Capter 3

1.3K 120 63
                                    

Beberapa orang memang hanya layak sebagai teman, senyaman apapun dia.

-JANJI DI TEPI SENJA

•••

GADIS itu menundukkan kepalanya, menghentak-hentakkan kaki kanannya di pinggir trotoar di depan sekolah. Ia sesekali menoleh ke jalan. Siapa tahu mobil Mamanya sudah datang dari kejauhan sana. Tangannya terangkat, membuat bayangan untuk melindungi wajahnya dari terik sang surya yang berusaha membakar kulitnya.

"Nyokap mana sih?" Reina sesekali menoleh ke jalan.

"Panas banget! Harusnya di sini Pak Walikota tanam pohon! Supaya Reina bisa berteduh!" omelnya.

Kringg! Kring!

Terdengar bunyi sepeda dari halaman sekolah, membuat gadis itu refleks menoleh. Sosok laki-laki bersepeda tersenyum seraya melambaikan tangan. Yah, dia adalah Juandra Renata, ketua kelas sekaligus sahabat kecil Reina dan Anya.

"Bocah, ngapain lo di sini?" tanya Juandra, dan menghentikan sepedanya pas di depan gadis itu.

"Nunggu Nyokap!" jawab Reina. Ia memasang wajah cemberut dan kembali menunduk.

"Hmmm, coba telpon?"

Reina masih terdiam dan terus menghentakkan kakinya. Juandra tidak bisa menahan agar tidak tersenyum melihat wajah cemberut gadis itu.

"Telpon tante Kirana, Rein." Sekali lagi Juandra mengingatkan.

"Ju....an," Reina mengangkat kepalanya dengan wajah memelas, ekspresinya sekarang sangat mirip dengan seekor kucing yang meminta dikasi makan. Juandra sudah mengerti apa permasalahannya.

"Lupa bawa hp lagi?" Laki-laki itu mengacak-acak rambut gadis di depannya, "Pakai hp gue!" Juandra menyodorkan handphonenya yang baru saja diambil dari saku celana.

"Hehehe, makasih Juaaannnnn!" Reina memasang wajah imutnya.

Dengan cepat, Reina langsung mengetik nomor mamanya dan melakukan panggilan.

"Nomor yang anda tujui sedang tidak aktif.... bla bla bla." Terdengar suara perempuan lain di seberang sana.

"Gak aktif!" decak Reina seraya mengbalikan handphone Juandra.

Laki-laki itu melirik jam tangannya. Sudah pukul 15,45. Ia mengangkat kepalanya untuk memandangi wajah gadis yang masih cemberut itu. Bagaimana bisa ia meninggalkan bocah ceroboh ini sendiri di sini?

"Ayo naik," pinta Juandra.

"Juan, mau nganterin Reina pulang?"

"Iya bocah, cepetan!" Juandra menarik lengan Reina agar bergegas naik di belakangnya.

Gadis itu mengulum senyumnya, dan segera duduk di boncengan sepeda Juandra. Memegang erat pinggang laki-laki itu agar ia tidak jatuh.

Juandra mengayuh sepedanya, meninggalkan depan sekolah.

"Juan, ingat gak waktu kita kecil? Lo bonceng gue pakai sepeda ini, terus kita jatuh! Soalnya sepedanya kebesaran, hahaha." Reina tertawa.

"Kita jatuh bukan karena sepedanya kebesaran Rein, itu karena lo yang berat banget!" balas Juandra yang semakin menambah laju sepedanya.

"Itu aib gue, jangan diungkit!"

"Hahaha, ingat gak waktu lo kecil? Badan lo tinggi kek tiang listrik." Juandra menertawai Reina.

"Juuuaaannnn!!!" Reina mencubit pinggang Juandra.

JANJI DI TEPI SENJA  (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang