🎶 Now Playing : Different - Woodz
Kita terlalu berbeda, aku pada jalan ku dan kau pada jalanmu
Arah dan tujuan kita pun tak searah dan mungkin tak akan pernah searah
Bisakah bersikap lebih jahat padaku?
Agar aku dapat membencimu secara perlahan
Aku harus melepas mu pergi, supaya aku bisa istirahat
Bukannya tak ingin berjuang lebih lama
Aku hanya sadar diri bahwa kita memang berbeda sejak awal"Changbin, maafkan aku oke?! Aku benar-benar tidak bermaksud untuk memciummu, aku hanya ingin memantapkan hatiku, itu saja,"
"Ayolah Changbin, jangan seperti anak kecil. Aku janji akan mentraktir dirimu, biarkan aku masuk!,"
"Changbin, aku benar-benar kedinginan sekarang. Bisakah aku pinjam selimut mu?!!,"
"Changbin, aku rasa aku akan mati kedinginan. Di luar sini benar-benar dingin, tanganku membeku!,"
"Changbin...,"
Suara-suara itu terus terngiang-ngiang di telinga Changbin hingga Ia rasa gendang telinganya bisa rusak. Ia hanya terduduk tepat di belakang pintu kamarnya dengan bersandar disana tanpa melalukan apapun.
Sekian suara itu telah menghilang, Changbin pikir mungkin Bangchan benar-benar telah pergi, hingga suara ketukan pada pintu kamarnya kembali terdengar membuat Changbin was-was.
Tok.. tok..tok..
"Bin?," Changbin dapat bernafas lega karena bukan suara Bangchan yang Ia dengar, maka dari itu Ia segera membukakan pintu kamarnya untuk seseorang yang baru saja mengetuk pintu kamarnya.
Daniel, pria itu lah yang kini berdiri di hadapan Changbin, dengan membawa sesuatu pada tangannya.
"Ada apa Kak Dan?," Changbin tidak sadar jika suara yang keluar dari bibirnya terdengar parau, khas seseorang habis menangis. Dan Daniel tidak mungkin tak menyadari hal yang sangat jelas itu.
"Kau kenapa?," Daniel balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan Changbin, sebelah tangannya yang bebas itu beralih pada wajah Changbin yang jejak-jejak air matanya masih kentara walaupun cahaya tak begitu terang di sekitar mereka.
"Tidak, aku tadi ketiduran," Changbin ini pembohong yang sangat buruk, dan Daniel bukan orang bodoh yang bisa begitu saja percaya.
"Katakan padaku, kau kenapa?," Changbin menggeleng sebagai jawaban, Ia memandangi lantai.
"Baiklah kalau aku terlalu memaksamu, tapi kumohon jangan membuat ku khawatir. Aku hanya ingin tahu brengsek mana yang membuatmu menangis," Daniel mengangkat wajah Changbin dengan telunjuknya dan ibu jarinya pada dagu Changbin.
"Bawang, aku menangis karena bawang. Tadi aku memasak," sanggah Changbin lagi " Tadi kau bilang, kau ketiduran, Bin,"
Daniel menghela nafas "bisa tidak untuk melihat pada mataku?,"
"Kau butuh pelukan?," Changbin menggeleng "Tidak, aku baik-baik saja,"
"Baiklah," lalu Daniel segera merengkuh Changbin, menghangatkan tubuh pemuda itu dari dinginnya udara malam.
Changbin terkesiap, namun Ia sama sekali tak berniat untuk berontak. Ia hanya terlalu lelah untuk sekedar berdebat. Changbin menutup matanya kala Daniel mengusap punggungnya, juga kepalanya untuk menenangkan dirinya dan saat itu juga bening hangat milik maniknya kembali jatuh.
"Dengarkan aku Bin, mulai saat ini kau adalah tanggung jawabku. Jangan tanyakan apa alasannya, aku hanya merasa aku harus melindungimu. Maka dari itu jangan membuat aku khawatir seperti sekarang, kau membuat ku kehilangan akal," ujar Daniel kemudian, makin mengeratkan pelukan dirinya pada Changbin.
💮
Disisi lain, di waktu yang sama seseorang pria berkulit putih nyaris pucat yang tengah menyesap rokoknya sambil mengeratkan denim jaket yang menyatu dengan tubuhnya itu berjalan dalam diam.
Dirinya terus saja menendang sesuatu apapun yang ada di depannya dengan sembarangan, tidak mau tahu kalau sewaktu-waktu apa yang Ia lakukan itu dapat mengenai orang lain.
Ia tengah dalam perjalanan menuju hotelnya, namun Ia memilih untuk jalan kaki daripada naik taksi. Ia merasa sangat frustasi pada masalah yang tengah Ia hadapi, yang dimana Ia sendirilah penyebab masalah tersebut.
"Kalau tahu akan berakhir seperti ini, aku tidak akan sudi menghabiskan uangku untuk pergi kemari. Kenapa pula aku jauh-jauh mendatangi Changbin, dasar bodoh kau Chan," makinya pada diri sendiri, segumpal asap rokok yang Ia hisap mengepul di udara.
Sebenarnya Bangchan bukanlah seseorang yang suka merokok, Ia melakukan itu hanya jika ada alasan tertentu saja. Dan saat ini adalah kejadian yang menjadi alasan tertentu nya.
Rasa dari rokok itu Bangchan gunakan untuk menghilangkan rasa dari bibir Changbin yang beberapa waktu lalu baru saja Ia rasakan.
Bangchan menyentuh bibirnya, lalu bayangan soal bentuk bibir Changbin, tekstur, dan juga rasanya kembali Bangchan ingat. Kalau boleh jujur, Bangchan dengan mengakui bahwa bibir Changbin benar-benar tipe nya. Bibir bagian atas sedikit tipis, dan bawah cukup tebal pun warna pink merona milik pemuda itu tampak begitu cantik.
Bukan hanya itu, Bangchan tidak tahu bahwa rasa dari bibir Changbin begitu manis, hingga Bangchan berpikir bahwa Ia harus mencoba bibir itu lagi namun Bangchan menepis pikiran bahwa Ia candu akan bibir Changbin. Yang benar saja, aku masih normal batin Bangchan.
Juga tekstur dari bibir Changbin yang lembut dan kenyal, membuat Bangchan berpikir bahwa dia ingin terus mengigit benda berwarna pink tersebut "ehh,, tunggu dulu! Tadi bibirnya sempat aku gigit tidak, ya?!" Bangchan berbicara pada dirinya sendiri.
"Ahh!! Tidak-tidak, kenapa kau mempunyai pikiran seperti itu Chan!! Changbin itu pria sama seperti mu!," Bangchan dengan segera menggelengkan kepalanya, membuat orang-orang yang berlalu lalang dan berpapasan dengannya menatap pemuda itu heran dan takut, orang gila pikir mereka. Hingga-
Bruukk!!
Bangchan dengan sigap menahan tubuh seseorang yang hampir jatuh ke belakang karena bertabrakan dengannya, beruntung karena reflek nya yang baik pemuda yang kini tengah memegang kedua pundaknya itu tidak jadi jatuh.
"Kau tidak apa-apa?," Tanya Bangchan kemudian masih dalam posisi yang sama, seakan Bangchan tengah mencoba mencium pemuda yang tengah Ia peluk pinggangnya itu.
"Y-ya terima kasih," pemuda manis itu tampak sangat terkejut, Ia lalu segera melepaskan diri dari Bangchan.
"Maaf, aku tadi tidak memperhatikan jalan hingga menabrak mu," ucap pemuda manis itu, Bangchan tersenyum maklum.
"Tak apa, kau orang Korea?," Pemuda itu mengangguk "ya, kau juga?," Lalu Bangchan ikut mengangguk sambil tersenyum tampan.
"Baiklah, lain kali hati-hati. Oh ya, siapa namamu? Aku Bangchan, panggil saja Chan. Siapa tahu di masa depan, kita bertemu lagi," tampak pemuda manis itu tersenyum tipis, tak seperti sebelumnya Ia tampak begitu takut pada Bangchan. Bangchan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan pemuda itu.
"Aku Kim Seungmin, panggil saja Seungmin. Baiklah, semoga dimasa depan kita bisa bertemu lagi," pemuda bernama Seungmin itu menyambut uluran tangan Bangchan, lalu ikut tersenyum manis pada pemuda itu.
Bangchan benar-benar tampan, pikirnya.
-tbc-
Dia bangsat ya :')
07 Juni 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
[6]Home | ChanBin | Chan x Changbin [✓]
FanfictionCOMPLETED!! Book 1 = End ✓ Book 2 = End ✓ I don't wanna let you go like this I don't want to be scared with a broken heart I'm the place you can come to You're the place I can go to Cause I'm your home home home home Cause I'm your home home home ho...