Capter 22

650 43 4
                                    

Ketika asing mengambil alih kita.

-Devano Graha

•••

WANGI khas lorong berdinding putih, bersamaan dengan terdengarnya suara kasur beroda yang tengah di dorong.

Gadis itu ikut berlari dibelakang para perawat dan sahabat laki-lakinya yang mendorong kasur beroda yang berisikan seorang gadis pingsan, gadis yang di wajah pucatnya terpasang alat bantu oksigen.

"Kita kan sudah bersahabat, jadi apapun masalahnya saat kita dewasa nanti, kita tidak boleh bertengkar."

Bayangan itu berhasil membuat air bening yang tadinya berkumpul dipelupuk matanya terjatuh.

"Kita tidak akan bertengkar! kalau Anya punya salah, Reina akan langsung memaafkan. Begitu juga Anya, kalau Reina punya salah sama Anya, Anya harus maafin Reina."

Langkahnya semakin cepat, pandangannya tidak lepas dari gadis yang terbaring diatas kasur beroda itu.

"Janji?"

Gadis itu tidak hentinya menjatuhkan tetes demi tetesan air bening membasahi pipinya.

"Janji bisa diingkari, bagaimana kalau kita membuat password."

"Password???"

Dadanya terasa sesak, tangannya bergerak untuk menghapus air mata yang terus terjatuh itu.

"Iya! Orang dewasa sering mengingkari janji mereka, kita akan berbeda dari mereka."

Namun, air bening itu tidak berhenti mengalir keluar dari pelupuk matanya.

"Terus?"

"Anya sama Reina akan buat password, siapapun yang mengucapkan password itu, keinginannya tidak boleh ditolak oleh yang mendengar."

Bayangan masa kecil itu terus teringat di kepalanya, sementara matanya tidak lepasnya memandangi gadis yang terbaring di kasur beroda itu.

"Passwordnya apa?"

"Sini kuping kamu!"

Gadis itu mengepal tangannya sembari berjalan cepat mengikuti kemana orang di depannya pergi, setitik harapan di dalam lubuk hatinya agar gadis lemah yang terbaring di kasur beroda itu membuka matanya.

"Kamu sayang kan sama aku?"

Namun, kenyataan menghempasnya. Wajah pucat disana tidak kunjung membuka mata.

"Itu password! Jangan sampai ada yang tahu."

Pintu ruang ICU itu terbuka lebar, satu perawat berhenti memberikan pesan agar laki-laki dan gadis itu tidak ikut masuk.

"Kamu sayang kan sama aku, fffthh!"

Gadis itu berhenti, pandangannya tidak lepas dari gadis yang terbaring di atas kasur beroda yang di dorong masuk ke dalam ruangan itu. Dia mencoba menahan nafasnya agar rasa sesak di dadanya tidak begitu terasa.

"Reina sayang sama Anya!"

Pintu itu pun tertutup, menelan sosok yang menjadi pusat pandangannya.

~~~

"Kenapa lo gak kasih tahu gue?" Tanya Reina pada Juandra saat duduk di kursi depan ruang ICU, "kenapa Juan diam saja? Kenapa lo rahasiain ini sama gue? hiks, hiks." tanya Reina lagi dan tidak hentinya menangis.

JANJI DI TEPI SENJA  (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang