Zehn - Wir Treffen Uns Endlich

1.6K 253 80
                                    

🎶 Now Playing : Hard For Me - Doyoung NCT

Aku tak tahu kenapa hati ini
Aku tak tahu ada apa dengan perasaan ini
Aku tak tahu penyebab kepala pusing seperti ini
Semuanya terjadi ketika mata ini menangkap sosokmu
Ketika siluet tubuhmu memenuhi pandangan
Ketika langkah kakimu terasa begitu dekat
Aku masih belum tahu apa penyebabnya
Namun yang aku tahu pasti
Aku bahagia ketika bisa bertemu denganmu lagi


Kedua tangan bersidekap di dada untuk menghalau rasa dingin yang kian menusuk tulang, padahal saat ini adalah musim panas namun sialnya udara malam selalu saja mampu membuatnya kedinginan.

Biasanya ketika Ia kedinginan, Ia akan pergi ke unit seseorang yang Ia anggap sahabat untuk sekedar mencari kehangatan. Entah kenapa Ia mempunyai kebiasaan itu, dan entah mengapa Ia melakukan itu.

Diantara kedua sahabatnya, Changbin dan Jisung, memang Changbin lah yang memperlakukannya dengan baik. Bukan berarti Jisung tidak baik, namun semua orang tahu Jisung lebih menyukai para gadisnya daripada mengurusi Bangchan yang merengek karena benci kedinginan, dan hanya Changbin yang mau bersusah payah menghangatkan Bangchan bagaimana pun caranya. Changbin bodoh kan? Jelas, Ia telah melakukan hal yang sia-sia, dan Ia tahu itu namun tetap saja bersikeras bersikap baik pada Bangchan yang bahkan tak akan pernah melihatnya.

Bangchan yang tengah bersandar di dinding tepat sebelah kamar asrama Changbin itu otomatis menoleh kala merasa sesuatu akan segera datang, entahlah itu hanya perasaannya saja.

Dan memang benar, sebuah langkah teratur terdengar dan otomatis sudut bibir Bangchan terangkat begitu melihat siluet tubuh si pemilik langkah kaki tersebut.
Bangchan menegakkan tubuhnya, kedua tangannya Ia masukkan pada saku celana jeans nya. Ia tidak tahu kenapa Ia merasa begitu senang melihat seseorang tersebut, yang kini tengah berjalan sambil melihat pada lantai. Seperti biasa.

"Apa ada yang sedang kau cari di lantai itu? Kenapa kau selalu melihatnya?," Ia bertanya dengan suara cukup di kencangkan hingga membuat seseorang tersebut terkejut dan mendongak untuk melihat dirinya.

Langkah pemuda tersebut terhenti tepat didepannya yang hanya berjarak beberapa meter.

Tampak mata bulat itu melebar ketika melihat dirinya, entah sejak kapan Ia begitu tertarik melihat wajah terkejut yang dimiliki pemuda itu.

"K-kau? Kenapa kau bisa disini?," Suara itu akhirnya Ia dengar kembali, tanpa berniat menjawab Ia segera berjalan mendekat. Lalu membuka lengannya untuk memeluk sang sahabat.

"Aku merindukan mu, teman," ujarnya sambil memeluk erat tubuh yang lebih kecil darinya itu.

Tak ada balasan apapun dari sahabatnya itu, hanya kebisuan yang mengisi pendengarannya. Ia pun mengeryit kala menyadari bahwa Changbin sama sekali tak membalas pelukannya.

"Kau tak merindukan ku?," Ia melepas pelukannya, menatap Changbin yang masih terdiam. Kedua tangannya mencengkram pelan kedua sisi pundak Changbin.

"Hey, jawab aku," Ia menggerakkan tubuh Changbin, namun lagi tak ada respon apapun dari Changbin. Pemuda itu terlihat mematung.

"Aku tanya, kenapa kau bisa ada disini?," Bangchan terkesiap, untuk pertama kalinya Ia mendengar nada dingin dari Changbin. Itu menyakiti hatinya.

"Memangnya kenapa? Aku bisa kemari sesuka hati ku kan,"

"Kalau begitu, aku juga bisa dengan sesuka hatiku meminta mu pergi dari sini. Aku tidak ingin melihat mu," Changbin melepaskan tangan Bangchan pada pundaknya, Ia lalu berniat untuk segera masuk ke dalam kamarnya. Namun, Bangchan sama sekali tak membiarkan Ia bergerak kemanapun.

"Bisakah kita kembali seperti dulu lagi? Aku tahu kau menyukaiku, tapi apakah persahabatan kita akan berakhir begitu saja hanya karena kau menyukai ku? Jangan egois Bin, kau selalu memikirkan dirimu sendiri," Changbin diam, Ia sama sekali tak berniat menyanggah ataupun membela diri, Ia membiarkan Bangchan untuk berpikir apapun tentang dirinya.

"Bisa tolong pergi? Aku mau istirahat,"Bangchan menggeleng "Tidak, aku tidak akan pergi. Kau tahu, aku kelelahan karena jauh-jauh dari Korea untuk kemari hanya karena mu. Dan sekarang aku kedinginan, aku butuh sesuatu yang bisa membuat ku hangat,"

"Itu bukan urusanku, tolong perhatikan dirimu sendiri,"

"Tentu saja ini adalah urusanmu, kau harus membuatku merasa hangat. Seperti yang biasanya kau lakukan padaku, ayolah Bin. Jangan egois begitu, kau tega melihat sahabat mu ini kedinginan?," Bangchan seakan tak mengerti perasaan Changbin, terus saja memaksa Changbin. Menyebalkan memang.

"Maaf, jika bicara tentang ke egoisan haruskah aku memberikan mu sebuah cermin agar bisa berkaca? Kau tahu dengan jelas siapa yang egois disini!,"

"Biarkan aku bertanya padamu Chan. Kau masih menganggap ku sahabat mu, kan? Jika ya, tolong biarkan sahabat mu ini bahagia. Aku tengah berusaha untuk melupakan mu, dan seharusnya itu menjadi kabar baik untukmu. Jangan ganggu aku, karena saat ini kau bukan lagi pengalih perhatian ku. Pergilah Chan, kau hanya membuang waktumu disini," Bangchan kembali tertegun kala untuk pertama kalinya Ia melihat kedua manik cokelat itu memerah, pun tatapan itu tampak sendu.

"Kau tahu Changbin, aku sedang bertarung dengan hati dan akalku sekarang. Hatiku mengatakan aku harus memberi ruang untukmu, namun suara-suara di kepala ku selalu melarangku. Aku hanya sedang bingung, maka dari itu tolong bantu aku menyakinkan diriku," Changbin kemudian menggeleng.

"Tidak ada yang perlu di yakinkan, itu hanya perasaan sementara Chan. Jangan menganggapnya terlalu serius, bukannya apa-apa. Jika memang benar perasaan yang tengah coba kau yakinkan ini hanya sementara, aku adalah orang yang akan jatuh paling dalam disini. Aku tak ingin menyiksa diriku sendiri,"

"Yakinkan aku sekarang," tatapan tajam milik Bangchan itu menusuk retina Changbin, membuat Changbin mengalihkan pandangannya.

"Tidak akan," ujar Changbin kemudian, terdengar helaan nafas dari Bangchan.

"Baiklah, aku akan melakukannya sendiri," tepat setelah mengatakan itu, Bangchan tiba-tiba meraih tengkuk Changbin lalu menariknya mendekat.

Lalu seperkian detik kemudian, bisa Changbin rasakan sesuatu benda kenyal yang terasa hangat menyapa bibirnya kala Bangchan tanpa permisi mempertemukan belahan bibir mereka.

Changbin tak mampu menyembunyikan rasa keterkejutannya kala bisa Ia lihat wajah Bangchan dari dekat, bahkan nafas pemuda itu menyapa lembut wajahnya hingga membuatnya bergidik.

Bangchan tampak menutup matanya, menikmati ciuman tanpa permisi itu, namun tidak dengan Changbin. Alasan adalah karena Bangchan menciumnya dengan brutal, penuh nafsu, seakan menganggap dirinya adalah seorang layaknya gadis penggoda di kelab malam seperti yang sering pemuda itu temui, Changbin merasa marah.

Ia segera mendorong tubuh Bangchan ketika pemuda itu berusaha menjamah rongga mulutnya, dorongannya cukup membuat tubuh Bangchan tertabrak dinding yang tadi sempat pemuda itu jadikan tempat sandaran ketika menunggu kedatangan Changbin.

Keadaan Changbin benar-benar tidak baik-baik saja sekarang, mungkin bukan penampilannya yang tidak beraturan, melainkan hatinya. Rasanya seperti tercabik-cabik hingga seakan terkoyak di semua bagian.

Plaakk!!

Sebuah tamparan mendarat mulus di wajah putih nyaris pucat milik Bangchan, bahkan bekas telapak tangan Changbin tercetak jelas disana. Bangchan yang tadinya kalap kini membuka matanya lebar-lebar, lagi-lagi terkesiap saat mendapati sosok pemuda dihadapannya tampak kacau. Wajahnya memerah padam, pun matanya yang entah sejak kapan menganak sungai.

"Kau berengsek!," Dan satu kalimat itu menampar Bangchan untuk kedua kalinya malam itu.


-tbc-

Gak cuma Bangchan yang bangsat :') Straykids juga,, udah mau cb aja itu akang-akang. Tau kali ya gue butuh momen :')

05 Juni 2019

[6]Home | ChanBin | Chan x Changbin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang