Gue relah goblok demi seseorang.
-Reina Elatta
•••
PAGI-PAGI sekali gadis itu bangun dari tidurnya, bergegas untuk lari pagi. Sudah menjadi rutinitas setiap paginya untuk melakukan kegiatan itu.
Gadis itu melangkah keluar dari halaman rumahnya, sambil tersenyum melihat sosok yang dicari-carinya sedaritadi ternyata sudah berlari di sepanjang jalan. (Jalan di sekitar rumah Reina adalah kawasan bebas kendaraan umum).
Reina berlari semakin mendekati Devano, sehingga ia bisa melihat dengan jelas keringat yang jatuh di sekitar keningnya. Tampannya, puji Reina dalam hati.
"Tetangga, kita ternyata satu sekolah yah? Dengar-dengar, kamu kelas III IPA 2?" Reina berusaha bisa berbincang dengan Laki-laki itu. Namun Devano hanya melirik sebentar, lalu kembali fokus ke arah depan sambil berlari pelan.
"Oh iya, namaku Reina. Kita gak sempet kenalan." Reina menyodorkan tangannya bermaksud berjabat tangan.
Devano berhenti, dengan wajah kesal menoleh ke arah Reina. Bukannya menerima jabatan tangan Reina, malah kembali melanjutkan larinya.
"Masa lo gak kenal gue? Gue yang waktu hari lo bantuin nyebrang jalan, lo kirah gue buta!"
"Yang waktu di depan pagar rumah lo, ujan-ujanan!"
"Ummmp, kita sempat tabrakan di sekolah. Di hari pertama lo pindah!"
"Lo sempet liat gue jatuh dari pagar sekolahan!" teriak Reina yang berusaha mengejar Devano, karena laki-laki itu mulai berada jauh di depannya.
"Devano, lo gak inget gue yang gak sengaja tumpahin jus jeruk waktu di kantin?!" teriak Reina lagi, membuat Devano berhenti.
Devano menoleh saat gadis itu sudah berada di sampingnya. Ia menatap Reina sangat dingin. Reina merasa canggung karena tatapan Devano begitu menyeramkan. Di pikiran gadis itu, Devano mungkin mengingatnya dan akan marah karena insiden jus jeruk itu.
"Minggir lo!" ucap Devano kasar. Mendorong bahu Reina. Reina baru sadar bahwa sekarang mereka berdiri pas di depan rumah Devano.
Brakkk!!!
Suara hantaman pagar yang ditutup keras oleh Devano. Devano berjalan dengan cepat masuk ke dalam rumahnya, dengan wajah kesal. Meninggalkan gadis cerewet itu di depan sana.
~~~
Sekolah 07.15 am
"Akhir-akhir ini lo ada peningkatan, Rein," ucap Amala. Teman sekelas Reina, yang baru saja masuk ke dalam kelas.
"Gue kan harus berubah, masa mau gitu-gitu terus?" balas Reina lantang, membuat seisi kelas kagum terhadapnya. Padahal dalam hatinya, cepat-cepat ke sekolah agar bisa ketemu sama Devano.
"Bagus juga,sih! Setidaknya lutut lo gak berdarah lagi tiap pagi." Anya yang sedaritadi duduk di samping Reina, mengerjakan soal-soal di buku paketnya.
Reina menoleh, kemudian menatap Anya dengan tatapan usil. "Anya Anggitaaa, sahabat Reina yang paling gemesinnn..." Reina mencubit pipi Anya gemas.
"Akh! Lepasinnn bocaaah!" Alhasil Anya meringis kesakitan.
~~~
Di lain tempat Devano berjalan masuk ke dalam kelas, menuju ke bangkunya. Sementara Raihan sedang asik mencoret-coret buku seorang siswa yang ditinggalkan di kelas. Adapun Revan sibuk memakan kuaci dan menghambur kulitnya di lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANJI DI TEPI SENJA (SELESAI)
General FictionPART MASIH LENGKAP (REVISI) (Dilarang Keras Plagiat!) [Cerita ini ditulis saat saya masih belum paham tentang cara kepenulisan yang benar. Jadi mohon dimaafkan jika tersebar typo dan cara penulisan yang tidak sesuai EYD.] Reina Elatta, gadis ceroboh...