Capter 11

771 73 7
                                    

Aku suka senja, dia memang pergi namun tetap kembali.

-Devano Graha

•••

"KENAPA nilai ulangan gue cuma tiga puluh? TAI!" Raihan meremas-remas kertas jawabannya.

"Sial! Gue juga cuma dapat tiga puluh! ini gara-gara lo, Njir. Bikin contekannya gak bener!" Revan merobek-robek kertas jawabannya lalu menghamburkannya ke lantai.

"MONYET!!! Siapa yang suruh lo nyontek ama gue?" Raihan menjitak kepala Revan membuat kembarannya itu meringis sakit.

"Gue seratus!" Tiba-tiba seseorang di belakang mereka menyodorkan kertas jawaban yang tertera dengan besar angka 100. Refleks dua kembar itu menoleh.

"ASTAGA!!! Demi Dewi portuna dan Dewa Api, Dewa angin, Dewa air!!! Lo bisa bicara???" tanya Raihan dengan mata terbelalak. Ia mengucek matanya beberapa kali saat melihat sosok batu yang sedaridulu mencuri perhatiannya, tiada angin dan tiada hujan langsung mengajaknya bicara.

"Lo pikir dia bisu apa!" cetus Revan pelan lalu melanjutkan melongo tidak percaya.

"Santai aja!" ucap Devano lalu duduk di mejanya. Raihan dan Revan masih mematung, mereka tidak percaya dapat menyaksikan dengan kedua matanya satu sejarah.

"SIAPA YANG BUANG SAMPAH DI...!!! " Fani ratu gosip yang baru datang langsung berteriak memecah keheningan kelas tiba-tiba memotong teriakannya, karena Devano melihat ke arahnya membuat mata gadis membulat dengan sempurna.

"What???!!! Lo merhatiin sekitar?!" pekik Fani. Sesaat ia membungkam mulutnya, dan detik berikutnya gadis itu menempeleng kepala Raihan.

"Aduh sakit, Anjir!" Raihan memegang kepalanya, menahan sakit.

"Berarti gue gak mimpi? Dia berinteraksi? Manusia dingin! Iya, dia melihatku!" ucap Fani masih tidak percaya. Ia begitu heboh, kemudian lari keluar kelas sembari berkoar-koar ada berita baru.

Fani Anggunia, cewek kepo yang ingin tahu segalanya dan sok tahu. Dijuluki sebagai ratu gosip.

Cepat-cepat penghuni kelas 3 IPA 2 berkerumun masuk ke kelas ingin memastikan perkataan Fani. Tapi sesampainya di kelas mereka hanya mendapati kelas yang kosong dengan kertas dan bingkisan kue yang berhamburan di lantai.

"DUO KAMPRETTTT!!!" teriak mereka serentak.

"Seneng banget gue karena lo mau jadi temen gue!" ucap Raihan sambil merangkul pundak Devano.

"Kapan kita berteman?" tanya Devano dingin.


"Kalau lo udah bicara ama gue. Itu tandanya lo udah mau jadi temen gue! Titik! Gak pakai koma!" jawab Revan yang dari tadi mengikuti Devano bersama Raihan.

Devano mengangguk pelan, menandakan bahwa ia ingin berteman dengan dua kembar itu. Sementara dua kembar itu masih mengikutinya.

"Gue mau ke toilet!" ujar Devano membuat dua kembar itu berhenti dan saling melempar tatap.

"Lah, kenapa kita harus ngikutin lo ke toilet?" tanya Raihan sambil menggaruk kepalanya.

"Jijik gue! Gue bukan homo!" umpat Revan lalu tertawa keras.

Itulah asal mula Devano berteman dengan duo kampret itu. Dan, mulai saat itu mereka selalu pergi bertiga. Lebih tepatnya dua kampret itu yang selalu mengekori Devano. Mereka juga baru tahu, ternyata Devano diam-diam memiliki otak cerdas meskipun bibirnya selalu terkunci. Mengingat saat Raihan meletakkan kertas berisi jawaban soal ulangan yang membuat Devano tersenyum karena contekan yang diberikan dominan salahnya daripada benarnya.

JANJI DI TEPI SENJA  (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang