Sechsunddreißig - Tag Der Anerkennung

946 97 14
                                    


🎶 Now Playing : Confession - Lee Jung Shin (CNBLUE)



Masih ingat pasal rasa tak terbalaskan? Masih akrab dengan cinta sepihak? Masih merasakan sakit nya ditolak tanpa ucapan? Jisung masih hafal betul segalanya.

Sakitnya

Gundahnya

Segalanya yang menyangkut hati memang menyakitkan. Namun apa mau dikata kalau rasa enggan membalas? Jisung bisa apa kalau Changbin sama sekali tak pernah melihat padanya. Menyerah? Tentu saja. Dari awal pun Jisung sudah berpikir untuk menyerah. Meski dibeberapa waktu hatinya memberontak menuntut balasan. Namun Jisung cukup tahu diri bahwa dirinya tak pantas. Setampan apapun dirinya, Ia akan tetap tak mampu menyingkirkan si brengsek Bangchan dari hati Changbin. Menyedihkan memang. Barangkali ini adalah karma karena Ia adalah seorang player, dan ini saatnya Ia berhenti untuk memainkan hati orang lain agar tak lagi berimbas padanya. Bisa saja.

Meskipun begitu, sungguh yang namanya menghapus perasaan cinta yang dipunya itu tak semudah menghapus bekas tinta spidol di papan tulis. Tak semudah menyeduh teh dengan air panas. Tak sesederhana memasak mi instan. Karena sejak kecil kita diajarkan untuk mengingat sejarah, bukan melupakannya, sesakit apapun sejarah itu terkenang. Penggalan sebelumnya adalah kilahan Jisung saat Minho bertanya kenapa Jisung tak mencoba melupakan Changbin saja.

Kalau memang mudah, mungkin Jisung tak perlu uring-uringan seperti orang gila. Tak perlu merasa seakan kepalanya dilempari ribuan batu. Buang-buang waktu saja, jika dipikir-pikir.

Namun sekali lagi, semesta tak pernah mau memaafkan bajingan tampan seperti dirinya. Barangkali dosa yang Ia perbuat sudah setinggi gunung Fuji di Jepang sana. Jisung mendapatkan sebuah tamparan lagi. Ketika Changbin dengan suara riang menghubungi dirinya. Memberitahu bahwa Changbin dan Bangchan, akan segera menikah.

Jisung pernah bilang kan, bahwa dengan melihat orang yang Ia cintai bahagia, itu saja sudah cukup untuknya. Jisung juga pernah mengatakan bahwa dia akan selalu berdiri di belakang Changbin, melindungi pemuda itu. Tapi sekarang, rasa-rasanya Jisung ingin pergi saja. Pergi yang sangat jauh. Dimana pun asal tidak ada satu orangpun yang tahu perkara hatinya yang remuk, semakin memburuk.

Ayolah, Jisung memang berlebihan. Tapi pernahkah terpikirkan bagaimana rasanya mencintai sepihak? Bagaimana rasanya ditolak bahkan sebelum sempat untuk menyatakan maksud perasaan? Jika ada kata yang makanya lebih tinggi dari kata sakit, mungkin itulah yang cukup untuk mewakilkan apa yang tengah Jisung rasakan.

"Bisa bertemu? Sebentar saja, ada yang ingin aku bicarakan padamu." Sejenak Jisung mengatur nafasnya, sebisa mungkin untuk mengontrol suaranya, agar seseorang yang berada di seberang sana tak mengetahui bagaimana keadaannya sekarang.

"Tentu. Berdua saja? Atau kau mau aku mengajak Chan?"

"Aku hanya ada perlu denganmu, tapi terserah padamu kalau kau mau membawa orang lain."

"Baiklah, bertemu di mana?"

"Di unit mu saja, aku sudah ada di sini."

"Baiklah, aku akan segera kesana. Tunggu sebentar."

"Eumm, berhati-hatilah." Dan sebelum menunggu tanggapan seseorang tersebut, Jisung segera memutuskan hubungan teleponnya.

"Ck, Han Jisung idiot.."


🌸


"Apa?"

"Ya, sebaiknya hilangkan niatmu yang ingin mendekati Kak Changbin. Yang aku katakan padamu sebelumnya itu, lupakan saja." Seungmin, pria itu tersenyum tipis setelah meneguk susu kotak yang Ia dapatkan dari lemari pendingin.

[6]Home | ChanBin | Chan x Changbin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang