut.

Namun mereka paham, Argen tengah dilanda murka. “Dengerin anak-anak ngomong dulu. Sekarang aja mereka udah bareng lagi kan? Mungkin masih bisa diperbaiki.” Ujar Rivana kepada Geral, sebenarnya ia mulai panik karena Argen tidak pernah main-main dengan ucapannya.

Ia tidak mau melihat Vero menderita lebih dalam lagi karena harus berpisah dengan Kiara. Rivana memang berniat memberi pelajaran pada putranya namun bukan dengan memisahkan lagi keduanya.

“Oke kalian sekarang damai lagi tapi gak ada yang tau kan kedepannya gimana? Liat loh anakmu ini Ma, jaga perasaan istrinya aja gak bisa. Gimana Papa mau percaya sama dia, Kiara itu anak Papa juga!” emosi Argen sambil melepas kacamata yang tadinya bertengger di hidung mancung nya lalu pergi keluar dari ruangan itu.

Rivana menghela napas, “Ver, sekarang kamu ngomong ke Papa Geral dan Papa-mu. Yakinkan kalau kamu mau bertanggung jawab atas Kiara. Kamu ini sudah gak bisa lagi Mama yang jagain terus,” Vero mengangguk lalu bangkit, duduk bersimpuh di bawah kaki Geral.

Kiara yang sedari tadi duduk hanya bisa menahan tangisnya, ia jadi menyesal angkat bicara tadi. Seharusnya ia diam saja. Dalam hati ia tidak kuat melihat Vero yang kini sedang memohon kepada Geral dihadapannya.

Tak kuat terus berada disana, Kiara memilih pergi menyusul Argen. Ia akan mencoba dulu meyakinkan mertuanya saat ini. Demi bayinya.

“Papa,” panggil Kiara kepada Argen yang sedang duduk di kursi panjang yang berhadapan langsung dengan kolam renang.

“Iya nak? Sini duduk,” sahut Argen menggeser posisinya, membiarkan Kiara duduk disampingnya.

“Kamu sehat? Di Belanda enak ya makanya kamu betah?” tanya Argen. Kiara tersenyum kecil lalu menggeleng, “Enggak, Kiara malah mau pulang. Tapi keadaan yang bikin Kiara gak bisa pulang. Kiara lagi berusaha buat Vero sadar, Pa.”

Wajah Argen langsung mengerut mendengar ucapan Kiara, “Maksudnya sadar kalau yang dia perbuat salah?” Kiara mengangguk cepat, “Iya, tapi ada alasan lain juga. Kiara mau tau seberapa sayang Vero sama Kiara,” melihat Kiara tersenyum reflek Argen ikut mengembangkan senyumnya.

Mata laki-laki paruh baya itu terlihat penuh rasa bersalah. “Papa sayang Vero kan makanya Papa ngomong gitu tadi, biar Vero jera?” Anggukan Kiara dapat setelah ia menyelesaikan kalimatnya.

“Kesalahan Vero emang gak bisa dimaafin Pa, tapi Kiara berusaha buat nerima apa yang udah terjadi. Kiara juga seharusnya gak menghindar dari Vero, kalau aja Kiara gak ngejauh..”

“Vero pasti gak bakal sakit kayak gini,” lirihnya.

Argen tahu, ia sudah diceritakan oleh Rivana kalau Vero terkena penyakit pada perutnya karena terlalu banyak minum alkohol saat Kiara tidak ada, apalagi putranya itu jadi jarang makan karena jauh dari Kiara.

“Ini bukan salah siapa-siapa soal penyakit Vero, itu udah takdir. Vero memang bandel kan dari dulu? Tapi gak pernah kena tuh penyakit kayak gini, baru sekarang aja munculnya. Biarin dia dapet akibatnya,”
Kiara terkekeh, benar juga ucapan Argen.

Namanya juga takdir.

“Yaudah terserah aja gimana kalian, Papa cuma gak mau kamu kecewa lagi. Tapi ingat ya, Vero gak bisa dimanja terus. Jangan dibaikin terus maunya, lama-lama kurang ajar.”

“Iya Pa, pasti Vero bisa berubah. Apalagi dia sebentar lagi jadi Ayah,”

Beberapa detik keduanya diam. Kiara melotot, ia keceplosan. “Kamu bilang apa tadi? Jadi ayah?” Kiara menelan ludahnya kasar melihat Argen yang mendadak emosi lagi.

“Kamu hamil?” dengan takut-takut Kiara mengangguk.

Tak butuh waktu lama, Argen pergi masuk kedalam rumah. Menghampiri sang putra yang tengah bersimpuh di hadapan Geral, besannya.

“Papa?”

Bersamaan dengan Kiara muncul, bogeman dari Argen melayang kearah Vero. Pria itu dihabisi oleh sang ayah.

“Papa!!” pekik Kiara melihat Vero dipukuli oleh sang Papa.

“Beraninya kamu membuat Kiara hamil tapi nyelingkuhin dia! Kamu pikir menderita sendirian itu enak hah?!” ujar Argen disela pukulannya. Wajah Vero sudah babak belur saat itu juga. Geral masih berusaha memisahkan ayah dan anak itu dengan susah payah.

Sedangkan ketiga wanita disana hanya bisa memekik dan menyebut-nyebut nama kedua orang yang tengah berada di lantai. “Papa, Vero minta maaf.” ucap Vero kala Argen menghentikan pukulannya.

Pria itu sudah menangis kuat, hati dan fisiknya sakit.
Buru-buru Kiara menarik Vero menjauh dari Argen. Begitu juga dengan Rivana yang langsung menarik Argen untuk menahannya.

“Dasar gak tau bersyukur!”

Vero tambah menangis saat itu juga walaupun sudah dituntun ke kamar oleh Kiara. Ia masih bisa mendengar teriakan Argen.

“Udah Ver, udah.” ucap Kiara menenangkan Vero. Bukannya berhenti pria itu malah semakin meraung membuat Kiara tidak tega melihatnya.

><
My Spoiled Husband

maafkan ya lama bgt up nya karena aku niatnya mau nyelesain sedikit dl di draf. tp ternyata readers ku ini sudah ga sabar ya wkwkkw

enjoy.
jan lupa vote nya❤️

My Spoiled Husband [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang