Capter 18

688 55 4
                                    

Hal yang paling mengerikan dari penghianatan adalah, kenyataan bahwa itu datang dari orang terdekatmu.

-JANJI DI TEPI SENJA

•••

TIGA bulan kemudian.

Langit begitu cerah, angin berhembus sepoi-sepoi mengiringi langkah seseorang memasuki ruangan ber AC.

"Hari ini, hari terakhirku mengajar di sekolah ini." Ucap seorang laki-laki, yang tak lain adalah Iqbal Grahaa, "aku harap ini bisa membuktikan bahwa aku layak menjadi penerus perusahaan Ayah di Australia, seperti janji Ayah." Iqbal berdiri berhadapan dengan Pak kepala sekolah, atau Ayahnya.

"Bagus Iqbal! kamu benar-benar anak ayah yang membanggakan!" Ucap Wijaya sembari menepuk pundak Iqbal.

Dari dulu Iqbal selalu menjadi kebanggaan Ayahnya, karena dia tidak pernah menentang apapun yang di katakan oleh Wijaya Saputra Graha. Berbeda dengan Devano yang notabenya pembangkang, membuat Iqbal harus pulang dari Australia dan pindah ke Indonesia hanya untuk mendidik Devano.

~~~

Kelas mulai ribut saat Iqbal memasuki ruangan dengan senyuman menghiasi bibirnya, bisikan-bisikan dan tingkah cari perhatian anak cewek kelas II IPA1 yang tidak mau diam, membuat suasana kelas sangat brisik.

"Hmmm, pagi semua!" Sapa Iqbal, sembari meletakkan tas diatas meja.

"Pagi kak!!!" Ucap anak-anak cewek itu serentak, sementara anak cowok memutar bola matanya malas.

"Tidak terasa yah! kita sudah bersama selama tiga bulan ini, dan semua berjalan dengan lancar!" Ucap Iqbal tak lupa senyuman yang membuat isi kelas meleleh, lain halnya dengan anak cowok yang menahan diri agar tidak melemparnya dengan kursi.

"Hari ini, hari terakhir kakak mengajar di kelas kalian sekaligus akan berpamitan, dan berterima kasih untuk waktu tiga bulannya yah!" Jelas Iqbal, seketika suasana kelas jadi hening.

"Kak Iqbal, mau ninggalin Rini?" Tanya Rini cemberut membuat teman cowok di kelasnya ingin muntah.

"Kak Iqbal tidak meninggalkan, hanya saja kak Iqbal tidak bisa disini lagi. Ada hal yang harus kak Iqbal lakukan di luar sana." Jelas Iqbal lagi.

"Kalau kak Iqbal ketemu Nina di jalan, sapa Nina yah kak!" Nina gadis culun dan pendiam di kelas itu tiba-tiba angkat bicara, membuat seisi kelas melongo.

"Njritt! ternyata dia diam-diam ganjeng!" Umpat Anya yang duduk di samping Reina menoleh kearah Nina.

"Nina? iya ! kalau kalian semua bertemu kakak di jalan, jangan sungkan untuk menyapa! siapa tahu kakak bisa traktir minum jus!" Anak-anak ceweknya histeris melihat wajah tampan di depannya tidak berhentinya tersenyum, sementara anak cowok lainnya menyumpah-nyumpah sambil berdecak di dalam hati "Kapan lo keluarnya, Bangsat!"

Reina yang tertidur di belakang sama-sekali tidak terganggu dengan keributan kelas bak pasar yang di penuhi penjual ikan kering.

"Reina." Panggil seseorang yang berdiri di dekatnya, membuat gadis itu terbangun dan mendongakkan kepalanya ke atas, ternyata Iqbal.

JANJI DI TEPI SENJA  (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang