Capter 29

614 39 5
                                    

Ini tentang hati. Hati yang kutitipkan, dan kamu mematahkannya.

-Reina Elatta

•••

"SUMINENG?"

Sontak semua yang ada di ruangan itu menoleh, dua orang laki-laki dengan wajah yang sama muncul dari balik pintu.

"Lo datang buat makan?" tanya Devano saat melihat dua temannya mengangkat tinggi-tinggi dua ikat kripik tempe, di masing-masing tangannya.

"Ini buat Anya!" Ujar salah satu diantara mereka sambil tersenyum sumringah, Revan.

"Emang gak ada makanan lain apa?" Tanya Anya.

"Maklampir, lo gak ada syukur sama sekali sekali ya! ini makanan kesukaan gue, gue bawain semuanya buat lo. Gue relah! gue ikhlas!" Celoteh Revan.

"Kalau Anya tidak mau makan," tiba-tiba Kirana yang berbincang dengan Guanna dan Sultan angkat bicara, "biar Reina aja, Reina doyan banget makan kripik tempe. Apalagi kalau sambil nonton tyngkerbell."

Sontak, seluruh pasang mata yang ada di ruangan itu berpusat pada gadis yang tengah mengunyah buah pir.

"Serius Rein?"

Wajah Reina memerah, dia menelan salivanya, dan detik berikutnya, "Maaama! gak bisa jaga rahasia!"

~~~

Waktu berlalu begitu cepat, sekarang adalah hari pelulusan kelas III dan juga hari pelulusan Devano.

Semuanya mulai mencoret-coret baju dengan pilox dan saling bertukar tanda tangan.

Hari pelulusan sekaligus hari Reina mendapatkan peringkat pertama, sesuai janji Reina akan berubah demi mendapatkan hati Devano.

"Reina, peringkatmu naik drastis nak. Ibu bangga padamu, Pertahankan!!!" Ucap wali kelas II IPA1.

Reina meraih buku raport yang diberikan Bu Asia, wali kelasnya.

Seluruh penghuni kelas memberikan tepuk tangan atas keberhasilan Reina meraih peringkat pertama. Setelah itu kelas bubar, karena hari ini adalah hari perpisahan kelas III.

"Gadis bodoh ini sudah jadi gadis terpintar rupanya." Ujar Juandra saat duduk disamping Reina. Selama Anya cuti sekolah, Juandra pindah ke bangku belakang untuk menemani Reina belajar.

"Lo juga dari dulu hebat, bisa peringkat dua mulu."

"Itu semacam pujian atau ledekan?" tanya Juandra.

"Juandra Renataaa! semangat!" tiba-tiba gadis itu mengacak-acak rambut Juandra, lalu pergi begitu saja.

"Ck! bocah itu tidak pernah berubah." Juandra menarik senyum di wajahnya. "Devano, hari ini lo mendapatkannya." batinnya, sembari mengambil tasnya untuk pulang.

Reina sampai di lapangan, dimana seluruh kelas III berkumpul. Matanya mencari-cari seseorang yang dari tadi tidak dilihatnya.

"Dev, di hari pelulusan lo besok. Lo maukan habisin waktu sore lo bareng gue?"

Gadis itu menyusuri setiap tempat dimana murid-murid yang lulus berkumpul, namun Devano tidak juga terlihat.

"Dev, lo kok diem? kalau lo diem. Gue anggap lo bilang iya!"

Bayangan kebersamaannya kemarin terlintas difikirannya.

"Dev, besok kita bakal liat senja bersama! dan gue pastiin gue menuhin syarat jadi pacar lo!"

JANJI DI TEPI SENJA  (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang