Tapi apakah kau tahu? Rasanya bertahan mencintai namun tak kunjung terbalaskan. Percayalah, itu lebih sakit dari patah hati.
-ANYA ANDITA
•••
JUANDRA mengayuh sepedanya dengan earphone yang bertengger di telinga. Laki-laki itu baru pulang dari les privat. Matanya menyorot seorang gadis yang ia kenal. Seorang gadis yang sedang berdiri dan sibuk menatap ponsel di tangannya.
"Lo di sini lagi, Nya?" Juandra menghampiri Anya yang sedang berdiri di tempat itu lagi. Di depan rumah sakit.
"Hei, Juan."
"Lo dari pacaran lagi?" tanya Juandra menatap Anya.
"Iya, gue abis ketemu Fadil," jawab Anya sembari menyelipkan rambutnya di telinga.
"Ayo naik! Kita barengan pulangnya," pinta Juandra.
Anya naik di boncengan sepeda Juandra. Ia duduk manis di belakang laki-laki itu, kemudian Juandra mengayuh sepedanya dengan kecepatan sedang.
"Lo pacaran mulu Nya," ujar Juandra sambil mengayuh sepeda.
"Mau gimana lagi, Juan. Lo tau kan cuma itu yang bisa mengisi kekosongan gue," ucap Anya sembari mengembungkan pipinya.
"Lo sih enak. Nggak belajar keraspun otak lo memang udah cerdas dari sononya." Juandra mengayuh sepedanya semakin cepat. Namun tiba-tiba rantai sepedanya terlepas.
"Sial! Sepeda gue kumat lagi!" umpat Juandra sambil memukul setir.
"Ganti aja sepedanya! Ini kan sudah tua. Gue pikir uang bokap lo juga gak bakal habis buat beli sepeda baru," gerutu Anya.
"Ngga, Nya. Lagian ini gampang kok benerinnya." Juandra membetulkan rantai sepedanya.
"Orang tua lo kan kaya, kenapa lo gak ganti sepeda?" tanya Anya yang berdiri di samping Juandra sambil memainkan ponsel.
"Sebenarnya gue gak ganti sepeda ini karena..." Juandra tidak melanjutkan omongannya.
"Karena?" tanya Anya penasaran.
"Itu Nya, sepeda ini mainan gue sama Reina waktu kecil!" Juandra menggaruk-garuk kepalanya sambil nyengir, sementara Anya terdiam merasa hatinya sungguh hancur. Gadis itu menyesali pertanyaannya.
"Sudah!" Setelah membetulkan rantai sepedanya, Juandra berdiri menatap ke arah Anya.
"Lo ngelamun mulu!" Juandra mengibaskan tangannya di depan mata Anya.
"Ha? I-Iya." Anya gugup.
"Ini nih kalau keseringan ketemu pacar, melamun mulu!" oceh Juandra meledek Anya, dan mereka akhirnya melaju semakin menjauh.
~~~
"Mamaaa! Uang papa yang di laci mana?" tanya Guanna pagi-pagi.
"Mama gak tahu!" jawab Kirana sambil memutar bola matanya malas.
Tringgggg!!! Triingggg!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
JANJI DI TEPI SENJA (SELESAI)
Ficción GeneralPART MASIH LENGKAP (REVISI) (Dilarang Keras Plagiat!) [Cerita ini ditulis saat saya masih belum paham tentang cara kepenulisan yang benar. Jadi mohon dimaafkan jika tersebar typo dan cara penulisan yang tidak sesuai EYD.] Reina Elatta, gadis ceroboh...