The Truth Of Jisung

1.1K 155 55
                                    


'Gluk'

Sudah sekian kalinya minuman keras yang sebenarnya bukan jadi bagian dari hidupnya itu Ia tenggak. Keningnya mengeryit ketika merasakan alkohol yang membasahi kerongkongan itu seakan membakar mulutnya, pahit dan terasa keras. Tak hanya itu, sudah berpuntung-puntung rokok Ia hisap tiada henti menganggap jika Ia melakukan itu maka semua yang tengah mengganjal pikirannya itu bisa segera lenyap, Ia yang gila sekarang.

"Kau kenapa?," Sebuah suara menginterupsinya, hapal dengan tone suara itu membuatnya enggan menoleh, Ia yang sudah hampir mabuk memilih tak hirau.

"Aku tidak tahu seorang Han Jisung bisa terlihat sekacau ini, ada apa? Kau diputuskan oleh gadis-gadis mu lagi?," Seseorang itu memandanginya, merasa sedikit aneh dengan sikap anak didiknya yang terkadang lebih terlihat seperti temannya itu. Ya walaupun kenyataannya mereka memang berteman di luar kampus.

"Lebih parah dari itu," yang ditanyai menjawab setelah menghembuskan asap dari batang rokok yang Ia hisap, membuat seseorang di sampingnya makin heran.

"Kau menghamili seorang gadis?," Jisung melirik sinis pada seseorang yang baru saja berbicara itu, "sebrengsek apapun aku, jika aku sedang bercinta pasti selalu menggunakan pengaman," Dr. Lee atau Jisung sering memanggilnya dengan Minho saja itu tertawa pada sesuatu yang bahkan sama sekali tidak lucu.

"Lalu apa lagi? Masalah apa yang membuat seorang player kedua setelah Chan dari fakultas kedokteran ini terlihat kacau? Kau kehabisan uang apa bagaimana?!," Minho terus memperhatikan Jisung, tak ingin menghalau Jisung yang terus saja meneguk minuman keras itu.

"Changbin..," ujar Jisung lirih, namun masih bisa ditangkap baik oleh indera pendengaran Minho dibalik riuhnya alunan musik pun teriakan orang-orang yang memenuhi kelab tempat mereka berada sekarang.

Mendengar nama Changbin disebut membuat alis Minho bertaut, ada hubungan apa Changbin dengan kekacauan pada Jisung, "Kenapa dengan Changbin?,"

Jisung kembali meneguk alkohol sebelum menjawab, tak lagi Ia pedulikan dengan tingkat kesadaran nya yang mulai hilang. "Aku tidak tahan melihatnya terluka karena si tolol Chan," jawaban Jisung membuat kerutan pada dahi Minho makin menjadi.

"Lalu?," Jisung menghela nafas, bibirnya ingin mengatakan segalanya pada Minho namun akal sehatnya ternyata masih tersisa hingga Ia masih betah menahan segala kalimat itu pada ujung lidahnya. Minho menunggu Jisung, namun Ia sadar bahwa Jisung kelihatan begitu berat untuk memberitahu nya.

"Terserah pada mu mau bercerita padaku atau tidak, tapi setidaknya jangan bersikap seperti ini. Jika Changbin tau kau mabuk, pasti sudah di omeli habis-habisan diri--,"

"Aku merindukannya," perkataan Jisung itu membuat bibir Minho terkatup, Ia sesegera mungkin memandang Jisung dengan tatapan tak percaya, sekaligus bingung. Minho bahkan tampak melongo sekarang.

"M-maksudnya?," Tidak, Minho bukannya kaget karena Jisung mengatakan bahwa dia merindukan Changbin yang notabenenya adalah seorang pria, namun Ia terkejut karena Ia menyangka Jisung merindukan Changbin sebagai 'seseorang' bukan sebagai sahabat. Semoga apa yang Minho pikirkan salah.

"Bukankah sudah jelas? Tidak mungkin kau tuli, Prof," Jisung menyungging senyum hambar, dan itu ditangkap jelas oleh Minho. Sungguh Minho tak habis pikir, sejak kapan si manusia jelmaan tupai ini menyukai sahabatnya sendiri? Sebentar jenis cinta apa yang tengah melibatkan ketiga anak didiknya itu.
Changbin yang menyukai Chan, dan Jisung yang menyukai Changbin? Terlalu terbelit-belit.

"Sejak kapan?,"

"Entahlah, namun yang aku tahu ketika aku melihat Changbin menangisi si brengsek itu, aku tak terima. Aku tak suka melihatnya terluka," Minho tak tahu apakah Jisung sadar atau tidak, namun bisa Minho lihat jika Jisung begitu sungguh-sungguh dengan apa yang lelaki itu katakan. Sebenarnya Changbin itu apa? Bagaimana bisa membuat banyak orang jatuh padanya? Apa yang telah Changbin lakukan pada mereka?

"Aku selalu mengatakan pada diriku bahwa aku memperlakukan Changbin dengan baik karena dia sahabat ku, namun aku tak bisa. Aku tak bisa mengabaikannya, maka dari itu aku selalu berada disisinya. Setidaknya itulah yang bisa aku lakukan selama si brengsek Chan menyakitinya,"Jisung melanjutkan ceritanya, kini tak lagi Ia hisap benda penuh nikotin yang terapit di jarinya.

"Kenapa tak kau katakan perasaan mu padanya? Dia tidak akan tahu jika kau tak berbicara," Jisung menggeleng sambil tersenyum getir, kepalanya menunduk dalam.

"Tidak, aku tidak ingin membebaninya. Cukup dengan berdiri dibelakangnya dan jadi bayangannya saja, karena hanya dengan cara itu aku bisa didekatnya. Kau tau, terkadang tak semuanya harus diceritakan dan tak segalanya harus diketahui. Aku bersedia berdiri di belakangnya menahan segala hujaman rasa sakit yang orang lain berikan padanya, setidaknya rasa sakit yang Ia terima tidak akan menjatuhkanny--"

'Dugh'

Jisung tak lagi melanjutkan kalimatnya sebab kesadarannya hilang begitu saja. Kepalanya yang menunduk itu akhirnya jatuh pada counter, sebuah dengkuran keluar dari bibir Jisung dan itu membuat Minho tersenyum tipis.

Ternyata Ia tak sendirian, setidaknya Ia tahu bahwa bukan hanya dirinya yang merasakan cinta secara sepihak. Menyakitkan memang, namun kau bisa apa ketika semua itu telah membuat mu nyaman. Bahkan untuk berpindah hati pun enggan. Cinta itu tidak ada logika, dan lebih mendekati kata gila.

"Seo Changbin, sebenarnya apa yang telah kau lakukan pada kami?,"






A.n :

Masih inget?

Maaf ya seharusnya ini tuh ada di book home musim kedua, tapi entah kenapa aku gak dapet feel lagi terlebih ternyata aku lihat responnya gak sesuai harapan :")
Kan aku udah wanti-wanti kalo nggak ada yang mau, nggak bakalan aku terusin..

Dan ini kebetulan aku inget kalo misal aku masih punya bagian ini yang seharusnya diceritakan, jadilah chapter ini akhirnya tercipta.

Dan jalan cerita ini sudah ada sebelum aku kepikiran bikin ending, jadi kesimpulannya Jisung yang paling tersakiti disini :") i'm sorry...

[6]Home | ChanBin | Chan x Changbin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang