Sudah lima belas menit sejak keputusan sepihak dari Brian tapi Laula samasekali tidak beranjak dan terus memperhatikan Brian.
"Kenapa kau tidak pergi dan berhenti menatapku" ujar Brian yang mulai merasa risih."Denger ya om,om itu kan kaya masa gaji gue cuma satu juta,tambah satu juta lagi ya itu umr loh" Brian yang mendengar kata-kata Laula langsung bangkit dan mendekati Laula.
Ia mencondongkan badanya ke arah Laula sampai Laula bisa merasakan hembusan napas Brian menerpa wajahnya.
"Saya sudah bilang saya tidak suka jika kau menggunakan lo-gue dan baiklah saya tambahkan satu juta karena saya lebih kaya dari kamu" kata Brian yang tajam dan penuh penekanan membuat Laula menahan napasnya.Mereka saling bertatap selama lima menit sampai Laula mendorong tubuh Brian untuk menjauh,hey kau pikir tidak pengap apa jika terus menhan napas.
"Aku mau tanya ya om,emang seberapa penting sih cincin itu" Brian hanya menyeringai mendengar pertanyaan Laula.
"Bukan urusanmu dan yah aku butuh bantuan mu untuk memilihkan cincin yang baru" perintah Brian sambil kembali ke kursinya.
"Siap om,tapi aku butuh kontrak donk biar tidak ada penyalahgunaan kekuasaan" Ujar Laula sok yang membuat Bria tertawa.
"Penyalahgunaan kekuasaan apa maksudmu dasar aneh" Brian mencoba menetralkan tawanya.
"Ya takut saja kan om melakukan kekerasa atau om jatuh cinta padaku seperti ana dan chirstian" balas Laula berapai sampai dia menghitung dengan jarinnya.
"Dengar ya nona chinderella,chirstian grey itu jatuh cinta pada anna itu karena polos bukan karena bodoh,dan alu tidak mungkin menyukaimu" ejek Brian yang membuat Laula mendengus kesal.
Tanpa Brian sadari sejal tadi dia tersenyum bahkan tertawa dengan mendengar kata-kata Laula yang konyol juga ekspresi nya cepat berubah.
Brian menekan interkom untuk menghubungi pak Hadi assistennya.
"Pak bawa kontraknya kemari dan coret angka satu juta ganti menjadi dua juta karena nyonya chinderella ini sendak merajuk" perintah Brian sambil menatap Laula yang sedang melipat tangannya di dada dan mengerucutkan bibirnya."Sudah kontrak itu akan dibawa,jadi bisa meratakan bibirmu itu" ujar Brian,sebenarnya Laula sudah menehan senyum tapi hey gengsi donk masa marah lalu tiba-tiba tersenyum.
"Makasih om,kapan kita pergi pasti setelah tandatangan kontrak itu donk" ujar Laula yang sudah merubah eksprsinya.
"Dasar aneh" dengus Brian tapi sama sekali tidak diperdulikan oleh Laula.
Tak lama terdengar suara ketukan pitu dan suara dari pak Hadi,Laula langsung bangkit dan membukakan pintu.
Ia menggandeng tang pak Hadi dan menyruh nya duduk,pria paruh baya itu hanya menatap Laula bingung.
"Mana kontraknya pak Hadi?" tanya Laula sambil tersenyum lebar.
"Ini nona,silahkan tandatangani lalu tuan Brian dan saya sebagai saksi" terang pak Hadi yang terdengar kaku.
Baby memukul lengan pak Hadi pelan
"Tidak usah seformal itu pak Hadi kita itu sejajar,kita itu sama-sama asissten pribadi bedanya kalo pak Hadi mengurusi masalah kantor,kalo aku ngurusin masalah cincin" canda Laula yang sangat krispi seperti keripik singkong."Tidak lucu ya,maafkan Laula pak Hadi" ujar Laula sambil menahan malunya karena candaanya tidak membuat Pak Hadi tertwa.
Tapi lima detik setelah itu Brian tertawa lepas melihat ekspresi Laula yang menahan malu karena gagal membuat pak Hadi tertwa.
Pak Hadi membeku karena tidak biasanya boss besarnya itu tertawa lepas,mungkin sudah hampir lima tahun ini boss nya itu tidak tertawa lepas hanya senyum palsu yang ia lihat.
Laula menandatangani surat kontraknya dengan wajah merah menahan malu dan kesal.
Lalu ia menyerahkan surat itu kepada Brian yang masih menetralkan suaranya,kemudian ia menandatangani dengan serius sangat elegan bagi Laula.
Lalu giliran pak Hadi yang menandatangini surat itu.
"Saya akan membuat salinannya untuk nonna Laula, saya pamit dulu tuan Brian dan nonna Laula" ujar Pak Hadi sebelum pergi keluar ruangan."Ya sudah ayo om,kita pilih cincinya" ajak Laula,Brian hanya menurut saja.
"Sebentar saya beresakan berkasnya" ujar Brian lalu mematikan komputer dan merapikan berkas-berkasnya lalu memakai jasnya.
Lalu mereka memasuki lift yang langsung menuju besment kantor yang hanya bisa diakses oleh Brian dan orang kepercayaan nya saja.
Mereka memasuki mobil lamboghini keluaran ternaru.
"Aku tidak suka dengan mobil dua tempat duduk seperti ini sepi pendek lagi mobilnya" komentar Laula saat mobil itu melesat meninggalkan kantor nya menuju toko perhiasaan yang sudah tersohor.Hanya butuh tiga puluh menit karena jalanan tidak terlalu macet,mereka turun didepan toko itu.
"Ohh ini tokonya,palingan mahal mommy juga suka beli disini" gumam Laula tapi masih dapat didengar oleh Brian."Sudah jangan banyak bergumam,ayo masuk" ujar Brian sambil menarik tangan Laula.
"Oh Brian ada apa?" sambut seorang wanita yang masih catik diusianya yang sudah paruh baya.
"Aku ingin memilih cincin untuk.." ucapan Brian terpotong ketika melihat paaangan yang sangat ia kenal.
"Oh Brian kau disini juga,kau membeli perhiasaan untuk tante raina?" tanya wanita cantik itu.
"Tidak aku mau membelin cincin untuk ehm pacarku ini" balas Brian sambil merangkul bahu Laula sedangkan Laula hanya diam,terlalu shok mungkin.
"Pulanglah minggu ini,mamih sama papih terus menanyakan dirimu,bawa juga pacarmu ini emm siapa nama nya" tanya pria yang mirip dengan Brian.
"Laula,aku Laula" jawab Laula sambil mengulurkan tangannya tapi sebelum pria itu menyalami Laula,tangannya sudah ditarik dulu oleh Brian.
"Jangan sentuh dia,takut dia malah suka padamu seperti seseorang yang melupakan janjinya untuk terus bersamaku" sindir Brian lalu menarik Laula untuk memilih cincin.
"Sudah jangan dipikirkan,kau tidak salah jika berpaling karena sikap dinginnya." ujar pria yang bernama Sandy pada wanita disebelahnya Jasmine.
Ada yang nunggu up ini,apa nunggu aku wkwkw
Jangan lupa votte sama commentnya
Sorry for typo
Love
Viadoa

KAMU SEDANG MEMBACA
Iam Not Chiderella
Romance(Completed) Laula Reyna Hartanto seorang gadis yang sangat polos dan sering dipengaruhi oleh teman-temanya itu harus terjebak dengan pria dewasa yang sangat dingin dan kaku karena menghilangkan cincin yang harganya tidak masuk akal. Bagaimankah nas...