Capter 24

814 49 4
                                    

Kini, pemilikinya mulai menyadari. Hati yang beku itu sudah lama meleleh.

-JANJI DI TEPI SENJA

•••

"PIANO mari-mari! piianoo." Bi Wati tengah membersihkan meja makan sambil bernyanyi, sesekali dia menggoyangkan pinggulnya.

Suara langkah kaki dari tangga berhasil mengalihkan perhatiannya, Bi Wati menoleh, "Astaghfirullah!!!"

"Bi, pagi ini saya mau ke butik ya! jangan lupa buatin sarapan untuk Reina!" Kirana keluar dari kamar sembari memakai lipstik dan bercermin pada cermin yang dipegangnya, "ASTAGA!!!" Kirana menjatuhkan cermin dan lipstiknya, alhasil lipstik merah membahana itu tergores memanjang di pipinya.

"Ma, jangan lupa temenin papa keacara temen papa. Jangan sampai terlam-" Guanna yang keluar dari kamar terperanjat kaget, "YA ALLAH!!!"

Mata mereka terbelalak memandangi satu sosok yang berdiri di dekat tangga, sosok kusut, rambut seperti kesetrum, mata bengkak, wajah pucat, layaknya gembel.

"Morning!" Sosok itu melambaikan tangannya dengan wajah datar tanpa ekspresi.

Lalu detik berikutnya, "REINA!!!" Ujar Kirana, Guanna, dan Bi Wati bersamaan.

Reina berjalan menuju meja makan, menuang air ke gelas lalu meminumnya.

Ketiga orang tua itu berkumpul, "Apa ini gara-gara semalam?" tanya Guanna, sementara Kirana dan Bi Wati melongo, lalu membayangkan kejadian semalam.

Reina menatap foto Devano sambil terisak, "Percayalah! sekarang aku sedang tidak baik-baik saja."

Gadis itu memegang dadanya yang terasa sesak, "Apa lo gak rindu sama gue?" tanyanya pada foto itu.

Tiba-tiba dia terdiam sejenak, semburat senyuman mulai terukir di wajahnya. Dia dengan cepat terbangun dan mengambil ponselnya.

"Lo pasti rinduin gue, Dev." Lalu menyalakan ponselnya, melihat setiap notif yang masuk, "lo gak hubungin gue?! Oh, lo masih jual mahal ternyata." Dia kembali meletakkan ponselnya, kemudian beranjak dari tempat tidurnya.

Meregangkan tangannya, sambil melirik ponsel itu berharap Devano menghubunginya. Namun, ponsel itu tidak berbunyi.

Kemudian dia bernyanyi, "RINDU INI! KADANG-KADANG TAK ADA LOGIKA!!!" Bukan bernyanyi, lebih tepatnya berteriak sehingga semua penghuni rumah bisa mendengarnya.

"Sepertinya mood Reina sudah membaik." Ujar Kirana seraya meneguk minumannya di lantai bawah.

"Iya nyonya, dia sudah mulai bernyanyi." Balas Bi Wati.

"Ada-ada saja anak itu." Guanna terkekeh.

Reina masih melirik ponsel itu sambil mondar-mandir, sesekali mengintip dari jendela melihat rumah di sebelahnya. "Apa benar keparat itu menolak cintaku?!" Decak Reina.

Drrrttt!!! Drrrttt!

Tiba-tiba ponsel itu bergetar, dengan senangnya Reina langsung melompat keatas tempat tidur dan menjawab, "Halo!"

"Selamat malam, kami dari telkoms*l ingin menawarkan kepada anda paket internet 15gb seharga 75ribu." Wajah senang Reina mulai memudar, "apakah anda berminat?" tanya suara perempuan diseberang sana.

"Halo, apakah anda mendengar saya? kalau begitu saya ulangi lagi ya buk." Wajah Reina mulai meringis kesal, "Kami dari Telkoms*l ingin menawarkan anda...

JANJI DI TEPI SENJA  (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang