Jatuh cinta pasti akan terjadi pada setiap orang.
-Reina Elatta
•••
Kringggg!
Kringggg!
Kringggg!GADIS itu meraih jam wekernya yang menunjukkan pukul 05.30 am, dan segera mematikannya. Ia bergegas bangun dan langsung membuka jendela, matanya seolah mencari-cari sesuatu.
"Itu dia mentariku!" ucapnya sambil tersenyum, melihat tetangga barunya.
Sudah ia putuskan, hal ini akan menjadi rutinitas setiap paginya. Melihat laki-laki tampan itu berlari menyitari kawasan rumahnya. Awal paginya terasa lebih indah. Hihihi.
Seketika ide berlian muncul di kepala gadis itu. Ia kembali ke kamarnya dan langsung mengganti baju tidurnya dengan baju kaos berwarna pink serta celana pendek sepaha. Tidak lupa handuk keringat yang bertengger di lehernya.
Ia mengulum senyum melihat pantulan bayangannya di depan cermin. Tangannya bergerak untuk menguncir rambut panjangnya.
"Sepertinya, gue udah lama gak lari pagi," ujarnya, lalu berjalan turun dari kamar.
"Astaga! Non Rein?!" Bibi Wati terlihat kaget.
"Selamat pagi, Bi," sapa Reina tersenyum lebar.
"Non Rein, mau olahraga?" tanya bi Wati. Wanita itu merasa tidak percaya.
"Iya, Bi. Reina mau mengejar mentari!" ucap Reina dan berlari meninggalkan Bi Wati.
"Mengejar mentari? Memangnya sejak kapan matahari bisa lari?" Bi Wati bingung sambil menggaruk kepala.
~~~
Dengan hati-hati, gadis itu keluar dari halaman rumahnya. Ia mulai berjalan pelan dengan senyuman yang menghiasi bibirnya.
Tidak lama, terdengar suara langkah kaki dari arah belakang. Gadis itu seketika menoleh. Waktu terasa melambat saat seorang laki-laki itu melewatinya. Laki-laki yang dicari-carinya sejak tadi.
Mentariku.
Batinnya.
Reina berjalan mengikuti langkah laki-laki itu. Tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat. Ia memperhatikan laki-laki yang lari pas di depannya. Sangat keren dengan headset yang menyumbat telinganya.
~~~
Sementara di tempat lain, tepatnya di rumah. Kirana dengan tergesah-gesah menuruni anak tangga satu persatu. Raut wajahnya terlihat khawatir.
"Sayang, kamu di mana Nak." Pasalnya ia tidak menemukan Reina di kamarnya.
"Ada apa, Ma?" tanya Guanna yang baru saja keluar dari kamar.
"Pa, Reina hilang, Pa! Anak Mama sama Papa hilang!" jelas Kirana.
"Apa?! Kok bisa?!" Guanna mulai panik.
Mendengar ribut-ribut, Bi Wati keluar dari dapur.
"Ada apa, Nyonya? Tuan?"
"Reina, hilang!" Guanna dan Kirana serentak.
"Itu, Nyonya, Tuan." Bi Wati menunjuk ke arah luar, "Non Reina, keluar pagi-pagi sekali," sambungnya.
"Apa?" Guanna dan Kirana bersamaan.
"Iya, Non Rein katanya mau ngejar mentari."
"Mengejar mentari???" Kedua orang tua Reina bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANJI DI TEPI SENJA (SELESAI)
Ficção GeralPART MASIH LENGKAP (REVISI) (Dilarang Keras Plagiat!) [Cerita ini ditulis saat saya masih belum paham tentang cara kepenulisan yang benar. Jadi mohon dimaafkan jika tersebar typo dan cara penulisan yang tidak sesuai EYD.] Reina Elatta, gadis ceroboh...