Capter 14

720 55 5
                                    

Mereka hanya anak 16 tahun yang merasakan rasa nyaman. Rasa nyaman pada seseorang yang bukan siapa-siapanya.

-JANJI DI TEPI SENJA

•••

JUANDRA meraih sepedanya dan bergegas ke sekolah. Ia mengayuh sepedanya keluar dari halaman rumah. Tiba-tiba teringat akan Anya yang menelponnya semalam. Buru-buru laki-laki itu memutar haluan dan menyimpan kembali sepedanya di garasi, lalu berlari menuju halte bus yang dekat dari rumahnya.

Bus datang dari kejauhan, berhenti pas di depan Juandra. Orang-orang yang tadinya berdiri di halte bus cepat-cepat masuk, begitu juga dengan dia. Mata laki-laki itu langsung tertuju kepada gadis yang duduk di sudut jendela.

"Nya!" Juandra melambaikan tangannya, namun Anya tidak melihat. Gadis itu tengah melamun. Juandra berjalan mendekat lalu duduk di belakang Anya.

"Anya!" Juandra menegur Anya dari belakang.

Seketika Anya menoleh, wajahnya berpapasan dengan wajah cowok yang selama ini diam-diam ia sukai. Tiba-tiba jantung gadis itu berdebar kencang, seperti ada kupu-kupu berterbangan di dalam tubuhnya.

Mata itu memandang wajah di depannya dalam-dalam. Bukan salah Anya menyukai Juandra, bukan juga salah Juandra jika ia tidak membalas perasaan seorang Anya. Mereka hanyalah anak 16 tahun yang merasakan rasa nyaman. Rasa nyaman pada seseorang yang bukan siapa-siapanya. Begitu juga Reina dan seorang Devano.

"Melamun aja lu!" ucap Juandra dan mengacak-acak rambut Anya.

"Juan, gue kira lo gak naik bus." Anya membulatkan matanya.

"Gue takut lo bunuh." Juandra menatap Anya, "Muka lo kok pucat?" tanya Juandra saat melihat wajah Anya dari dekat.

"Gue kurang tidur gara-gara kangen bokap," jawab Anya sambil menunduk. Ia menghelah napas dalam.

Juandra tahu Anya sangat merindukan ayahnya. Pasalnya, ayahnya sudah lama tidak menemuinya. Ia sibuk bekerja.

"Kirain lo udah berubah jadi Vampir." Juandra mengacak-acak rambut Anya untuk kesekian kalinya. Ia mencoba menghibur sahabatnya dengan caranya sendiri.

"Juannn!" Anya mencubit Juandra kesal, dan mereka berbincang sepanjang perjalanan ke sekolah.

~~~

SMA 2 Makassar.

Reina duduk di bangkunya sambil menopang dagu. Ia kesal karena tadi pagi, lagi-lagi Devano tidak memperdulikannya. Padahal Reina sudah mati-matian melakukan berbagai hal untuk mendapatkan hati Devano.

"PERHATIAN!!! Hari ini Bu Heni gak masuk! Jadi kita disuruh kerjain tugas di buku paket halaman 179, kumpul minggu depan!!!" ucap Juandra dengan lantang sambil membawa buku dari perpustakaan lalu membagikannya.

Seisi kelas mulai membuka buku paket Bahasa Indonesia yang dibagikan oleh sang ketua kelas, dan mengerjakan soal di halaman 179. Sementara Reina mulai berdiri sambil tersenyum lebar.

"Kenapa lo, Cunguk?" tegur Anya yang duduk di sampingnya yang mulai mengerjakan soal-soal.

"Mumpung hari ini jamnya kosong, gue mau cari Devano!" ucap Reina membuat Anya memutar kedua bola matanya malas.

"Lo segitu sukanya ya sama murid baru itu?" Tiba-tiba Juandra bertanya dari belakang.

"Iya, gue suka banget!" jawab Reina dengan antusias.

"Oh begitu..." Juandra menunduk, merasa kehilangan semangat. Ia kecewa karena gadis itu menyukai laki-laki brengsek yang sudah menyakitinya, bukannya dirinya yang selalu berada di sisi Reina.

JANJI DI TEPI SENJA  (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang