Einundzwanzig - Ist Das Vorbei?

1.2K 186 122
                                    

Sinar matahari menyapa, membangunkan kedua insan yang masih menyukai alam mimpi masing-masing. Sedikit gerakan enggan tercipta, walaupun begitu tetap saja matanya mencoba untuk terbuka membalas sinar surya yang mengintip dari jendela.

Cup

Sebuah kecupan ringan namun penuh kasih pada pucuk kepala itu Bangchan berikan untuk seseorang yang kini tengah Ia dekap penuh. Sisa-sisa hatinya yang berdebar itu makin bekerja keras disarangnya kala melihat wajah kantuk dari seseorang yang Ia cintai itu. Sebuah ulasan senyum terukir begitu saja, lucu pikirnya.

"Bisa kita tidur lebih lama lagi?," Suara serak khas orang mengantuk memenuhi telinganya, Ia menggeleng sambil tersenyum "tidak, kau harus bekerja kan?,"

Changbin mendongak menatap Bangchan, bibirnya mengerucut sebab permintaannya tak dituruti. Ya Tuhan, ini masih pagi!!

"Aku lelah," adunya dengan wajah memelas, namun semua itu tak dapat mengecoh Bangchan. Walaupun sebenarnya Bangchan hampir saja luluh. "Kita tidak melakukan apapun kemarin malam, kenapa bisa lelah---AKHHH!! Iya-iya aduuhh" Bangchan mengaduh kesakitan saat Changbin mencubit pinggangnya sebal.

Changbin lalu lebih dulu bangun, lalu menguap lebar karena Ia memang sungguh-sungguh mengantuk. Bekerja selama seharian penuh membuat tenaganya terkuras habis.

"Nanti ingin ku antar langsung ke rumah sakit, atau ke asrama mu dulu?," Tanya Bangchan mengikuti Changbin untuk bangun, pria itu hanya mengenakan boxer hitam selututnya tanpa atasan. Tubuh putih pucat itu benar-benar serasi dengan rambut blondenya.

"Ke asrama saja, aku tidak bawa baju ganti," Bangchan mengangguk setuju, lalu saat Changbin turun dari ranjang Bangchan terus memandangnya tanpa berhenti tersenyum.

"Kalau misal aku minta morning kiss, maukah kau mengabulkannya?," Bangchan tiba-tiba bertanya, Changbin yang dijejali pertanyaan seperti itu membulat kan matanya. "Tidak!," Tolak Changbin segera.

"Ayolah, ya ya ya?!! Sekali saja," Lantas Bangchan ikut turun dari ranjang, lalu segera memeluk Changbin dari belakang. Melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Changbin, memangku wajahnya di perpotongan leher pemuda itu nyaman.

"Kau ini tidak berubah ya, tetap saja jadi orang mesum," Bangchan terkekeh "aku kan mesum hanya padamu saja,". Changbin memutar bola matanya, omong kosong batinnya.

"Coba tatap aku," Bangchan menarik wajah Changbin agar menoleh padanya, tangannya yang berada di pipi Changbin mengelus permukaan wajah yang terasa halus ditangannya itu.

Cup

"Dapat kan, hehhe," Bangchan mencuri sebuah ciuman singkat dari bibir Changbin, membuat sang pemilik membeku seketika. "Aku jadi ingin lebih," lanjut Bangchan sambil terus menatap kehitaman Changbin dalam. Harusnya Ia tahu lebih awal bahwa wajah yang tengah mematung ini benar-benar indah dan membuat rindu.

"AAAKHHH," selanjutnya teriakan penuh rasa sakit kembali membelah keheningan di ruangan itu sebab Changbin baru saja menginjak kaki Chan cukup keras hingga membuat pria itu melonjak kesakitan. "Itu lebihnya!! Dasar laki-laki mesum!!," Changbin bersidekap, matanya menatap Bangchan yang kini tengah mengelus kakinya yang terasa berdenyut.

"Kan aku--,"

Tok..tok..tok..

Bangchan dan Changbin serempak menoleh ke arah pintu ketika dari sana terdengar suara ketukan. Diikuti dengan sebuah suara yang tak asing ditelinga. "Chan!! Ayo makan," ya benar, itu adalah Ibu Bangchan. Bangchan membuang nafas kesal ketika mendengar suara Ibunya, menganggu saja pikirnya.

"Iyaa!! Sebentar!!," Bangchan menjawab dengan berteriak, sudah tiga kali pria putih itu menjerit diwaktu sepagi ini. "Ayo keluar," Bangchan lalu berniat mengajak Changbin, namun pemuda itu malah menepis tangannya yang menggandeng tangan Changbin.

[6]Home | ChanBin | Chan x Changbin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang