Capter 25

763 47 22
                                    

Meski bibir itu berkata tidak, namun hatinya mengatakan iya. Kini, bayangan itu tidak bersembunyi lagi, dia mulai berani menampakkan.

-JANJI DI TEPI SENJA

•••

RUANG  keluarga itu tampak luas, namun sunyi.

Terlihat rak penuh buku yang menempel di dinding, meja yang dikelilingi sofa, dan dinding yang bersih tidak ada foto yang menggantung satupun.

Laki-laki itu tengah menggoreng telur dadar, tanpa menggunakan celemek untuk melindungi bajunya, dia simple sekali.

Telur dadar itu sudah matang, laki-laki itu kemudian memindahkannya pada piring yang disediakannya.

Tangannya menggenggam pinggiran piring itu, berencana untuk mengangkatnya ke meja makan, namun bayangan tiga hari lalu tiba-tiba terlintas dipikirannya,

"ITU REINA KAN?" tanya duo kampret itu bersamaan.

Gadis itu melewati Devano begitu saja, tanpa menoleh sedikitpun. Tidak seperti biasanya, Reina yang selalu mengejar-ngejar Devano kini memilih cuek.

Devano menundukkan kepalanya, ada perasaan aneh saat Reina berlaku seperti itu. Namun dia memilih masuk kedalam kelas.

"Dev, lo marahan sama Reina?" Tanya Raihan yang ikut dibelakangnya.

"Keknya Reina ngambek!" Ujar Revan.

Devano tidak bergeming sama sekali, di fikirannya cuma satu, "inilah jalan yang terbaik."

Sepulang sekolah, Devano mengambil motornya di parkiran. Saat menggunakan helm, dia tidak sengaja melihat gadis itu di depan pagar sekolahan. Gadis itu tengah menatapnya, namun detik berikutnya gadis itu menundukkan wajahnya seraya menghentak-hentakkan kakinya.

"Apa dia menyerah? tapi baguslah." Batin Devano, lalu melajukan motornya melewati Reina tanpa menoleh sedikitpun.

Dikejauhan sana, laki-laki itu menghentikan motornya. Mengamati gadis dibelakangnya dari kaca spion, "gue gak bisa nahan lo buat gak berhenti berharap sama gue, karena sampai kapanpun gue gak akan bisa suka sama lo." Gadis itu masih terlihat menghentakkan kakinya, "gue gak percaya cinta. Andai cinta itu ada, orang tua gue gak bakal berpisah."

Tiba-tiba Devano mengerutkan alisnya, pantulan di spion itu memperlihatkan laki-laki bersepeda mendekati Reina. Tangannya mengepal, gadis itu naik diboncengan laki-laki itu dan memeluknya.

Dia tidak tahu mengapa dirinya semarah itu, dia memukul stir lalu membalap motornya menjauh dari sana.

Tit.. tit.. tit...

"Password yang anda masukkan salah!"

Suara itu berhasil membuat bayangan Reina buyar, Devano menoleh ke sumber suara. Suara itu berasal dari luar, seseorang tengah memasukkan password untuk membuka pintu rumahnya.

Devano berjalan menuju pintu, melihat kearah layar di samping pintu, layar yang menangkap dua kembar diluar sana tengah mengotak-atik akses pintu rumah Devano.

JANJI DI TEPI SENJA  (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang