Kiara berjalan masuk ke dalam kamarnya, mengabaikan Vero yang mengikuti langkahnya dengan ekspresi tidak percaya dengan apa yang ada di hadapannya.
"Apaan sih Vero?" sela Kiara ketika Vero menjulurkan tangan kearahnya seolah-olah membuktikan apakah Kiara didepannya itu nyata atau tidak.
Vero melangkah maju lalu menerjang tubuh Kiara hingga keduanya terjatuh tepat diatas kasur.
"Sayang!" pekik Vero membuat Kiara menghela napas, menyesal berpikir kalau Vero sudah tidak akan gila seperti ini lagi. Nyatanya? Lihat kan? Apa yang ia lakukan di Amsterdam dan disini jauh berbeda. Memang beraninya di kandang.
"Lepas Ver, aku mau nyalin. Kotor dari pesawat," Vero menurut, membiarkan Kiara berdiri lagi dan pergi menuju lemari mengambil piyama lalu masuk ke kamar mandi.
Kiara tersentak sedikit begitu keluar dari kamar mandi, Vero tetap di posisi yang sama bahkan rambutnya yang acakan itu tidak bergerak sedikitpun. Kiara perlahan mendekat, "Ver?" tangannya melambai ke kanan kiri di depan wajah Vero.
Kiara mendengus ketika Vero langsung meraih tubuhnya dan menjatuhkan tubuhnya lagi diatas kasur. Pelukannya kali ini makin erat. "Vero please, aku mau istirahat. Kamu pindah kamar Bang Alvin aja sana."
Tak ada sahutan, Vero tetap memeluknya. Kiara tahu ia tidak akan bisa membujuk Vero, akhirnya ia hanya diam membiarkan Vero mendekap erat tubuhnya. Lagipula ia sedikit merindukan Vero yang manja seperti ini.
Ingat! SEDIKIT.
Hampir 30 menit diposisi yang sama, Vero sepertinya sudah kembali tidur. Dengan hati-hati ia mendongakkan kepalanya, benar saja Vero sudah tertidur pulas. Perlahan Kiara melepas pelukan Vero ditubuhnya, mengambil salah satu bantal lalu berjalan mengendap untuk tidur di sofa.
"Sadar Kiara! Gak boleh gini!" gumamnya pada diri sendiri ketika merasa menyesal pindah ke sofa karena merasa lebih nyaman di pelukan Vero.
>>
Pagi-pagi Kiara terbangun dengan tubuh yang terasa nyeri. Sesaat kemudian ia baru sadar bahwa Vero juga tidur di sofa mengimpitnya. Hembusan nafas teratur bisa Kiara rasakan di lehernya.
Kiara nampak berpikir, haruskah sebentar saja seperti ini? Akal sehatnya menolak, tapi hatinya berkata tidak ia harus tetap seperti ini. Beberapa menit ia terdiam membiarkan Vero.
"Sayang?" suara parau milik Vero membuat Kiara reflek menatap kearah bola mata kecoklatan milik suaminya itu. Hampir sepuluh detik saling tatap.
"VERO!!! KURANG AJAR YA!!!"
Ya pagi itu diisi dengan teriakan dan makian dari Kiara yang memenuhi rumah disebabkan oleh Vero yang mendadak menabrakkan bibir mereka bahkan menghisap bibir Kiara.
"Hehe good morning sayang, makasih ya morning kiss nya."
Menyebalkan.
>>
Berhasil lepas dari Vero, Kiara segera keluar dari kamar menuju lantai satu. "Loh Mama mau kemana?" tanya Kiara melihat Maria sudah rapih bersama dengan Chelsea. "Eh udah bangun? Tadi Mama mau ngajakin kamu ke rumah Rivana, tapi kamu masih cuddle sama Vero jadi Mama pergi sama Chelsea aja deh."
Kiara mendengus, "Mana ada cuddle maksa." Maria mengedikkan bahu manahan untuk bicara kalau yang ia saksikan tadi sama sekali tidak terlihat seperti paksaan. "Ma, aku ikut deh, siap-siap dulu ya."
Maria menggeleng cepat, "Enggak usah, kamu urusin Vero. Mama belum bikin sarapan buat kalian, tadi cuma bikin nasi goreng dua buat Mama sama Chelsea.