29. She is Pregnant

15.4K 749 4
                                    

Pagi itu Kiara bangun dengan wajah yang terlihat pucat. Bahkan lebih pucat dari hari biasanya. Setelah dirasa cukup kuat untuk bangun, Kiara langsung meraih ponselnya diatas meja rias. Matanya menyipit ketika melihat nama sang ibu tertera disana. Tapi ia memutuskan untuk tidak membuka pesan dari Maria. Pasti Maminya itu sedang berusaha membantu Vero untuk mencari keberadaannya.

"Loh Chelsea udah bangun?" ujar Kiara melihat Chelsea yang muncul dari balik pintu kamarnya yang tadinya tertutup. "Aunty peluk." senyum Kiara mengembang, setidaknya ada Chelsea kan yang bisa menjadi hiburannya disaat terpuruk seperti ini. "Chelsea mau sarapan apa?" tanya Kiara setelah Chelsea duduk di pangkuannya dan memeluk lehernya dengan erat. "Nasi goreng ya aunty." Kiara mengangguk.

"Aunty, hari ini Uncle Vero jadi datang gak?" tanya Chelsea kali ini menatap wajah Kiara dengan sendu. "Gak tau, kayaknya Uncle sibuk deh." jawab Kiara setelah terdiam beberapa detik. "Tapi kemarin uncle bilang ke Chelsea mau datang." Kiara menggigit bibir bawahnya, bingung mau menjawab apa.

"Iya nanti ya, kita kan lagi liburan. Ini namanya girls time," dalihnya membuat Chelsea langsung mengangguk senang. "Girls time aunty??" ujarnya heboh. "Iya, nanti kita shopping ya habis lunch."

Perbincangan seru dengan Chelsea tak berhenti sampai sarapan yang Kiara buat telah jadi. Gadis kecil itu sibuk mengoceh senang membahas masalah girls time yang tidak sengaja Kiara jadikan alasan. Sedikit merasa tenang karena Chelsea tidak membahas Vero lagi.

Di tengah acara sarapan itu, suara bel berbunyi membuat Chelsea langsung berlari menuju pintu. "Uncle Vero!" pekiknya sambil berusaha membuka pintu.

Jantung Kiara berdegup kencang. Takut jika ucapan Chelsea bukan lah sebuah angan-angan saja.

"Kok Uncle Rendy?" suara sendu itu membuat Kiara menghela napasnya lega. Ia segera pergi menyusul Chelsea yang sudah berada di gendongan Rendy namun tak lama segera meminta untuk turun. "Kenapa kak datang pagi-pagi?" tannya Kiara. "Tadi gue abis jogging di taman sama temen terus sekalian deh gue mampir soalnya deket kan." Kiara mengangguk paham.

"Udah sarapan?" tanya Rendy sambil berjalan menuju dapur yang tergabung dengan meja makan. "Ini lagi sarapan belum selesai. Kakak udah?" Rendy menggeleng. "Yaudah gabung aja, tadi aku masaknya lebih gara-gara Chelsea." Ujar Kiara mulai menyendokkan nasi goreng ke piring yang baru saja ia ambil.

"Loh aunty, itu kan buat Uncle Vero!" sela Chelsea mendapati Kiara memberikan sepiring nasi goreng kepada Rendy. "Iya Chelsea, nanti aunty masak lagi ya." sahut Kiara menenangkan Chelsea yang terlihat tidak terima. "Yaudah ini Uncle gak makan, maaf ya cantik." Rendy mengalah, tidak tega melihat Chelsea yang mulai berkaca-kaca sambil melihat piringnya.

Kiara menghela napas, "Gapapa kak udah makan aja." ujar Kiara yang hanya disahuti kekehan oleh Rendy. "Chelsea, nanti Uncle Vero aunty buatin yang baru lagi. Soalnya Uncle Vero gak suka makanan yang udah dingin, oke?" bujuk Kiara. "Tapi nanti Uncle.."

"Yaudah Uncle Rendy makan aja. Nanti Uncle Vero dibuatin yang lebih enak sama aunty." lanjutnya setelah berpikir beberapa detik. "Oke, makasih ya cantik." Chelsea hanya mengangguk, kembali duduk di kursinya dan menyantap sarapannya sendiri.

Setelah sarapan dan ngobrol sebentar Rendy akhirnya pamit pulang karena ada janji bertemu teman.

Kini laki-laki tinggi itu sedang berjalan turun dari mobilnya yang baru saja ia parkirkan di basement. Langkahnya membawanya masuk ke dalam lift. Baru melewati dua lantai liftnya berhenti.

Ketika pintu lift terbuka matanya menatap lurus kearah seseorang yang sangat familiar. "Milan? Lo Vero Milano kan?" ujar Rendy. Sedangkan Vero berjalan pelan memasuki lift. Matanya agak bergetar bingung mau bicara apa ketika benar-benar melihat pria yang ia curigai bermain belakang dengan Kiara ada di Belanda. "Bener lo Vero! Long time no see!" ujar Rendy merangkul Vero yang masih tidak bisa bicara apa-apa.

"Lo ngapain disini?" tanya Vero. Rendy terkekeh, "Ya gue tinggal disini lah, bukannya seharusnya gue yang nanya ke lo ya? Ngapain lo disini?" Vero menghela napas, "Gue lagi ada masalah lo bisa bantu gue?" ujar Vero tanpa basa-basi.

Wajah Rendy mendadak kaku mengingat Kiara yang juga meminta bantuannya. Bagaimana ini? Ia berada di antara sepasang suami istri dengan konflik rumah tangga yang dimana keduanya meminta tolong kepadanya.

"Gampang, lo tinggal dimana? Disini?"

"Iya gue baru check in. Bisa kita omongin di tempat gue sebentar kan?" Rendy dengan ragu mengangguk lalu mengikuti langkah Vero.

>>

Setelah bermain lari-lari dengan Chelsea di dalam rumah, Kiara kini terduduk lelah di sofa. Kepalanya berkunang kunang dan matanya tampak sangat sayu. Bahkan perutnya kini terasa aneh, mual, dan membuatnya harus menahan gejolak ingin mengeluarkan isi perutnya itu. "Aduh ini kenapa sih?" gumamnya.

Dengan hati-hati ia berjalan ke dapur berniat mengambil minum. "Chelsea?" panggilnya setelah berhasil sampai di meja dapur dan meraih gagang teko berisi air hangat. "Iya?" tak lama muncul Chelsea dengan boneka barbie di tangannya.

"Ambil handphone aunty ya, tolong." Chelsea menggangguk dan berjalan santai menuju kamar Kiara.

Butuh waktu untuk mencari ponsel Kiara rupanya, sebab barang satu ini diletakkan oleh Kiara diatas buffet yang cukup tinggi hingga Chelsea sulit untuk menggapainya bahkan melihatnya. "Dimana Aunty?" pekik Chelsea.

"Diatas buffet Chels," sahut Kiara dengan suara yang mulai melemah. Sedangkan Chelsea langsung naik keatas kursi lalu matanya menangkap keberadaan ponsel Kiara yang dicarinya. Setelah turun dengan hati-hati ia berjalan santai keluar dari kamar itu dan pergi ke dapur.

"Aunty, ini.. Aunty!!" teriak Chelsea dengan kuat melihat Kiara sudah tergeletak di samping kursi pantry. Air mata bocah kecil itu mengalir deras melihat Kiara yang benar-benar tidak sadarkan diri. Tanpa pikir panjang ia membuka ponsel Kiara dan menekan ikon bergambar telepon.

Ada dua nama penting yang ia temui setelah membuka kontak Kiara. Tanpa ragu ia menekan salah satunya. "Uncle!!"

'Chelsea? Akhirnya! Kamu dimana?'

"Uncle tolongin Chelsea, help." tangis anak itu kembali pecah mendengar suara Vero.

'Rendy ini dia! Ayo bantuin denger, ini dia nangis!'
'Sorry Ver, gue gabisa. Gue harus balik sekarang ada urusan!'

Suara di seberang sana terdengar membingungkan. Chelsea menelpon Vero tapi suara Rendy juga terdengar ada disana, ia jadi takut dan langsung memutus sambungan telponnya.

>>

Karena darurat, entah bagaimana caranya Rendy bisa datang secepat itu di rumah Kiara. "Chelsea? Astaga! Kiara!?!" awalnya ia menepuk-nepuk pipinya karena tidak mendapat respon dan akhirnya ia memilih untuk mengangkat tubuh Kiara dan mendudukkannya di mobil. Setelah itu ia kembali masuk kedalam rumah dan membawa Chelsea di gendongannya, mendudukkan bocah itu di kursi belakang dan memakaikannya sabuk dengan terburu.

Ponsel Kiara di tangan Chelsea ia matikan lalu ia segera melajukan mobilnya ke rumah sakit terdekat.

>>

"Congratulations, Mrs. Kiara is pregnant. The womb is already 4 weeks."

Bagai terkena badai di tengah panasnya padang pasir. Ucapan dokter tadi masih terngiang-ngiang di kepala Kiara dan Rendy. Keduanya hanya bisa terdiam. Masing-masing memikirkan hal yang berbeda.

Yang Rendy pikirkan ia tidak bisa terus menyembunyikan Kiara dari Vero seperti ini. Kiara masih sepenuhnya milik Vero, dan anak itu adalah anak Vero. Ia tidak mungkin begini terus, menjaga istri orang. Tapi disisi lain ia juga memikirkan Kiara yang tersakiti oleh Vero. Ia jadi tembok diantara dua insan itu.

Tapi ia tidak tahu dan tak bisa menjamin kalau sewaktu-waktu tembok itu akan runtuh karena sisi lainnya. "Kayaknya Vero memang harus tau." 

><My Spoiled Husband

My Spoiled Husband [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang