30. Tamu

13.3K 740 7
                                    

Kiara bersitatap dengan Rendy. Wanita itu menatap Rendy penuh harap sedangkan Rendy sedang berusaha meyakinkan dirinya dengan apa yang akan ia lakukan. "Plis kak, aku mau pisah sama Vero, jadi jangan bilang soal anak di perut aku." ujar Kiara.

Rendy menggeleng, "Lo pikir gampang hah? Anak lo itu harus lahir didampingi sama ayahnya, pikirin anak lo. gue yakin Vero disini buat nyari lo. lagian lo tau gimana dia udah berjuang nyari lo kan? Gimana stressnya dia ngadepin tekanan orangtua lo sama orangtua dia? Gue ngerti perjuangan Vero gak sepadan sama sakit yang lo rasain, tapi coba lawan. Jangan egois, pikirin anak lo untuk saat ini. Kedepannya itu terserah lo berdua." Ujar Rendy membuat Kiara menggigit bibir bawahnya menahan untuk tidak menangis.

"Aku juga maunya gitu kak, tapi aku takut. Vero, vero bukan cowok dengan pendirian yang kuat. Dia bahkan masih terlalu labil buat mertahanin gue disaat gue udah berusaha nahan diri buat gak pergi." Rendy menghela napas, "Tapi dia disini Ki, dia merjuangin lo. ajarin dia, dia pasti mau dengerin lo apalagi soal bayi itu."

Kiara menangis, tak kuat lagi. Bukannya tidak mengharapkan bayi di perutnya, ia hanya tidak tahu harus bagaimana menghadapi hidupnya sendiri setelah ini. Belakangan ini yang ia pikirkan hanya pisah dengan Vero, apalagi mendengar dari Alvin kalau keduanya –Angel dan Vero benar-benar berpacaran.

"Gue gak bisa liat lo nangis, tapi gue gak akan berbaik hati sama lo soal ini. Inget omongan gue ya, this baby is the most important now." ujar Rendy lalu segera pergi meninggalkan rumah Kiara setelahnya.

>>

Sudah hampir dua minggu lamanya setelah Kiara mengetahui kehamilannya, Kiara masih belum juga memberi tahu siapapun termasuk orangtuanya sendiri. Jelas seratus persen kalau ia memberi tahu orang rumah, ia akan diseret paksa untuk pulang. Dan ia masih belum siap.

Seperti biasa Kiara melakukan kegiatannya di pagi hari, menyiapkan sarapan, memandikan Chelsea, lalu merapikan rumah. Hanya ditambah beberapa kegiatan sehat yang mulai ia biasakan demi janinnya.

"Aunty, sudah selesai." ujar Chelsea menuruni kursi setelah menghabiskan makanannya. Kiara segera merapihkan bekas sarapannya dan Chelsea.

Baru selesai ia meletakkan piring yang sudah ia cuci di rak, bel rumahnya berbunyi. "Chelsea, tolong buka pintunya." ujar Kiara sambil melepas apronnya. "Okay!" tanpa diminta dua kali Chelsea segera membukakan pintu sesuai perintah Kiara.

Begitu pintu terbuka Chelsea bingung, menatap seorang asing yang bertamu pagi-pagi seperti ini. "Who are you?" tanya Chelsea. "Oh? Hi!" sahut wanita dengan proporsi tubuh yang bisa dilihat sangat ideal itu. "Ini salah rumah apa gimana? Kenapa ada bocah?" gumamnya. "Aunty cari siapa?"

"Eh? Ini bener rumah Kiara?" Chelsea mengangguk.

"Siapa Chels?" tanya Kiara yang baru saja muncul setelah menggantung apronnya. Matanya reflek membulat melihat wanita yang kini berdiri di hadapannya, dengan angkuh menatap Kiara sambil tersenyum miring.

Wanita itu terkekeh, "Apa kabar Kiara? Lo inget gue kan? Angel." Kiara terdiam. Masih terkejut dengan kehadiran seseorang yang benar-benar tidak ia harapkan. Terlebih dulu ia menyuruh Chelsea untuk pergi ke lantai dua sebelum ia bicara dengan Angel.

"Duduk dulu, Angel." ujar Kiara diam-diam menahan tangannya yang sudah siap menjambak rambut kecoklatan milik wanita tidak tahu malu di depannya itu. "Makasih."

"Jadi? Maksud kamu datang kesini buat apa?" tanya Kiara berusaha sopan. Angel menghela napasnya, bukannya menjawab matanya malah menggulir mengelilingi rumah itu. "Rumah lo bagus juga, duit Vero?"

Kiara menghela napas, "To the point aja bisa gak? Gue udah berusaha sopan ya sama lo." Angel tersenyum, "Santai kali, kalau ada tamu itu harusnya disambut baik-baik." Ujar Angel sambil mengangkat jari jemarinya di depan wajah. Sengaja menunjukkan apa yang melekat disana.

Dengan cepat Kiara menarik tangan kurus itu, matanya menatap lekat-lekat cincin perak yang menempel indah disana. "Ini? Ini cincin gue!" sentak Kiara tidak bisa menahan lagi rasa terkejut dan emosinya.

"Oh ya? Vero yang ngasih ke gue baru-baru ini, sebelum dia berangkat ke Amsterdam," gumam Angel. Kiara menarik napasnya dalam-dalam matanya sedikit bergetar, "Lo udah ketemu Vero?" tanya Kiara yang langsung mendapat gelengan dari Angel. "Tapi dia udah chat gue, bilang kalau belum bisa nemuin lo padahal udah minta tolong sama Rendy. Dia mungkin nyerah karena udah cukup lama nyari lo,"

"Dan gue disini, turun tangan buat nemuin lo. Vero, mau tanggung jawab atas gue."

Segalanya terasa runtuh, "tanggung jawab?" Angel mengangguk. "Gue ngandung anaknya Vero." lanjut Angel sambil mengusap perutnya yang masih terlihat rata itu. "Gak mungkin, Vero gak mungkin nyentuh lo!"

"Oh ya? Terus ini apa?" sindir Angel menunjuk perutnya lagi.

Tangan Kiara gemetar, mati-matian ia menahan rasa amarahnya ketika Angel kembali tersenyum. "Udah kan ngomongnya? Sekarang mendingan lo pergi," ujar Kiara telak. "Loh? Gue kan belum disajiin minum!"

"Pergi atau gue panggil security."

Mendengar kalimat pendek itu, Angel langsung mengangkat tasnya dan melangkahkan kakinya keluar dari rumah itu. "Dasar bodoh, gue juga gak bakal sudi disentuh Vero." 

><
My Spoiled Husband

Halo guys! apa kabar? Duh maafin ya updatenya telat banget. 
Secara tugas tuh numpuk sampe lupa buat up wp :( 
Apalagi udah mau UAS makin padet jadwalnya,
Semangat semuanya yang mau UAS! <3

My Spoiled Husband [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang