Capter 10

874 71 23
                                    

Seseorang dicintai karena dia dicintai,tidak ada alasan yang dibutuhkan untuk mencintai.

-JANJI DI TEPI SENJA

•••

SEMENJAK kejadian di kelas III IPA 2. Gadis ceroboh itu jadi terkenal di sekolah karena gosipnya yang sudah menyebar di seluruh penjuru sekolah. Setiap ia melangkahkan kakinya di halaman sekolah, pasti akan terucap "Itu dia cewek yang menyukai murid pindahan itu!"

Gadis itu tersenyum lebar menyapa sahabatnya yang baru datang. "Kalian datang bareng?"

Bukannya menjawab pertanyaan Reina, "Artis kita datangnya pagi terus, ya, dari sekarang?" Juandra malah mengacak-acak rambut gadis itu.

"Artis apaan?" Reina mengembungkan pipinya, membuat balon pipi di sana.

Anya menusuk balon pipi itu dengan telunjuknya, hingga kempes. "Semua orang membicarakan lo tau! Lo udah kek selebriti," kata Anya yang duduk di bangkunya.

"Biarin, emang bener kok kalau gue suka sama Devano. Lihat aja, gue bakal buat Devano suka sama gue juga!" ujar Reina dengan pedenya, sambil melipat kedua tangannya di dada.

Raut wajah Juandra seketika berubah setelah mendengar perkataan Reina, yang disadari oleh Anya.

Gue tahu perasaan lo Juan, karena gue juga ada di posisi sama seperti lo.

Batin Anya.

~~~

Setelah bel istrahat berbunyi. Murid-murid di kelas berhamburan meninggalkan tempatnya. Berbeda dengan Juandra yang sibuk dengan buku les privatnya.

"Juan, ke kantin yuk." Anya mengajak.

"Kalian duluan aja, gue mau selesaiin tugas gue."

"Juan, di mana-mana belajar mulu!" Reina mengacak-acak rambut Juandra lalu pergi dengan Anya.

Laki-laki itu meringis, "Jangan sentuh rambut gue!"

Reina menggandeng tangan Anya berjalan dengan santainya tanpa menghiraukan Juandra yang memicingkan mata padanya. Meski sudah diperingatkan ke sekian kalinya bahwa Juandra tidak suka tatanan rambutnya dirusak, namun si ceroboh itu paling suka merusaknya.

Dua gadis itu sampai di kantin. Mata Reina langsung tertuju kepada tiga cowok yang sedang makan bersama di pojok kantin. Mereka adalah Devano, Raihan, dan Revan.

"Devano sudah punya teman rupanya." Reina menatap usil.

"Lo pesan apa, cunguk?" tanya Anya yang dari tadi berdiri di samping Reina.

"Baso! Pangsit! Ayam bakar! Pizza! spageti!" ucap Reina asal, matanya masih tidak lepas melihat sosok Devano.

"Bocah, lo kirah kita makan di restoran nenek moyang lo apa?!" celoteh Anya, kemudian memesan dua mangkuk Baso dan dua jus jeruk.

Reina langsung mengajak Anya duduk bergabung dengan Devano dan kedua anak kembar itu.

"Ngga, ah. Kita duduk di tempat lain aja." Anya menggeleng-geleng kepala pertanda tidak mau.

"Aaanya, lo sayang kan sama gue?" Pasword kejujuran Anya dan Reina.

"Sial!" Mau tidak mau Anya terpaksa menurut.

Raihan menyambut kedatangan Reina dan Anya sambil tersenyum lebar. Sedangkan Revan lagi asik-asiknya mencuri tempe goreng di lalapan Raihan.

"Halo, semua!" sapa Reina seraya menduduki bangku di depan Devano.

JANJI DI TEPI SENJA  (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang