Achtzehn - Also, Was Meinst Du?

1.4K 193 134
                                    

🎶 Now Playing : Sampai Kapan - Maliq and D'essentials


menantikanmu dalam jiwaku
sabarku menunggu, berharap sendiri
aku mencoba, merindukan bayanganmu
karena hanyalah bayanganmu yang ada
pantaskah diriku ingin mengharapkan
suatu yang lebih dari hanya sekedar perhatian
dari dirimu yang kau anggap biasa saja
atau mestikah ku simpan dalam diri
lalu kuendapkan rasa ini terus selama-lamanya
diriku cinta dirimu, dan hanya itulah satu
yang aku tak jujur kepadamu
kuingin engkau mengerti
mungkinkah engkau sadari
cinta yang ada di hatiku
tanpa sepatah katapun ku ucapkan padamu
dapatkah aku memanggilmu sayang
sampai kapan, akupun tak sanggup tuk pastikan
kudapat memendam seluruh rasa ini
dengarlah jeritan hatiku untukmu
dan aku ingin engkau mengerti apa yang dihatiku


Sejak dimana kejadian Bangchan menggandeng tangan Changbin di tempat umum itu membuat senyum yang terluas diwajah Changbin tak luntur selama seharian. Entahlah, Changbin hanya merasa begitu senang walaupun begitu Ia tak ingin berharap banyak. Siapa tahu Bangchan melakukannya karena Ia berjalan terlalu lambat atau apapun, yang penting Changbin tak ingin berprasangka apapun. Namun, tak munafik kalau Changbin butuh penjelasan Bangchan. Ia benar-benar ingin tahu apa alasan Bangchan melalukan itu padanya, karena seharusnya Bangchan tahu jika apa yang Ia lakukan itu berdampak besar pada keadaan hati Changbin. Alasan itu nantinya mampu menata kembali hati Changbin yang sempat hancur, atau malah makin meluluhkan lantakkan keadaan hati pemuda itu.

"Ah,, tidak-tidak. Jangan berpikiran aneh-aneh Changbin!! Fokus bekerja!!,"Changbin menggeleng kepalanya kala ingatan tentang tangan besar Bangchan yang menggenggam jemarinya. Gila, membayangkan nya saja membuat Changbin sulit bernafas.

"Boleh aku tahu kenapa kau tampak aneh hari ini, Changbin? Berbicara sendiri seperti orang gila," sebuah suara menginterupsi dirinya, Changbin menoleh mendapati Jisung tengah duduk di tempat yang sama seperti kemarin.

Changbin segera menghampiri Jisung, begitu semangat untuk memberi tahu Jisung apa yang kemarin terjadi antara Bangchan dan dirinya.

"Kau tahu Sung, kemarin saat aku akan ke minimarket Chan tiba-tiba saja menggandeng tanganku di tempat umum," adunya antusias pada Jisung, dan sahabatnya itu mengulum senyumnya ketika melihat Changbin bersemangat seperti sekarang. Benar-benar bukan Changbin yang biasanya.

"Lalu?," Jisung kembali bertanya, Changbin tersenyum makin lebar "lalu apanya! Tentu saja itu sesuatu yang hebat, dia mau menggandeng ku. Menggandeng tanganku yang notabenenya laki-laki seperti nya, bukankah dia bilang dia itu homophobic? Tapi kenapa?,"

"Ya karena yang dia gandeng itu kau Changbin, kau kan sahabatnya. Tidak mungkin dia menjauhi mu hanya karena kau gay," Jisung bersikap seolah tak tertarik, padahal Ia begitu suka melihat Changbin seperti sekarang.

"Tetap saja Sung, ini aneh. Tidak mungkin dia melakukan itu tanpa alasan, pasti dia punya maksud tertentu. Menurutmu, apakah dia sudah mulai menerima ku?," Ulasan tipis di bibir Jisung itu lambat laun memudar, pemuda tupai itu menghela nafasnya. Ada rasa mengganjal di hatinya.

"Kenapa tidak kau tanya langsung padanya?," Changbin menggeleng "tidak ah, aku takut apa yang dia katakan tidak sesuai dengan yang aku harapkan,"

"Walaupun demikian, kau harus bertanya padanya," Jisung menepuk pundak Changbin pelan, Ia kembali tersenyum pada sahabatnya. "Oh ya, aku akan pulang ke Korea. Tapi Prof. Lee akan tetap disini untuk beberapa hari. Ingat, sebelum Chan memberi kepastian padamu, kau dan Prof. Lee itu sepasang kekasih. Oke?," Lanjut Jisung, dan Changbin menanggapi dengan anggukan.

"Baiklah, hati-hati," Jisung hanya berharap bahwa Changbin akan baik-baik saja, Ia takut jika si brengsek Bangchan kembali menyakiti sahabatnya itu.

[6]Home | ChanBin | Chan x Changbin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang