Satu tahun itu bukan waktu yang lama, namun ketika kau menunggunya maka akan terasa seperti puluhan tahun. Itu menyiksa, benar-benar menyesakkan dada. Begitulah yang namanya menunggu, tidak pernah memberikan perasaan lega walaupun kau tahu yang pergi akan kembali, yang hilang akan bertemu. Tapi tahukah kau, ketika sesuatu telah pergi dan saat Ia kembali maka semua tak lagi sama. Setidaknya, satu poin yang dulu begitu di kenal oleh ingatan kini akan terasa asing juga canggung. Menyedihkan.Warna rambut yang dulunya di cat blonde kini berwana cokelat muda, selaras dengan permata cokelat pada maniknya. Masih tampan seperti dahulu, bahkan mungkin sekarang bisa dikatakan lebih dari sekedar tampan. Ia tampak dewasa, gagah, dan lagi titel playboy yang dulu tersemat pada dirinya kini entah kemana di telan masa.
Setiap lima menit, matanya akan melirik pada arloji kesayangan, lalu tangannya singgah di dada bermaksud untuk meredakan gejolaknya. Ia benar-benar gugup, bahkan lebih gugup dari saat dirinya menunggu cetak mutasi saldo rekeningnya di awal bulan keluar dari mesin ATM.
Pukul 17:25, kepalanya langsung tertuju pada pintu terminal kedatangan. Gejolak pada jantungnya makin berpacu, bahkan kini kedua tangannya menggigil dingin. Selain karena suhu malam yang mulai terasa, juga karena rasa gugup yang makin mendera.
Orang pertama muncul, Ia menghela nafas, bukan orang yang Ia tunggu. Menyusul di belakang, banyak orang-orang mulai berjalan dari terminal kedatangan tersebut, masing-masing tersenyum ketika orang yang menunggu mereka tertangkap pandangan mata.
Ia memeriksa dengan teliti, tak ingin kelewat barang sedetik. Dan benar, tak berapa lama sebuah siluet tubuh yang sangat akrab disapa retina memenuhi maniknya, seulas senyum segera tercipta setelahnya. Si pelaku juga ikut tersenyum tipis, sedikit berlari agar bisa segera melepas rindu yang selama ini menyekiknya.
"Selamat datang kembali," si rambut cokelat terang menyapa dengan hangat, kedua tangannya terbuka menunggu sapaan tubuh mungil yang begitu ia damba. Yang lebih muda tersenyum hingga matanya membentuk sabit lucu, namun Ia masih enggan memeluk yang lebih tua berniat untuk menggoda.
"Tidak mau memelukku?," Yang muda menggeleng, namun tubuhnya berkata lain. Kakinya berjalan mendekat lalu dengan mudahnya Ia memeluk si pria yang warna kulitnya tetap saja pucat.
Si pucat berambut cokelat memeluk erat, merasa bahwa pelukan ini tidak cukup untuk menggambarkan perasaan yang begitu menggebu. Ia rindu, dan Ia ingin obatnya.
"Menunggu lama?," Yang lebih muda melepaskan pelukan mereka, kembali teringat bahwa keduanya kini tengah berada dimana. Dan yang lebih tua dengan enggan melepas dekapan, wajahnya nampak memelas.
"Tidak, aku sampai lima belas menit sebelum pesawat mu mendarat," bohong, padahal sejak 3 jam yang lalu Ia telah menjamur di ruang tunggu.
"Jisung mana? Kak Minho?,"
"Hiss,,, bahas orang lainnya nanti saja. Sekarang kau hanya boleh memikirkan ku," si rambut hitam terkekeh, bagaimana bisa sahabatnya ini bersikap seperti sekarang.
"Ekhmm...," Deheman dari balik punggung si rambut hitam menyita perhatian, si rambut cokelat melirik. Lalu membelalak begitu tahu siapa yang baru saja menganggu dirinya.
"Loh, Seungmin?? Kau disini juga?," Yang dipanggil Seungmin tersenyum sambil mengangguk "aku merindukan tempat kelahiran ku,"
"Kak Chan tidak berubah ya," Seungmin melanjutkan, yang dituju terkekeh. "Bagaimana kabarmu?," Bangchan balik bertanya, agar terlihat lebih sopan.
"Aku baik seperti yang kau lihat, oh ya kenalkan ini sepupuku," Bangchan tidak akan sadar jika ada orang lain selain Changbin dan Seungmin disana jika Seungmin tidak memberitahunya. Alisnya mengeryit ketika memandang wajah yang sangat asing untuk netranya.
"Halo, aku Bangchan temannya Seungmin. Senang bertemu denganmu," Bangchan mengulurkan tangannya untuk bersalaman, dan pria di samping Seungmin yang lebih tinggi darinya melirik enggan pada tangan Bangchan yang terulur. Namun demi sopan santun, Ia meraih sambutan tangan itu "Aku Hwang Hyunjin, sepupunya Seungmin,"
Bangchan tersenyum lebar, sebenarnya hanya kedok ketika menyadari bahwa sikap bocah tinggi dihadapannya ini benar-benar songong.
"Maafkan sikapnya yang cuek ya Kak, dia sedikit anti sosial," pria bernama Hyunjin itu memutar bola matanya jengah, lalu memasang kembali earpods yang tadi sempat terlepas dari telinganya. Changbin menghela nafas melihat tingkah anak itu, sangat berbeda jauh dengan Seungmin yang easygoing dan ramah.
"Tak apa, anak introvert biasanya seperti itu. Oh ya, kalian akan pergi kemana?,"
"Kerumah nenekku, tak jauh dari pusat kota. Kita berpisah disini ya Kak," Bangchan dan Changbin mengangguk, "sudah dijemput?," Changbin kini ganti bertanya, interaksi antara Bangchan dan Seungmin cukup membuat matanya panas.
"Ehmm, mungkin mereka sudah di depan. Kami duluan ya Kak," Bangchan dan Changbin tersenyum mengangguk, Seungmin kembali mengangkat koper kecilnya.
"Hati-hati ya, hubungi aku nanti saat kau sampai," Seungmin mengiyakan, Ia lalu melambaikan tangannya pada Bangchan dan Changbin dan segera menyusul Hyunjin yang sudah berlalu. Benar-benar anak yang kurang ajar.
Setelah siluet tubuh Seungmin dan Hyunjin menghilang, Bangchan segera mengambil alih koper ditangan Changbin lalu merangkul pemuda itu. "Lapar tidak? Ingin aku masakkan sesuatu?" Bangchan bertanya sambil berjalan keluar bandara.
Changbin tersenyum kecil, sejak setahun yang lalu Bangchan berubah menjadi orang yang bersikap manis padanya. "apapun yang aku masak akan aku makan, yang penting aku bisa segera menidurkan diriku ini di atas kasur empuk. Duduk berjam-jam di kursi pesawat benar-benar melelahkan," Bangchan mencubit gemas pipi Changbin.
"Baiklah baiklah, one room-mu tadi sudah aku bersihkan dan bisa kupastikan kau akan merasa nyaman. Aku juga sudah meminta Jisung untuk tidak menemui hari ini dan besok, jadi kita bisa menghabiskan waktu bersama," Changbin terkekeh, tak berniat menolak rencana yang dikatakan Bangchan padanya.
"Baiklah, sesuka hatimu saja,"
-tbc-
A.n :
Kalian mungkin udah baca bagian ini,
Iya ini bagian yang aku publish di book kedua..
Kan waktu itu aku mutusin buat nggak mau lanjutin soalnya ya tau sih nggak ngefeel lagi..
Cuma akhir-akhir ini gara-gara banyak liat momen Chan Changbin yang emang seupil-upil dong bikin jiwa chanchang ku kembali berkobar..Aku bakal nyatuin book pertama dan kedua, jadi gak bakalan dipisah kayak yang kemaren..
Biar nanti pas gak sengaja aku anggurin, aku gak perlu nge-unpub lagi :")Aku tau mungkin minat kalian udah turun sih, tapi aku butuh memberi makan hatiku ini :')
Itu aja :")
25 Juni 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
[6]Home | ChanBin | Chan x Changbin [✓]
FanfictionCOMPLETED!! Book 1 = End ✓ Book 2 = End ✓ I don't wanna let you go like this I don't want to be scared with a broken heart I'm the place you can come to You're the place I can go to Cause I'm your home home home home Cause I'm your home home home ho...