Awalnya aku berfikir mencintai kamu itu mudah, hingga dengan gampangnya
aku manaruhmu di dalam hatiku.-Reina Elatta
~~~
"YANG bener, Bi?" tanya Kirana tidak percaya.
"Iya, Nyonya! Serius! Seminggu ini Non Reina gak pernah telat masuk sekolah. Terus bangunnya pagiiiii bangetttt!" cerita Bi Wati kepada Kirana.
"Ah, bagus dong. Itu baru niruin sifat dari Papanya," ucap Guanna membanggakan diri.
"Ih, Papa. Reina itu niruin Mamanya tahu!" balas Kirana.
"Papanya tahu!!!"
"Mamanya tahu!!!"
"Papanya!"
"Mamanyaaa!"
Mereka berdebat lagi, membuat Bi Wati pusing melihat kedua majikannya itu. Kemudian Bi Wati mengendap-endap untuk meninggalkan perdebatan yang sangat Unfaedah itu.
~~~
SMA 2 MAKASSAR, 9.30 am.
Reina meninggalkan Anya di dalam kelas yang sedang membaca buku andalannya. Sedaritadi Reina mengajaknya keluar. Tapi jangankan bilang iya, melirik Reina saja tidak. Itulah Anya, manusia super tuli jika sudah berhadapan dengan buku tuanya.
"Juaaan-dra, lo gak mau keluar nemenin Reina?" Reina menghampiri Juandra sambil memasang wajah sok imutnya. Yang memang imut bagi Juandra.
"Lo mau ke mana bocah? Tuh contoin Anya baca buku, biar pinter! Bukan malah keluyuran," ujar Juandra seraya menjitak kepala Reina dengan pulpen yang di pegangnya.
"Aduh!" sontak Reina memegang kepalanya. Ia mengerucutkan bibirnya sembari menjulidkan kedua matanya, sangat lucu."Kalau gitu, gue keluar sendiri aja!" Reina berjalan keluar sambil meloncat-loncat membuat Juandra terkekeh melihatnya.
"Manisnya," gumam Juandra yang sempat terdengar oleh Anya. Membuat gadis itu menundukkan kepalanya, sedih.
Reina berjalan sepanjang koridor sekolah, melihat-lihat sekeliling. Tanpa sengaja ia melihat sosok yang selalu membuat jantungnya berdebar,Devano Graha.
"Devano!" teriak Reina, lalu lari mendekati Devano.
"Selamat pagi menjelang siang sang putri!" sapa Raihan yang berdiri di samping Devano.
"Dev, kok lo gak bales-bales dm gue?" tanya Reina, sambil menggigit bibir bawahnya.
Tidak ada jawaban dari Devano, membuat gadis itu terlihat menyedihkan.
"Dev, Reina lagi nanya. Jawab Reina donggg." Reina memelas agar Devano menjawab, setidaknya menatapnya sekali saja.
"Emang Reina dm apa sih?" tanya Revan yang duduk di kursi.
"Mau tau aja lo! Kepo!!!" cetus Reina.
"Kok ngegas? Muka lo tambah cantik aja kalau marah." Revan malah menjadi-jadi menggombal Reina.
Sementara Reina masih terus berdiri di depan Devano, menatap dalam Devano.
"Dev, gue suka sama lo! Lo kapan suka sama gue?" tanya Reina lagi, "Gue beneran tulus sama lo!" Reina menarik tangan Devano membuat laki-laki itu menoleh padanya.
Jantung Reina berdebar kencang saat Devano membalas tatapannya. Ia merekahkan senyum manis sepanjang masa miliknya. Namun, senyuman itu perlahan memudar. Devano menatapnya tajam. Tatapan penuh amarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANJI DI TEPI SENJA (SELESAI)
Ficção GeralPART MASIH LENGKAP (REVISI) (Dilarang Keras Plagiat!) [Cerita ini ditulis saat saya masih belum paham tentang cara kepenulisan yang benar. Jadi mohon dimaafkan jika tersebar typo dan cara penulisan yang tidak sesuai EYD.] Reina Elatta, gadis ceroboh...