♣Trailer♣

7.6K 439 20
                                    

"Pake handset."

♣----------------------------------------♣

Bau amis menyeruak di sebuah lorong kelam yang kini dimasukin oleh seorang pria. "Jimin, hentikan..." Pria itu menatap adiknya yang masih menggeram marah menatap seorang mangsa.

"Kau tahu, hyung? Dia baru saja meremehkan ku."

Jimin mendadak terkekeh hambar. Pisau bergerigi lancip yang ia pegang langsung ia tancapkan di puncak kepala---seorang lelaki yang satu hari ini telah menjadi musuh tengik sekaligus penghibur satu halaman...

Rahasia.

Sekali lagi bunyi lara memacu dalam keadaan sepi sunyi saat Jimin berkali-kali melubangi kepala berambut blonde itu. Udara semakin dingin, bau semakin menyengat. Lelaki itu... Tewas dengan darah bercucuran juga kedua bola matanya yang hampir keluar dari tempat.

"Jimin," Kakaknya menarik tangan sang adik yang berlumuran darah dan membersihkannya dengan sapu tangan. "Ibu sudah bilang pada ayah, ibu takut darah. Dan ayah berhenti melakukan apa yang baru saja kau lakukan. Jadi hentikan ketika kau sudah bertemu gadis yang sangat kau cintai---seperti ayah pada ibu."

Sejenak Jimin diam, lalu lantunan suaranya timbul mengisi lenggang. "Boleh saja kalau gadis itu mahir melayani ku."

Dari ujung lorong sebelah lain terdengar sebuah langkah, dan ketahuilah, mereka sedang mengisi siang di rel kereta bawah tanah. Beruntung pula tak ada jadwal pemberangkatan untuk satu minggu kedepan.

Kali ini Jimin menatap perawakan seorang gadis yang jaraknya tak cukup jauh. Samar-samar terlihat gadis itu semakin dekat dengan cara jalannya yang tertatih-tatih. Bajunya kusut. Di sekitar dagunya memar penuh lebam. Rambutnya terjun panjang sedikit menutupi wajah.

Gadis itu terperanjat ketika matanya bertemu dengan Jimin yang malah menyorotinya dengan senter.

"Sial!" Gadis itu berdecak dan langsung memalingkan wajah, mulut beserta hidungnya ia tutup dengan tangan. Lalu pandangannya jatuh pada satu insan yang di kepalanya tertancap benda tajam---tergeletak mengenaskan.

Gadis itu mengangkat mata melihat dua orang lelaki yang kini menatapnya cukup datar. "Kalian membunuhnya?"

Jimin melihat gadis itu dengan sorot mata angkuh. "Tanganku yang melakukannya."

Gadis berjaket kulit hitam itu mendengus, masih menutupi sebagian wajahnya. "Payah!"

Lantas Jimin mengernyit, berani sekali gadis itu mengatainya payah. "Apa perlu aku melakukannya padamu?"

"Jika aku mati, maka arwah ku mau kau ikut bersamaku." Katanya dengan mata kelewat dingin. Gadis itu melanjutkan langkah dengan sempoyongan melintasi dua lelaki yang menurutnya sungguh tengik. Dibalik tangannya dia tersenyum sinis. "Kau terlalu payah."

Tangan Jimin mengapal hendak memukul gadis itu dari belakang tapi kakaknya menahan. "Ayo kita pergi."

♣💞♣

Mature content 🔞

Klik bintang di bawah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Klik bintang di bawah. Komentar di tunggu.

By Fy____
Terimakasih, T'AMO😘😘

T'AMO ♣ The Diamond KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang