6. Obat

31.7K 1.5K 11
                                    


Setelah mandi, Kiara pergi menonton televisi di ruang keluarga dengan toples kue di tangannya. Lelah sekali karena Vero benar-benar mengerjainya seharian. Tak habis pikir kalau suami nya itu berbuat sekonyol itu hanya untuk mengerjainya.

Ya, kejadian pagi itu hanya drama, Bi Mila juga masuk dalam skenario jatuh di kamar mandi itu. Benar-benar tidak lucu, Kiara bahkan sudah panik karena melihat Vero yang mengaku tidak bisa jalan. Mengingatnya saja Kiara kesal bukan main.

Beberapa menit ia duduk di sana, ia baru menyadari kalau Vero tak kunjung muncul. Akhirnya ia memilih untuk naik dan memeriksa Vero.

Ia masuk ke dalam kamar dengan pelan. Berniat mengejutkan Vero. Namun begitu melihat Vero yang terbaring di balik selimut, ia segera berjalan cepat. "Vero? Kamu kenapa?" Vero yang menyadari kedatangan Kiara langsung tersenyum dan menarik wanita itu untuk berbaring di sampingnya. "Loh badan kamu panas Ver!" ujar Kiara begitu bersentuhan dengan kulit Vero.

"Enggak." Sahut Vero sambil merapatkan tubuhnya dengan Kiara. "Ininih, akibat ngerjain istri! Liat kan? Aku ini ngomel-ngomel bukan tanpa sebab, masuk angin nih kamu pasti!" omel Kiara sambil berjalan keluar dari kamar.

Wanita itu berniat mengambil kotak obat yang berada di ruang kerja Vero. Tapi sayangnya tangannya tidak mampu meraih kotak yang berada di rak paling tinggi itu. Kiara berdecak lalu menggeret kursi yang berada di sana dengan susah payah. Setelah itu ia naik keatas kursi itu.

"Vero!! Kenapa sih ditaruh diatas sana!!" pekik Kiara karena tidak sampai juga.

Kiara menghela napas lalu sedikit melompat-lompat agar mampu meraih kotak berwarna putih itu. "Sini biar aku yang ambil." suara Vero membuat Kiara langsung menoleh dan tersenyum. Namun senyumnya langsung pudar melihat wajah pucat Vero. 

"Gak usah, biar aku aja! Kamu duduk disana." Ujar Kiara mendorong Vero untuk duduk di sofa.

Berhasil mendudukkan Vero di sofa, Kiara kembali naik ke atas kursi lalu melompat-lompat menjulurkan tangannya. "Sayang, aku aja." Tiba-tiba Vero sudah berdiri di sampingnya ikut naik keatas kursi.

Tak butuh waktu lama kotak itu sudah berada di tangan Vero. "Ngeyel." Kiara langsung menuntun Vero kembali ke kamar setelah itu.

"Minum obatnya Ver, kalo kamu gak mau nanti sembuhnya lama." Ujar Kiara yang sudah memegang wadah obat dan segelas air. "Pait Kii."

"Ya namanya juga obat ya pait lah, kalau kamu gak mau minum obat kenapa tadi ngambilin kotaknya!" Kiara langsung duduk di depan Vero yang menyandar di kepala kasur lalu menatap matanya. "Minum sekarang." Perintah Kiara penuh penekanan. Vero menggeleng. "Vero," Kiara makin memajukan tubuhnya sambil mengeluarkan satu butir pil dari wadahnya.

Vero hanya memperhatikan dengan tidak suka lalu menunduk ketika Kiara meliriknya. "Sekarang atau aku marah." Vero tetap kukuh pada pendiriannya, menutup bibirnya rapat-rapat sambil menggeleng.

Dengan tiba-tiba Kiara sudah duduk diatas pangkuan Vero dan memaksa suaminya itu untuk membuka mulut. "Aaaaa Vero buka mulutnyaa." Akhirnya obat itu masuk secara paksa ke mulut Vero. "Nih minum." Kiara mengusap-usap puncak kepala Vero sambil tersenyum. 

"Pinter."

"Jahat kamu." Vero memalingkan wajahnya, mata laki-laki itu memerah. "Sayang, cupu cup." Kiara menarik Vero, melingkarkan kedua kakinya diantara pinggang laki laki itu lalu memeluknya erat. "Maaf ya, jangan marah." Kiara memegang kedua sisi wajah Vero dan menatapnya.

Sebenarnya ingin tertawa tapi ia mengerti kalau ia tertawa Vero akan semakin merajuk nantinya. "Kamu biasanya gak maksa aku, kenapa sih jadi kasar?" Vero menatap Kiara dengan mata sedikit bergetar. 

"Jadi kamu marah?" pancing Kiara. Dengan cepat Vero menggeleng. "Kan ini buat kamu, demi kebaikan kamu sendiri, oke?" Vero mengangguk.

Kiara menarik wajah Vero lalu mencium bibir pria itu cukup lama. "Sayang aku." Wajah Vero mendadak berseri setelah Kiara melepas bibirnya.


My Spoiled Husband

My Spoiled Husband [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang