Zwei - Kannst Du Mich Sehen?

2.7K 328 138
                                    

🎶Now playing : My Best Friend - Weezer

Kau tau, ketika kau menyukai seseorang maka segalanya akan berubah. Entah itu cara pandangmu, caramu berbicara, perasaan hatimu, kebiasaan mu atau apapun itu. Mungkin kau yang tadinya adalah orang yang tidur lebih cepat menjadi sering tidur terlambat akibat menunggu balasan pesan darinya, atau kau yang tadinya tidak memperdulikan penampilan mu menjadi lebih sering melihat pada cermin untuk memastikan apakah kau sudah tampak menakjubkan atau belum, itu wajar dan terkadang menyenangkan. Kenapa terkadang? Ya, karena terkadang nya lagi kau malah merasa terbebani. Cinta itu sungguh adalah sesuatu yang indah. Perasaan mencintai dan dicintai adalah perasaan paling menakjubkan di dunia, seluruh insan anak cucu Adam dan Hawa begitu menginginkannya. Namun, kau harus tau porsinya. Cinta itu layaknya api. Ketika ia dalam porsi kecil atau normal, maka api dapat membantu kehidupan sehari-hari. Namun ketika api dalam porsi besar, mereka dapat membahayakan mu. Mereka dapat membunuhmu, begitupun cinta.  Cinta itu racun, ketika kau telah terjatuh terlalu dalam maka kau tak akan mampu untuk kembali ke permukaan. Jangan, jangan salahkan cinta. Cinta itu tak pernah salah, kau dan hatimulah yang patut dipersalahkan. Kau yang membiarkan rasa cinta itu mendorongmu kedalam jurang dan tak melakukan apapun, padahal kau bisa saja menghindar atau mencoba cara untuk keluar namun kau tak mau, bukannya tak bisa.

"Aku memang terlalu pengecut, terimakasih karena telah menamparku," Changbin menutup buku yang baru saja Ia baca, setelah membaca buku itu membuat dirinya menjadi emosional. Lemah memang.

"Aku ingin tahu, siapa yang berani menampar mu?," Changbin terkesiap ketika pintu ruangannya terbuka, bersamaan dengan munculnya seseorang yang sejak tadi ada di kepalanya. Sebenarnya memang selalu ada dikepalanya.

"Bisakah untuk mengetuk terlebih dahulu? Inilah akibat kau sering masuk ke kamar wanita tanpa permisi, sialan!," Changbin mendengus melihat seseorang tersebut kini tengah duduk dihadapannya dengan wajah tanpa dosa.

"Tepat sekali, para wanita selalu menunggu ku melakukan hal itu,"

"Terserah, kenapa kau--,"

"Tunggu, kau menangis?," Seseorang tersebut, Bangchan memotong kalimat Changbin ketika melihat jejak air mata di wajah gembil pemuda itu. Changbin yang tidak sadar akan dirinya yang entah sejak kapan menangis itu segera menghapus air matanya.

"Tidak, aku mengantuk," Changbin berpura-pura menguap agar Bangchan tidak bertanya lebih jauh, Ia tidak suka jika Bangchan terlalu banyak bertanya.

"Kau tidak bisa tidur sekarang, kau lupa kita harus ke tempat penitipan hewan?," Changbin menepuk dahinya sendiri, salahkan buku yang baru saja ia baca hingga membuatnya lupa akan tugasnya.

"Ah, aku hampir lupa. Apakah kita sudah terlambat?," Changbin tampak segera bangkit untuk mengambil tasnya juga mempersiapkan segala alat dan perlengkapan yang akan digunakan di tempat tersebut.

"Tidak,"

"Baguslah," setelah mengepak segalanya didalam tas berukuran sedang miliknya, sekaligus memakai jas dinasnya. Changbin tampak menakjubkan sekarang.

"Jisung dimana?," Tanya Changbin ketika Ia dan Bangchan sudah keluar dari ruangannya, berjalan menuju pintu depan.

"Didalam mobilku," Changbin mengangguk mengerti tanpa adanya rasa curiga, walaupun sebenarnya merasa agak aneh karena tidak biasanya sahabatnya itu membiarkan seseorang untuk menaiki mobilnya kecuali jika ada suatu maksud tersembunyi.

"Yoojung, jika ada yang mencari ku bilang saja aku akan kembali saat jam makan malam. Jika itu sesuatu yang mendesak, kau bisa meminta dokter lain untuk menggantikan ku,", ujar Changbin ketika Ia sampai pada depan pintu kepada salah satu suster di klinik tersebut.

"Baiklah, jangan khawatir," ujar gadis itu sambil tersenyum, lalu kembali melakukan pekerjaan nya yang sempat terhenti.

Bangchan membawa Changbin menuju mobilnya, Changbin hanya ikut saja. Namun ketika ia bisa melihat dari luar ada seorang wanita yang duduk di sebelah kursi pengemudi, Changbin menghentikan langkahnya tepat disamping pintu mobil tersebut. Membuat Chan yang tadinya hendak membukakan pintu mobil bagian belakang ikut berhenti lalu menatap Changbin heran.

"Kenapa?," Tanya Bangchan ketika melihat Changbin hanya diam menatap lurus pada seorang wanita yang kini tampak nyaman di kursinya.

"Aku akan naik mobilku sendiri," Changbin berucap datar, dan Bangchan tahu apa penyebabnya.

"Oh ayolah Changbin, akan lebih mudah jika kita berangkat menggunakan satu kendaraan saja," Bangchan tahu pasti akan terjadi seperti ini.

"Aku tidak mau menganggumu untuk mengelus paha pacarmu," setelah mengatakan itu Changbin segera menuju mobilnya yang terparkir tepat dibelakang mobil Bangchan. Tak mempedulikan Bangchan yang tampak frustasi.

Changbin sekarang tahu alasannya, Bangchan membawa Jisung kedalam mobilnya agar Ia mau satu mobil dengan Bangchan juga kekasihnya. Bangchan selalu melakukan hal yang sama ketika Ia ingin mengantar Changbin menggunakan mobilnya, ketika pemuda itu tengah bersama kekasihnya.

Changbin memang menolak untuk satu mobil atau berdekatan dengan para Bangchan karena Ia sungguh tidak bisa melihat hal itu. Bukannya apa-apa, Changbin hanya tidak ingin membuat dirinya tampak menyedihkan. Ia tidak mempedulikan urusan pribadi sahabatnya itu, selama hal itu membuat Bangchan bahagia. Walaupun si brengsek itu bahkan tidak sadar akan apa yang Ia lakukan itu membuatnya bahagia atau tidak.

"Aku akan ikut Changbin saja," tak lama setelahnya Jisung ikut keluar dari dalam mobil, lalu berlari secepat mungkin menuju mobil Changbin tanpa peduli pada Bangchan.

"Sialan! Kalian memang tahu bagaimana cara menyenangkan sahabat," tak ingin ambil pusing Bangchan segera masuk ke dalam mobilnya.

Ia tahu kalau Changbin memang pernah mengatakan padanya bahwa pemuda itu tak akan pernah ingin ikut campur dengan urusan cintanya, tidak ingin bersama dengan para gadisnya, namun Bangchan selalu tak pernah mengerti. Changbin tidak pernah mengatakan alasan yang masuk akal padanya, maka dari itu Ia selalu mencari cara agar pemuda itu setidaknya bisa kenal dengan para kekasih nya yang tidak terhitung itu. Bangchan ingin suatu saat ia bisa mengenalkan calon istrinya pada sahabat nya itu dengan cara yang baik, namun sepertinya akan sulit.

Karena Bangchan tidak pernah tahu, ketika Ia melakukan hal itu, maka satu sayatan pada hati Changbin makin melebar. Tidak, mungkin bukan tidak pernah tahu, tapi mencoba untuk tak mau tahu. Entahlah, tapi yang pasti ada orang lain yang menyadari semua ini.

"Kau menyukainya kan?," tubuh Changbin mendadak beku ketika pertanyaan itu keluar dari bibir...


... Jisung.


-tbc-

Book ini tidak akan terlalu banyak chapter nya, mungkin maksimal 10 chapter aja. Iya, aku tidak mau berbelit-belit. Karena apa? Karena aku juga tidak tahu alasannya.

24 April 2019


[6]Home | ChanBin | Chan x Changbin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang