Eins - Ich liebe dich Freund

7.8K 419 192
                                    

🎶Now playing  : Sahabat Jadi Cinta - Mike Mohede

Apakah mencintai seseorang adalah sebuah tindakan kejahatan? Atau apakah mencintai seseorang menjadi sesuatu yang paling dipermasalahkan di dunia ini? Jika aku yang ditanya seperti itu, aku akan menjawab TIDAK dengan ratusan tanda seru. Perasaan cinta memang datang dengan sendirinya tanpa kita ketahui, namun kita lah yang menentukan segalanya. Tetap mempertahankan rasa cinta itu atau mencoba menyingkirkannya. 
Jadi aku tidak akan pernah menyalahkan cinta yang selalu datang di waktu dan tempat yang tidak tepat. Aku akan menyalahkan diriku sendiri, karena telah dengan senang hati menjerumuskan perasaanku ini.
Kau ingat film Bollywood India dengan 2 tokoh utama bernama Rahul dan Anjali? Sepasang sahabat yang saling mencintai satu sama lain, namun dalam konteks berbeda. Jika Rahul mencintai Anjali benar-benar sebagai sahabatnya, maka Anjali mencinta Rahul sebagai laki-laki.
Anjali tidak pernah menyadari jika Ia memiliki perasaan berbeda pada Rahul hingga tokoh wanita lainnya yang bernama Tina muncul.
Tina mengambil alih seluruh atensi Rahul pada Anjali hingga Anjali merasa dirinya benar-benar tidak berarti di hidup Rahul.
Anjali akhirnya memilih pergi dan Rahul menikah dengan Tina. Jika aku jadi Anjali, aku akan berusaha merebut Rahul bagaimanpun caranya. Bagaima--

"Tunggu dulu, itu sebuah review atau curhat colongan? Kenapa terasa seperti membaca sebuah novel," Changbin yang rahangnya terasa pegal karena sejak tadi tanpa berhenti membaca review dari film yang akan Ia tonton menatap kesal pada sahabatnya.

"Biarkan aku memenggal kepalamu bangsat! Mood ku untuk menonton hilang gara-gara kau!," Changbin melempar ponselnya kesal, sedangkan sang sahabat hanya tertawa.

"Baiklah baiklah, kau ingin menonton apa? Aku tidak akan meminta mu membaca review lagi," Bangchan atau yang sering Changbin panggil Chan itu merangkul pundaknya, Ia menyerahkan laptopnya pada Changbin. Membiarkan pemuda itu menentukan film apa yang akan mereka tonton.

Changbin mengembalikan semangat dengan cepat, matanya berbinar ketika mengetikkan sesuatu pada keyboard laptop Bangchan.

Dahi Bangchan berkerut kala melihat apa yang sahabatnya itu tulis "Love Forecast?,"

"Er.. ya..aku ingin menontonnya,"

"Tidak, jangan romance. Itu membosankan, aku ingin nonton film horror atau sci-fic saja, atau action," Changbin memasang wajah datarnya, Ia memijit hidungnya lelah.

"Aku ingat tadi ada seseorang yang membiarkan ku untuk memilih sesuka hatiku. Sialan!,"

"Baiklah-baiklah, maafkan aku," Bangchan mencubit pipi Changbin yang nampak mengembung karena jengkel padanya.

"Wah, kalian benar-benar! Aku kelelahan di sana memberi makan para hewan dan kalian disini malah duduk santai?," Seseorang datang menghampiri keduanya, ikut duduk di kursi yang mengelilingi meja bundar kecil yang ada di klinik mereka.

"Si brengsek ini yang memintaku untuk tidak memanggilmu, salahkan saja dia," Changbin menunjukkan Bangchan yang kini duduk dengan tenang tanpa merasa bersalah, dan seseorang yang baru datang itu tampak ingin mengumpat sebelum akhirnya Bangchan berbicara.

"Aku pulang lebih dulu hari ini, ada urusan mendadak," ujarnya pada kedua sahabatnya, Changbin dan seseorang tadi yang bernama Jisung.

"Oh, apakah mengencani para wanita-wanita itu adalah urusan mendadak? Kenapa? Mereka memintamu untuk segera meniduri mereka?," Bangchan tampak menyimpan ponselnya di saku kemejanya, Ia tertawa menanggapi pertanyaan atau lebih tepatnya sindiran dari Jisung.

"Kau tidak tahu saja kalau mereka berdada besar dan tentu saja bokong yang sintal," Changbin yang mendengar itu menggeleng. Ada rasa sakit sebenarnya ketika mendengar Bangchan mengatakan itu, namun Ia bisa apa.

"Berikan satu padaku bangsat, teman macam apa kau ini?!," Jisung tampak memelas, namun Bangchan tak peduli. Changbin? Ia memilih untuk tidak peduli dengan sahabat-sahabat nya yang memiliki otak selangkangan ini.

"Silahkan selesaikan masalah kalian, aku akan pergi," Changbin memang enggan untuk ikut campur akan urusan pribadi temannya, terlebih pada Bangchan.

"Aku juga akan pulang untuk mandi, wajah tampan saja tidak cukup untuk menarik wanita datang. Kau ingin menumpang padaku?," Bangchan memasukkan laptopnya ke dalam tas, Ia menatap Changbin yang tengah memakai jaket nya.

"Tidak terima kasih, aku ada rapat dengan klub fotografi ku. Aku akan kembali ke kampus," Changbin mengenakan tas nya.

"Baiklah, akan aku antar," Bangchan kembali merangkul Changbin, sedangkan Jisung sudah tenggelam dalam pesan online dengan gadis-gadis nya.

"Tidak, aku akan naik bus atau taksi saja. Lagipula arah kampus dan unitmu berlawanan," Changbin melepas lengan Bangchan pada pundaknya.

"Hei, siapa peduli jika berlawanan arah. Kau itu sahabat ku, aku akan tetap mengantarmu. Aku tidak suka ditolak!," Bangchan tanpa meminta persetujuan Changbin lagi menarik tangan pemuda itu untuk keluar dari klinik mereka.

Changbin tentu saja seperti biasa hanya bisa mengikuti, Ia tidak punya kekuatan untuk menolak ajakan Bangchan.

Keduanya pertama kali bertemu ketika menjadi mahasiswa baru, saat itu Bangchan menghampirinya secara tiba-tiba dan mengajaknya bicara banyak hal. Ia datang dengan Jisung, mengenalkan dirinya pada Jisung hingga ketiganya kini menjadi sahabat.

Dan sejak saat itu, saat dimana Bangchan mengajaknya bicara Ia memiliki perasaan lebih pada Bangchan. Menurutnya, ketika itu Bangchan terlihat begitu mempesona dengan mengajaknya mengobrol padahal Ia itu sedikit sulit akrab dengan orang asing. Namun Bangchan dengan mudah membuatnya merasa nyaman.

Selama satu Ia menyimpan perasaan suka itu sendirian, tidak ada siapapun yang tahu kecuali dirinya dan Tuhan. Hal yang membuat Changbin menutup mulutnya rapat-rapat adalah karena perkataan Bangchan yang menamparnya.

"Aku akan mengencani seluruh wanita dari seluruh jurusan di kampus ini, namun tidak untuk jurudan kedokteran hewan," ujarnya pada suatu hari ketika Changbin menanyakan berapa banyak wanita yang akan Bangchan kencani dimasa depan.

"Kenapa tidak?,"

"Karena aku tidak mau mengencani temanku sendiri,"

Dari situlah, Changbin benar-benar memendam semuanya sendirian. Mencintai sendirian, cemburu sendirian, dan segala sesuatunya yang ia rasakan sendiri. Ini adalah resikonya, resiko dari keputusan yang Ia ambil. Yaitu untuk tetap mempertahankan rasa cintanya.



-tbc-

Aku bawa cerita baru..
Mungkin untuk yang kali ini akan sedikit ber-rated.. jadi silahkan putuskan sendiri.
Tapi tentu saja, say no to sex scene. Karena saya sendiri bukan orang berpengalaman, jadi itu tidak akan pernah ada disini!

Next?
Yah or nah?

Start : 19 April 2019


Note:

Aku lupa menyertakan ini...

Book ini aku terinspirasi dari Novel Thailand judulnya Theory Of Love karya Jittirain..

Dan ada salah satu dialognya yang aku 'pinjem' diatas,, menjurus ke maksud yang sama atau mungkin totally same.

Aku gak mau ada kesalahpahaman disini,, jadi memang poin permasalahan dari book ini sama novel itu sama,, sama-sama terlibat friendzone (pokoknyaa kalo kalian pernah baca novel itu pasti tau apa kesamaanya), tapi jelas disini setiap masalah berbeda. Saya hanya terinspirasi dengan konsepnya bukan keseluruhannya yang melibatkan alur atau jalan ceritanya,, totally berbeda..
Oke,, same like my other book ( So I Married My Anti-Fans),,

[6]Home | ChanBin | Chan x Changbin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang