Fϋnfundzwanzig - Wir Ziehen Weg

957 130 42
                                    

🎶 Now Playing :  Already Gone - Bily Acoustie


Seperti biasa aku menatap matamu di bawah langit musim semi
Di bawah sinar matahari kau bersinar lebih dari siapapun
Kau peduli tentangku dengan hangat Matamu menjadi dingin sangat aneh Mungkin aku tidak tahu betapa berharganya dirimu
Sekarang aku menyadarinya kau selalu di sisiku
Aku bahkan tidak ragu
Caramu melihat padaku, aku sangat merindukannya
Setelah memutar kembali waktu
Saat kau tersenyum lagi
Seperti kebohongan kau menghilang aku tidak mampu mengatakan apa-apa
Aku benar-benar membenci diriku sendiri - Terjemahan




Pria yang identik dengan julukan vampire tampan fakultas kedokteran hewan itu kini  tengah merapal doa apapun itu sambil duduk dengan gelisah di dalam mobilnya. Ia sekarang tengah menunggu seseorang dan seseorang tersebut adalah orang yang paling ingin Ia hindari untuk beberapa waktu. Namun seperti Dewi Fortuna tak berpihak padanya dan sekarang Ia harus ekstra hati-hati dengan apapun yang akan terjadi dimasa depan. Ia yang seharusnya sekarang pergi kuliah dan bertemu dengan sang 'sahabag terkasih' tak bisa mewujudkan niatnya karena hal mendadak ini. Ia bahkan tidak sempat memberi kabar karena terlalu khawatir dan takut, oh ayolah sejak kapan Ia jadi seseorang yang pengecut seperti ini.

Tukk..tuk..

Mobilnya yang terparkir tepat di pintu masuk bandara itu pintunya diketuk, membuat dirinya yang sejak tadi merasa was-was sedikit terlonjak kaget. Namun, ketika mendapati siapa oknum pengetuk kaca mobilnya Ia hampir saja jantungan. Ya Tuhan, kenapa Ia merasa nyalinya ciut sekarang.

Seseorang tersebut segera masuk kedalam mobil dengan ekspresi yang tidak bisa Ia tebak apa maksudnya. Bisa dipastikan tangannya penuh dengan keringat sekarang.

"Mama kenapa tiba-tiba kembali kesini? Uang Mama habis?," Ia akhirnya bertanya walaupun seharusnya Ia tak membuka mulut.

"Kau pikir kenapa Mama kemari kalau bukan untuk menyembuhkan mu," benar kan, pasti akan begini jadinya.

"Ma, cukup. Aku ini tidak sakit dan tidak perlu disembuhkan, aku baik-baik saja," sang Mama memandang tak setuju, "Tidak, kau itu sakit Chan! Mama tidak mau mempunyai putra yang gila, kau harus di obati," ia - Bangchan - menghela nafas panjang.

"Jadi Mama menganggapku gila? Tidak masuk akal," Bangchan tidak tahu bahwa Ibunya akan menjadi sesulit ini.

"Kau yang lebih tidak masuk akal, apa-apaan dengan kau menyukai Changbin?! Seperti tidak ada wanita saja di dunia ini, kalau para klien juga kolega Mama tau tentang ini, mau taruh dimana wajah Mama? Ini aib Chan, dan yang namanya aib harus segera dihilangkan," jemarinya mengepal kuat ketika mendengar sang Ibu seakan menganggap rendah sang sahabat, sungguh Ia tak terima Changbin di sepelekan oleh Ibunya sekalipun.

"Ini urusanku, Mama tidak berhak ikut campur," setelah mengatakan itu dengan intonasi datar Bangchan segera menyalakan mesin mobilnya. Dibalik diamnya tersimpan begitu banyak kekhawatiran, Ia memikirkan Changbin. Hanya ada Changbin di kepala nya saat ini.

💮


Sejujurnya Changbin adalah orang yang paling sabar, entah itu dalam hal apapun. Namun ketika berhadapan dengan si bibir tebal yang sok misterius dan tengil ini membuat Changbin entah sudah berapa kali mengelus dadanya mencoba menetralisir rasa kesal yang amat sangat pada pria bernama Hyunjin itu.

Hyunjin selalu saja mengabaikan nya, ketika Ia bertanya kemana Ia harus meletakkan benda-benda tidak berguna atau bertanya apa lagi yang harus dibersihkan, yang Changbin dapatkan hanyalah lirikan enggan juga jengah dari Hyunjin. AKU JUGA JENGAH!!!, Changbin berteriak dalam hati.

Atau ketika Changbin mencoba untuk bertanya lagi, maka kalimat Changbin akan dipotong terlebih dahulu oleh Hyunjin, "diam, kau berisik!," Changbin meremas rambutnya frustasi. Seperti saat ini.

"Haruskah aku mengepel lantainya? Kapan Seungmin kembali," Changbin benar-benar bertanya bukan tanpa alasan, namun respon Hyunjin lagi-lagi membuat hasrat Changbin untuk memenggal kepala lelaki itu makin besar.

"Jangan bicara padaku," Jawab Hyunjin yang tengah mengangkat meja terakhir untuk diletakkan diluar. Changbin mencibir, Ia benar-benar tak mengerti kenapa Hyunjin mengabaikannya. Entah kenapa Changbin jadi sangat tidak suka diabaikan, padahal biasanya Ia yang mengabaikan orang lain. Terkecuali Bangchan tentu saja.

Changbin menghalangi Hyunjin yang hendak keluar dengan membawa meja ditangannya itu, membuat ekspresi datar Hyunjin berubah menjadi heran karena Changbin yang tiba-tiba berdiri didepannya dengan berkacak pinggang.

"Apa maumu?," Hyunjin bertanya dengan malas, sungguh Ia enggan membuka mulutnya. Namun hari ini sepertinya Ia telah melebihi kapasitas bicara yang biasa.

Changbin yang melihat Hyunjin seakan menyepelekannya menatap tak terima, kedua tangannya yang tadi berkacak kini bersidekap di dadanya. "Kau kenapa memperlakukan ku seperti ini? Aku punya salah apa padamu?!! Kita tidak pernah berbicara atau dekat sebelumnya, tapi kenapa kau selalu terlihat menyepelekan ku?! Kau kira aku takut padamu, hah?!!," Changbin menuding Hyunjin dengan telunjuknya, matanya menatap Hyunjin seakan berkata 'kau kira aku takut padamu!'

"Tidak," iris pekat Changbin melebar tak terima, Ia mendengus pada pria itu. "Menyingkir dari sana," ujar Hyunjin lagi dengan dinginnya, namun alih-alih mengikuti perkataan Hyunjin Changbin malah makin memajukan tubuhnya agar laki-laki yang lebih tinggi darinya tak bisa pergi kemanapun.

"Tidak sebelum kau memberikan alasan yang masuk akal kenapa kau mengabaikan ku! Jika kau tidak menyukai kehadiran ku katakan sejujurnya!!," Terlihat Hyunjin memutar bola matanya, Ia lalu dengan kasarnya meletakkan meja yang Ia akan ke lantai menyebabkan Changbin sedikit terkejut.

Hyunjin segera melangkah mendekati Changbin dengan tatapan mata tepat pada manik pekat yang sepadam temaram milik si pendek, membuat Changbin yang entah secara otomatis melangkahkan kakinya mundur. Changbin gelagapan ketika Ia malah menabrak dinding, dan Hyunjin tiba-tiba membuatnya terpojok dengan kedua lengan panjang itu mengukungnya. Hey, apa-apaan ini!

"Hey, apa yang kau lakukan?!!,"teriak Changbin tepat dihadapan wajah Hyunjin membuat pria dingin itu menutup matanya sebab air liur Changbin menyapa wajah tampannya.

Tak menjawab apapun Hyunjin malah semakin memojokkan Changbin, hingga jarak keduanya hanya tinggal sejengkal jari saja. Changbin bahkan tanpa sadar menahan nafasnya, entahlah Ia hanya merasa Hyunjin terlalu mendominasi dan mengintimidasinya. Ia tak suka itu.

"Kau mau apa, hah?!! Mengancamku!," Tak ingin terlihat takut, Changbin malah kembali berteriak di hadapan Hyunjin dengan suara yang lebih keras dari sebelumnya, padahal di dalam hatinya sudah was-was kalau-kalau Hyunjin melakukan sesuatu yang tidak Ia harapkan terjadi. Ayolah Changbin, apa yang kau pikirkan!

Bukannya menanggapi Changbin Hyunjin makin memangkas jarak antara dirinya dan Changbin, Changbin tidak tahan lagi untuk menutup matanya. Ia tak bisa menatap mata bak permata elang itu lebih lama, di dalam hati Changbin merapal doa semoga Seungmin segera datang agar Hyunjin tidak bisa melakukan aksi yang menurut Changbin mesum itu.

Nafas Hyunjin menyapu wajah Changbin membuat si pendek gemetar, Changbin makin tak mampu untuk bernafas. Siapapun tolong aku!, Changbin berteriak dalam hati.

'Tak!'

"Aduhh!!", Changbin mengaduh ketika merasa dahinya di sentil dengan tidak manusiawi nya oleh Hyunjin. Keningnya terasa berdenyut sekarang. Ia membuka matanya dan memandang Hyunjin yang jaraknya masih dekat dengannya, Ia melorok tajam pada pria itu. Sedangkan yang ditatap lagi-lagi hanya membalas dengan memandang tak minat.

"Minggir! Kau menghalangi jalanku," setelah mengatakan Hyunjin menjauhkan dirinya dari Changbin dan mengangkat kembali meja sebelumnya tanpa mau peduli dengan Changbin yang hendak melafalkan sumpah serapahnya.

"BOCAH SIALANN!!!,"



-tbc-

Chan, saingan mu berat...dan banyak...

17 Juli 2019

[6]Home | ChanBin | Chan x Changbin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang