Siebenunddreißig - Ende Von Allem

2K 114 15
                                    

🎶 Now Playing : Happy Ending - Seventeen





Enam buah kepala yang sedang berada di dalam ruangan yang sama itu saling diam. Belum ingin memulai pembicaraan sebab tenggorokan terasa tercekat, lidah kelu, suara bergetar. Mereka semha bukanlah kombinasi yang cocok untuk dipersatukan, mengingat tak ada kenangan baik yang terjadi diantara mereka. Atau lebih tepatnya pada dua orang sepasang suami istri yang tengah menatap dua pasangan yang duduk dihadapan mereka dengan gugup.

Belum pernah keduanya merasa segugup ini, bahkan ketika mereka mendapatkan proyek besar untuk perusahaan. Bahkan ketika nilai saham perusahaan yang mereka kelola melonjak tinggi. Tak sekalipun sesuatu membuat tangan mereka bekeringat gemetar.

"Eumm, Henry...Chan..." Pria paruh baya itu membuka suara, mengepal tangannya diatas lutut menahan gejolak cemas yang tak tertahankan. Pemilik nama yang dipanggil itu memandang penuh pada Tn. Bang, Papa mereka.

"Ya, Papa?" Sahut pasangan adik kakak itu bersamaan, masing-masing sedang saling menguatkan, agar niat yang sejak awal ingin dicapai dapat terlaksanakan.

"Aku dan Mama kalian, aku mohon, maafkan kami." Ujar pria paruh baya itu lirih, Henry dan Chan saling tatap hingga kemudian saling tersenyum tipis.

"Papa, meskipun aku sering mengatakan aku membenci mu, sesungguhnya aku sangat menyayangimu. Jadi, kau tak perlu minta maaf padaku, tapi untuk keegoisan kalian berdua, baiklah aku maafkan." Chan mendekati sang Papa dan Mama, kemudian menggenggam salah satu jemari milik Papa nya itu.

"Biarpun aku memutuskan untuk pergi, sesungguhnya aku pun tak sanggup untuk meninggalkan kalian. Tapi kurasa, jalan yang kuambil mungkin cukup untuk membuat kalian sadar, bahwa aku dan Chan sangat membutuhkan kalian." Henry pun ikut mendekati dan berlutut dihadapan sang Mama, menggenggam jemari hangat yang sudah mulai keriput, meski tak begitu kentara.

"Maafkan Papa, aku sungguh orang tua yang buruk untuk kalian." Chan mengangguk, kemudian mencium punggung tangan sang Papa. "Untuk poin itu aku setuju, tapi jika kau tidak begitu mungkin aku akan menjadi Chan yang selalu bersembunyi di punggung orang lain untuk meminta perlindungan. Terutama pada Kak Henry."

"Maafkan aku juga, karena aku tak pernah mengurusi kalian layaknya seorang ibu. Aku benar-benar menyesal." Henry mengelus wajah sang Ibu, tersenyum tulus pada wanita paruh baya itu.

"Tak apa, kau Mama yang sangat keren di beberapa waktu. Aku tau kau menyayangi kami berdua, tapi mungkin eksistensi kami pada kehidupan mu tak setinggi uang. Sungguh aku tak butuh harta bendamu, cukup dengan kasih sayangmu saja, aku akan sangat bersyukur. Maafkan aku Mama, karena pergi darimu." Henry menyeka air mata yang turun dari mata sang Mama, hatinya meluluh.

"Mari kita perbaiki dan hidup dengan benar mulai sekarang. Toh, tidak ada kata terlambat." Chan berkata sembari memeluk sang Papa dan Mama nya, begitupun Henry melakukan hal yang sama. Ah, hati mereka yang remuk itu mulai ditata kembali. Meski tak bisa kembali seperti semula setidaknya perubahan itu tak membawa luka lara.

Di belakang mereka, dua pria lainnya tengah menahan haru. Meskipun mereka dianggap orang asing, tapi haru bahagia ikut menyapa dada. Kekasih dari dua pria yang tengah memeluk kedua orang tuanya itu tersenyum lembut, ikut mendoakan semoga keluarga ini akan baik-baik saja kedepannya.

"Seungmin..." Ny. Bang memanggil nama Seungmin yang sedang menyeka tangisnya, lelaki itu mengerjap dan dengan gugup menjawab panggilan Mama dari kekasihnya."Y-yya?"

"Kemari sebentar." Seungmin beralih memandang Changbin, meminta persetujuan apakah Ia harus mengikuti perintah itu atau hanya dia dan tak melakukan apapun. Karena sungguh, Seungmin takut jika sesuatu yang buruk akan terjadi. Tidak akan lucu rasanya jika Ia diusir dari tempat itu karena jadi penyebab perginya Henry dari rumah. Namun, Changbin hanya tersenyum. Entah mengiyakan atau hanya tersenyum begitu saja.

[6]Home | ChanBin | Chan x Changbin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang