🎶 Now Playing : Forgetting You - Davichi
Ketika kau mengatakan 'jangan pergi', hatiku mulai goyah.
Ketika kau mengatakan 'kau sangat berarti untukku', hatiku ingin percaya.
Ketika kau mengatakan 'jangan lupakan aku', dari situlah aku mulai kecewa.
Tahukah dirimu, kau memberi celah untukku masuk ke dalam pintu hatimu. Namun disaat yang sama, kau membatasi pergerakanku.
Kenapa saat diriku ingin menyerah untuk menemukan pintu keluar dari labirin pesona mu, kau malah memberiku petunjuk.
Aku tidak akan meminta mu untuk berada diposisi ku, aku hanya minta kau mengerti.
Setidaknya, jika kau tak dapat membalasku jangan tahan langkah ku.
Aku ingin berhenti, dan benar-benar menyerah pada dirimu. Biarkan aku beristirahat...Penglihatannya tidak pernah teralihkan dari balik jendela kaca, wajahnya Ia biarkan tersapu lembut semilir angin pagi itu. Begitu sunyi, sangat sunyi hingga ketika membuang nafas pun seakan mampu memekakkan telinga.
"Kau pernah naik pesawat sebelumnya?," Dari kursi pengemudi, Dr. Lee bertanya dengan tetap memfokuskan matanya pada jalanan. Suara pertama yang keluar setelah 20 menit lebih tak ada yang berbicara.
"Belum, ini pertama kalinya," walaupun Dr. Lee tidak mengatakan bertanya pada siapa, namun Changbin tahu jika itu ditujukan untuk dirinya.
"Baiklah, semoga saja kau tidak mabuk udara ya," sunggingan senyum manis terlukis di wajah dokter muda itu, Changbin melirik dan ikut tersenyum tipis. Berusaha tak mengindahkan rasa risih dari balik punggungnya.
Ia tahu tengah dipandang tajam dari kursi penumpang di belakangnya, tatapan itu seakan mampu menusuk punggungnya namun untuk menoleh dan memastikan pun Ia tak bernyali. Senyumnya berubah menjadi ringisan.
"Kau akan ikut kan, Prof?" Tanya Jisung yang duduk di kursi penumpang bersama seseorang lainnya.
"Ya, aku akan menemani Changbin selama satu hari, setelah itu aku akan kembali," jawab Dr. Lee sambil melirik Jisung dari spion tengah mobil.
"Syukurlah, setidaknya dia tidak akan tersesat di negara orang," Dr. Lee terkekeh, sedangkan Changbin tampak tak suka karena Jisung terlalu berlebihan.
"Changbin, bawa kamus kemanapun kau pergi. Itu bisa membantumu untuk beraktivitas, kau tidak akan terlihat seperti orang bodoh nantinya, melainkan akan terlihat seperti murid rajin karena membawa buku tebal kemanapun," usulan Jisung itu membuat Changbin merasa semakin kesal sekaligus geli. Setidaknya salah satu sahabatnya masih mengkhawatirkan dirinya walaupun sebenarnya berlebihan.
"Tidak perlu khawatir, bahasa Inggris ku sangat lancar bahkan aku bisa bahasa Jerman," tampak dari pantulan kaca spion wajah Jisung tak percaya, Ia tidak yakin dengan apa yang Changbin katakan.
"Kau bercanda? Kau bahkan ketika ku tanya 'what's your favorite food?' dan jawabanmu 'i'm fine thank you, and you?!'," gelakan tawa kembali keluar dari bibir Dr. Lee. Changbin menoleh pada Jisung, menatap tidak suka pada sahabat kurang ajarnya itu.
"Aku lancar bahasa Inggris tau!! Kau tidak percaya?!!,"
"Ayo coba?!!," Tantang Jisung, dan ketika itu tanpa sengaja retinanya bertemu dengan milik Bangchan, Ia lalu membuang mukanya.
"Can you stop to look at me? I feel so uncomfortable. Bisa kan?!!,"Jisung tampak terkejut, Changbin ternyata meningkat, kenapa Ia tidak sadar selama ini.
"Lalu bahasa Jerman? Aku yakin kau tidak sebagus itu," mendengar Jisung kembali menantang nya membuat Changbin makin tidak terima, kala itu Ia sengaja memandang balik Bangchan yang sejak tadi tak lepas menatapnya.
"Kannst du aufhören, mich anzusehen? Ich fühle mich so unwohl,"Ia mengatakan itu pada Bangchan, sedangkan Jisung yang tak tau apapun bertepuk tangan kagum pada Changbin, membuat Changbin kembali memutus kontak antara dirinya dan Bangchan.
"Wuahhh!! Kau hebat juga!! Artinya apa?,"
"Sama seperti yang aku katakan dalam bahasa Inggris tadi," Jisung menepuk pundak Changbin dari belakang, memperlihatkan bahwa Ia begitu kagum pada Changbin.
"Wah, aku tidak tahu kau begitu pintar. Kau jenius teman," Changbin tersenyum tipis, Ia kembali memfokuskan dirinya pada pemandangan di depan.
"Kau hanya terlalu sibuk pada wanitamu, sehingga kau tidak menyadari kalau aku telah berubah," dan saat itu juga Bangchan merasa apa yang dikatakan Changbin itu bukan untuk Jisung, melainkan untuknya.
💮
Changbin benar-benar kelelahan pada Jisung yang berulang kali memeluknya, dan tidak dapat dia hitung berapa kali pemuda itu memeluknya dengan penuh drama.
"Aku harap kau baik-baik saja, kau tau kan kalau aku selalu mendoakan mu dari sini," Changbin memutar bola matanya, omong kosong apalagi ini.
Dr. Lee melirik arlojinya, beberapa menit lagi mereka akan berangkat. Maka dari itu sesegera mungkin Ia harus menyudahi drama yang Jisung lakoni.
"Kami akan berangkat, terima kasih atas doamu Jisung,"
"Aku akan pergi, jaga diri kalian," pamit Changbin enggan memandang Bangchan. Ia ingin segera pergi sebelum hatinya tak mau diajak toleransi.
"Kau yakin akan pergi?," Pertanyaan dari suara berat yang tak Ia dengar sejak tadi itu memenuhi rongga telinganya. Ia meringis.
"Ya aku akan pergi, aku sudah berada sejauh ini," Bangchan berjalan mendekat, cukup dekat hingga Changbin harus menengadah kepalanya untuk memandang Bangchan.
"Jika aku meminta untuk tidak pergi, akankah kau mendengarkan nya?," Jika yang Dr. Lee dengar semua itu hanya sebatas sahabat pada sahabatnya, maka berbeda dengan Jisung. Ia mengetahui segalanya.
"Tidak, aku akan berhenti mendengarkanmu. Kau tahu dengan jelas, aku sudah menyerah ," tangan Bangchan yang tadinya bergerak untuk menggenggam tangan Changbin perlahan mundur kembali ketempat nya.
"Baiklah, kalau begitu pergilah. Nanti saat kita bertemu kembali, katakan padaku apakah kau berhasil melupakan ku. Mari kita lihat, apa kau sanggup menyerah padaku," Changbin tersenyum lemah, Ia mengangguk.
"Tentu saja aku bisa, karena tidak ada lagi alasan bagiku untuk bertahan padamu,"
"Ayo, Prof," Changbin mendekat pada Dr. Lee, ia sempatkan untuk tersenyum pada kedua sahabatnya sebelum benar-benar pergi.
Bangchan hanya mampu melihat punggung Changbin yang makin menjauh hingga menghilang dari pantulan retinanya dengan membisu. Kakinya seakan terpaku walau hatinya bermaksud untuk menghentikan Changbin.
Entah kenapa Ia merasa seperti itu, Ia tidak dapat menyadari perasaannya. Ia kehilangan, ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya ketika kini Changbin tidak lagi bersamanya. Walaupun bukan pergi selamanya, tetap saja Ia merasa berbeda.
-tbc-
Ini full angst apa gimana sih :"
24 Mei 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
[6]Home | ChanBin | Chan x Changbin [✓]
FanfictionCOMPLETED!! Book 1 = End ✓ Book 2 = End ✓ I don't wanna let you go like this I don't want to be scared with a broken heart I'm the place you can come to You're the place I can go to Cause I'm your home home home home Cause I'm your home home home ho...