Vierzehn - Wörter, Die Noch Nicht Gesprochen Wurden

1.3K 210 93
                                    

🎶 Now Playing : Unspoken Words - Davichi

Haruskah aku bahagia? Ketika kau mulai memperhatikan ku
Haruskah aku berharap? Ketika kau mulai melihat padaku
Jika tidak, biarkan aku menikmati momen ini sekarang
Sebentar saja
Ketika kau memegang tanganku, tolong hentikan waktu
Ketika kau mengelus kepalaku, aku ingin merasakannya lebih lama
Ketika kau memandang wajahku dari dekat, biarkan aku memandang wajahmu pula
Biarkan aku, biarkan aku mengambil hatimu untuk satu hari saja
Biarkan apa yang kau lakukan padaku ini tidak pernah berakhir
Aku masih menginginkan mu
Aku masih menyimpan namamu di kepala
Aku masih menyukai senyummu
Aku masih ingin menyukai bentuk wajah mu
Semua yang ada padamu, aku ingin



"Berhenti memandangku tajam seperti itu bodoh! Atau aku colok matamu sekarang!,"kesal Jisung sebab sejak tadi pemuda bernama Bangchan yang berstatus sebagai sahabatnya itu terus saja menatap tajam padanya, seakan Ia adalah seorang kriminal.

"Aku tidak akan memaafkan mu kalau Changbin kenapa-kenapa," Jisung melebarkan matanya, tak terima akan ucapan Bangchan.

"Kenapa jadi aku?!! Kan aku tidak tahu,"

"Kau tahu dengan jelas Changbin alergi seafood!!,"

"Aku lupaa!! Jangan hanya menyalahkan ku saja!! Ini juga salahmu!!," Sungut Jisung, Ia menuding telunjuknya di depan wajah Bangchan, dan kini kedua pasang sahabat itu tengah jadi tontonan orang-orang yang ada di dalam ruangan tempat dimana Changbin di rawat, di dalam ruangan Daniel lebih tepatnya.

"Kenapa bisa jadi aku??!!," Bangchan pun tak terima Jisung menuduhnya tanpa alasan jelas, memangnya Ia salah apa? Maaf, Bangchan itu sedikit dungu jika menyangkut Changbin.

"Kalau saja kau tidak memperlakukan Changbin seperti kotoran sebelumnya, Ia tidak akan datang kemari!! Dia tidak akan mempersulit dirinya sendiri untuk menjauh darimu dan melupakan mu! Dia tidak akan menyakiti-,"

"Jisung!!," Kalimat Jisung terhenti kala sebuah suara parau menginterupsi nya, semua yang ada di ruangan itu menoleh pada seseorang yang kini terbaring di sofa panjang diruangan itu.

"Changbin kau baik-baik saja?," Melupakan jika dirinya baru saja mengeluarkan sumpah serapah pada Jisung, Bangchan segera menghampiri Changbin yang sudah sabar. Pemuda itu tampak menyedihkan dengan seluruh tubuhnya yang memerah dan
ruam-ruam yang memenuhinya.

Bangchan memeluk Changbin seakan Changbin baru saja kembali dari kematian, terkadang Bangchan itu memang berlagak seperti anak kecil yang overeacted. Dan yang lainnya bernafas lega karena Changbin akhirnya sadar, pingsannya pemuda itu sempat membuat keadaan kantin heboh. Ya bagaimana tidak, murid pertukaran pelajar yang paling sering jadi pembicaraan hangat tiba-tiba pingsan di kantin karena memakan sup seafood, ditambah banyak laki-laki tampan yang mengelilinginya.

"Jangan memeluk ku," Changbin mencoba melepaskan diri dari Bangchan yang tengah memeluknya, bukannya apa-apa Bangchan memeluknya seakan ingin membunuhnya. Ia kesulitan bernafas.

"Maafkan aku Changbin, aku lupa kau punya alergi. Seharusnya aku mengingat kan mu," ujar Jisung benar-benar merasa bersalah, karena bisa dikatakan alergi Changbin ini sangat parah, dan lihat bagaimana keadaan pemuda itu sekarang.

"Tidak apa-apa Sung, aku yang terlalu teledor. Seharusnya aku memeriksanya terlebih dahulu," Changbin tersenyum tipis, walaupun rasa dari perutnya belum hilang sejak tadi. Malah semakin meremas lambungnya kuat, dan itu sangat menyakitkan.

"Kau bawa obatmu tidak?," Dr. Lee ikut bertanya, Ia memeriksa suhu tubuh Changbin. Changbin menggeleng pada Dr. Lee sebagai jawaban.

Dr. Lee menghela nafasnya, lalu menoleh pada Daniel "rumah sakit umum terdekat dimana? Dia harus segera diobati, selain ruam-ruam Changbin mempunyai gejala sakit perut. Kalau tidak segera diobati, akan berdampak buruk padanya,"

"Wah, Dr. Lee begitu mengenal Kak Changbin. Apakah kalian sepasang kekasih? Kalau aku lihat, kalian cocok juga," komentar Seungmin setelahnya, Ia memandang kagum pada Minho yang secara tidak langsung sangat mengetahui soal Changbin.

Dr. Lee tersenyum tipis, begitu terlihat tampan dan bersahaja. Jika senyum itu diperlihatkan pada wanita, bisa dipastikan wanita tersebut akan langsung tidak sadarkan diri. Bangchan mendecih sebal.

"Bagaimana bisa mereka terlihat cocok? Tidak sama sekali menurut ku," timpal Bangchan dengan nada kesal, sedangkan Jisung diam-diam tersenyum mendengarkannya.

"Kami-,"

"Yang Seungmin katakan benar, mereka sangat cocok karena mereka memang sepasang kekasih. Iya kan, Bin? Prof?," Changbin mengerutkan keningnya mendengar perkataan Jisung, begitupun Dr. Lee. Sedangkan Jisung hanya memandang mereka bergantian sambil mengedipkan sebelah matanya, gila batin Changbin.

Mendengar itu membuat Bangchan melebarkan pupilnya, Ia menatap Changbin tak percaya. Begitupun pada Dr. Lee, dan reaksi Daniel tak jauh beda dengan Bangchan.

"Benarkah kalian berpacaran? Syukurlah!!," Ujar Seungmin tampak lega, membuat kerutan pada kening Changbin makin menjadi. Kenapa pula Seungmin tampak begitu bahagia akan dirinya yang berpacaran dengan Dr. Lee, ya walaupun semua itu hanya akal-akalan Jisung.

"Kenapa kau malah yang bersyukur?," Daniel terlihat sangat tidak suka dengan reaksi Seungmin, sedangkan Dr. Lee hanya tersenyum canggung. Jisung membawanya pada situasi tidak mengenakkan, tapi Ia tetap menyukainya. Menjadi kekasih Changbin, walaupun hanya pura-pura.

"Memangnya tidak boleh aku bersyukur? Kak Changbin beruntung mendapatkan Dr. Lee yang terlihat sangat perhatian pada Kak Changbin dan sangat menyayanginya. Aku jadi iri," ujar Seungmin sambil menunjukkan wajah irinya, Jisung mendecih melihatnya. Apa-apaan!

"Lalu kenapa bukan kau saja yang berpacaran dengan Dr. Lee?!," Daniel mencibir, dan benar-benar tak jauh beda dengan Bangchan saat ini. Namun bedanya, pemuda itu sejak tadi memilih diam entah kenapa.

"Sayangnya, Dr. Lee bukan tipe ku," Seungmin mengalihkan pandangannya, menatap Bangchan yang berada disampingnya "aku menyukai pria dengan kulit sangat putih, bertubuh tegap, dan berdarah barat,"

"Kalau begitu menikah saja dengan hantu barat! Mereka bertubuh tegap dan berkulit putih, berdarah barat pula," Jisung menimpali dengan sinis, entahlah Ia hanya tidak menyukai kepribadian Seungmin.

"Berhenti bertengkar, cepat bawa Changbin kerumah sakit!," Bangchan membentak, pemuda itu lalu menghampiri Changbin yang masih terbaring.

"Biar aku saja, dia kekasihku," ujar Dr. Lee, sepertinya pria tampan ini senang memainkan perannya, Jisung dalam hati bersorak gembira.

"Aku sahabatnya! Kau diam saja," Bangchan tidak membiarkan Dr. Lee menyentuh Changbin seakan Dr. Lee membawa penyakit menular untuk Changbin.

"Kalung kan tanganmu pada leherku," perintah Bangchan tanpa melihat pada mata Changbin, pemuda itu tiba-tiba menghindari kontak mata dengan Changbin.

Bangchan menggendong Changbin di depan tubuhnya, tampak tak masalah dengan berat tubuh Changbin. Padahal biasanya pemuda itu akan protes terus menerus.

"Yang erat, atau kau akan jatuh!," Titahnya lagi tanpa memandang Changbin, membuat Changbin leluasa untuk menatap wajah tampan itu dari dekat. Kalau begini, Changbin berharap Ia bisa sakit selama-lamanya agar Bangchan memperlakukannya seperti sekarang.

Tanpa menunggu yang lain, Bangchan segera membawa Changbin keluar. Ia tahu Changbin sedang memandang penuh padanya, namun Ia tidak berniat untuk menghentikan apa yang sedang sahabatnya itu lakukan. Kenyataannya Ia suka ketika Changbin hanya fokus padanya, hanya pada dirinya. Bukan ada Dr. Lee ataupun Daniel, melainkan hanya pada dirinya.

"Jangan lepaskan aku, jangan pernah," ujarnya lagi tanpa melihat pada Changbin, entah apa maksudnya. Mungkin saja Bangchan hanya mengingatkan Changbin untuk terus berpegangan padanya.

Andai saja Changbin sadar, bahwa lagi-lagi untuk pertama kalinya Bangchan tak ingin Changbin pergi darinya.




-tbc-

Mungkin ini bukan tempat yang tepat, tapi gak tau mau luapin dimana lagi

I feel bad for Hanbin :(((

12 Juni 2019

[6]Home | ChanBin | Chan x Changbin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang