🎶 Now Playing : Without You - Bomi (Apink)
Ketika kau pergi aku mulai sadar
Ketika kau hilang aku mulai paham
Ketika kau sirna aku mulai tahu
Aku kehilanganmu
Aku merasa kosong tanpamu
Ada rasa hilang yang aku rasakan ketika kau tidak ada di sisiku
Walaupun aku tahu ini semua karena mu
Namun hatiku masih bingung
Sebenarnya, apa maksud dari getaran ini?
Apa maksud dari rasa kosong ini tanpamu?
Belum pernah aku rasakan sebelumnya, bahkan pada sekian banyak wanita ku
Apa yang telah kau lakukan padaku? Kenapa kini wajahmu memenuhi kepala ku? Bagaimana bisa senyum mu membuat hatiku berdetak tak karuan? Suaramu menggelitik telinga ku
Aku hanya merindukan mu, namun aku tak ingin kau tahu kalau aku yang sebenarnya kalah padamu
Kau menang kali ini...Suara dentuman musik EDM yang mengundang tubuh untuk berjoget liar itu memenuhi bar yang lokasinya tak jauh dari universitas tempat Bangchan kuliah. Seperti malam-malam sebelumnya, bar itu selalu ramai pengunjung dan tentu saja dipenuhi oleh muda-mudi yang mayoritas adalah mahasiswa atau mahasiswi yang berasal dari universitas yang sama seperti Bangchan.
Pemuda berkulit pucat itu selama satu minggu lebih ini selalu menghabiskan malamnya di bar tersebut. Bermalam dengan banyak wanita dan tentu saja berpesta bersama mereka. Benar-benar hidup yang menyenangkan bukan.
Namun kenyataannya, pemuda itu sama sekali tak puas. Ada yang berbeda pada dirinya, Ia merasa ada sesuatu yang salah ada perasaannya.
Mulutnya kembali menyesap satu shoot vodka untuk kesekian kalinya, namun tubuhnya belum tampak kelelahan. Tubuhnya cukup baik mengontrol alkohol.
"Hei honey,, biarkan aku menyenangkan hatimu," seorang gadis cantik menghampiri Bangchan, meraba wajah tampannya sensual.
Bangchan tak berusaha menolak, seperti malam-malam sebelumnya. Ia akan membiarkan gadis itu memuaskan hasratnya, dan memang begitulah seharusnya.
Gadis itu merapatkan tubuhnya pada Bangchan, hingga dada besar hasil operasinya itu bersentuhan dengan dada bidang dari balik kemeja putih Bangchan. Ciuman panas tak terelakkan saat itu juga, bahkan terasa begitu brutal bersahutan dengan riuhnya suasana di dalam bar tersebut.
Bangchan meremas pantat sintal dari gadis tersebut, sedangkan sang gadis tengah berusaha memimpin permainan dengan mengusap seluruh tubuh Bangchan, mengelus perut rata yang berbentuk itu sesukanya.
"Sudah tidak ada gairah ya?," Sebuah suara mampu menghilangkan fokusnya dengan mudah, padahal Ia tidak pernah terganggu oleh apapun ketika tengah bercinta.
Dengan perlahan Ia melepaskan pangutan antara dirinya dan gadis itu, membuat raut kecewa dari gadis yang sudah kepalang 'panas' itu.
"Pergilah, aku ingin bicara dengan temanku," setelah mengusir gadis itu pergi, Ia menuangkan kembali vodkanya kedalam gelas, dan meminumnya dalam satu tenggakan.
"Lihat tampilan mu sekarang, playboy tampan dari fakultas kedokteran hewan tampak begitu menyedihkan ," Ia memandang sinis pada seseorang yang duduk di sampingnya itu, menumpu tubuhnya pada counter bar di belakangnya.
"Para wanita akhir-akhir ini begitu membosankan, aku tidak tertarik," seseorang tersebut, terkekeh karena menyadari sahabatnya ini begitu bodoh.
"Aku tahu, kau merasa kehilangan kan? Dasar bodoh," sebatang rokok terselip di antara belahan bibirnya, menghisap benda penuh nikotin itu lalu menghembuskan asapnya melalui bibir juga lubang hidungnya dengan santai.
"Entahlah aku tidak tahu apa yang tengah aku rasakan. Kau tahu Sung, Changbin ternyata menyukaiku. Maksudku, sejak kapan dan kenapa bisa?," Jisung melepaskan rokok dari bibirnya, memandang Bangchan dengan penuh olokan.
"Selamat, kau adalah orang terakhir yang menyadarinya. Dasar dungu," Bangchan memandang Jisung tak percaya, jadi Jisung telah mengetahui segalanya.
"Tidak, Changbin tidak pernah memberitahu ku. Aku yang telah menyadarinya dari awal, perasaan Changbin itu terlihat sangat jelas, hanya orang tolol seperti mu yang tidak mampu mengetahuinya," lanjut Jisung ketika melihat wajah Bangchan penuh keterkejutan, Ia mematikan puntung rokok yang tersisa sedikit itu.
"Tapi ini semua tidak benar, aku laki-laki dan dia juga sama. Bagaimana bisa dia menyukaiku, itu tidak normal bagiku," Bangchan benar-benar tampak frustasi, sejak Changbin tak ada disampingnya Ia terlihat seperti orang linglung.
"Kau pikir yang namanya cinta itu normal? Tidak, tidak ada yang normal Chan di dunia ini. Hanya saja terkadang manusia punya batasan tersendiri, mereka menyebutnya dengan logika. Padahal kau tau jelas jika cinta itu sama sekali tidak bisa dipahami dengan logika, melainkan dengan hatimu,"Bangchan mulai teringat wajah Changbin, senyum pemuda itu melayang-layang di ingatannya. Bangchan tak mengerti, kenapa Ia mengalami ini.
"Tetap saja aku tak bisa mengerti, dia itu sudah aku anggap adikku, sahabatku, keluarga ku. Apakah yang kulakukan selama ini terlalu berlebihan hingga membuatnya menyimpan perasaan padaku? Harusnya sejak awal aku tahu dia itu tidak beres," Jisung mengerling tajam pada Bangchan, Ia tak suka ketika Bangchan menjelek-jelekkan Changbin.
"Entah kau akan mengerti atau tidak, tapi dengarkan aku idiot. Perasaan yang Changbin punya untukmu itu datang dengan sendirinya, dan Changbin memilih untuk membiarkan perasaan itu makin tumbuh. Ia memberikan cintanya untuk mu, walaupun Ia tahu apa yang telah Ia lakukan tidak akan terbalas karena Ia tahu kalau apa yang Ia rasakan itu salah dan tidak pada tempatnya," Jisung bicara serius pada Bangchan, hal yang sangat langka untuk dirinya sendiri bersikap seperti itu.
"Seharusnya disini Changbin yang merasa dirugikan, Ia telah memberikan cintanya untuk orang seperti mu. Aku tidak menyukainya, aku tidak suka saat kau menyakitinya namun aku bisa apa? Melarang pun aku tak punya hak, disini dialah yang paling menderita. Pernahkah terpikirkan olehmu bagaimana perasaannya ketika melihatmu mencium wanita lain dihadapannya, memeluk mereka, membawa mereka ke unit mu. Tidak kan? Tapi Changbin, Ia selalu memikirkan dirimu. Maka dari itu sejak lama Ia menyimpan rasa sukanya darimu, hingga saat Ia harus mengungkapkan nya padamu Ia butuh keberanian. Karena apa?karena Ia tak mau membuat mu terbebani," ditengah suara riuh di bar itu, perkataan Jisung mampu menusuk telinga Bangchan.
"Apakah aku se brengsek itu?," Jisung membola pupilnya, sahabatnya ini benar-benar hanya modal tampang saja.
"Mungkin dulu ketika kau tak tahu apa-apa, aku akan menjawab tidak. Namun sekarang , jawabannya adalah ya! Kau tahu dengan jelas bagaimana perasaannya padamu, namun kau malah menjauhinya dan memandangnya seakan Changbin itu kotoran," Bangchan mengusap wajahnya kasar, jika biasanya Ia akan marah ketika Jisung mengomelinya maka kali ini Ia tidak akan melakukannya.
"Lalu, apa yang harus aku lakukan?," Cokelat itu tampak begitu kebingungan, kesenduan begitu terasa ketika Jisung menatap dalam milik sahabatnya itu.
"Kalau kau tak mampu membalas perasaannya, lebih baik jangan lakukan apapun. Namun jika kau ingin memberikan ruang untuknya dalam hatimu, katakan itu padanya sebelum terlambat. Kau tahu, ketika hati seseorang terluka banyak hati lainnya yang berusaha mengobati. Jika kau menyia-nyiakan nya, maka bisa kupastikan kau akan menyesal," Bangchan mengepalkan tangannya hingga buku jarinya memutih.
"Berikan aku waktu untuk berpikir kembali," Jisung mengangguk paham, Ia menepuk pundak Bangchan sebagai bentuk penenang.
"Semuanya ada padamu, Chan,"ujar Jisung, dan Bangchan lagi-lagi tak mampu mengatakan apapun. Kini hati juga otaknya tengah berselisih, dan sedang bernegosiasi padanya untuk memilih mana yang harus Ia ikuti.
-tbc-
Kalau misal ini lebih dari 10 chapter gimana say?
Aku gabut btw :" biasalah kalo mumet suka gini :') tolong dimaklumi25 Mei 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
[6]Home | ChanBin | Chan x Changbin [✓]
FanfictionCOMPLETED!! Book 1 = End ✓ Book 2 = End ✓ I don't wanna let you go like this I don't want to be scared with a broken heart I'm the place you can come to You're the place I can go to Cause I'm your home home home home Cause I'm your home home home ho...