Sechsundzwanzig - Lieb Mich Genug

938 128 40
                                    

🎶 Now Playing : Love Me The Same - Jessica Jung



Aku tahu, aku tidak akan bertanya tentang hatimu lagi
Tak ada yang ku inginkan di dunia
Lebih dari cintamu
Jadilah sinar bintangku dan bantu aku untuk bersinar
Dan aku tahu aku tahu
Sekarang inilah awal bagi kita
Ketika waktu berlalu dan segalanya semakin sulit
Kemudian sayang, akankah
kamu mencintaiku sama seperti ini
Bahkan jika hanya ada kita di dunia
Akankah kamu mencintaiku
Sama seperti ini
Aku melihatmu yang menatapku
Aku ingin memelukmu
Apa yang kamu lakukan?
Sekarang bukan waktunya
Jujurlah
Jangan bermain-main
Karna aku tidak bisa melakukan ini selamanya
Katakan padaku terus terang
Di mana kamu sebenarnya, aku tidak bisa menahannya
Aku ingin mendengarnya
Saat ini, hatimu




Ruangan yang besarnya tak seberapa itu begitu tenang, sedangkan sang empunya tengah berbaring di kasur yang tak cukup empuk miliknya sama sekali tidak tertidur, Ia hanya berbaring tanpa berniat memejamkan matanya yang sebenarnya mengantuk namun enggan menutup. Ia pun bingung, tidak ada yang Ia pikirkan namun kenapa ada rasa yang mengganjal?

'Huuhhh' terdengar suara helaan nafas lelah dari bibirnya, tubuhnya yang tadinya telentang kini Ia miringkan ke samping kanan, menangkap benda tipis bernama smartphone di atas nakas yang sejak beberapa waktu lalu hanya diam saja.

Ia mencoba memejamkan mata, menidurkan dirinya sendiri agar tak makin terlarut. Sialnya ketika Ia menutup mata, sosok seseorang yang satu harian ini tidak Ia dengar kabarnya berputar-putar di otak layaknya sebuah film.

"Ayolah Changbin, berhenti memikirkan itu," Ia menggerutu, sungguh Ia sangat mengantuk namun Ia sama sekali tidak dapat tertidur.

"Merindukan ku ya?," Ia membalikkan tubuhnya ketika mendengar suara seseorang yang benar-benar Ia rindukan, senyuman terkembang setelah melihat orang yang Ia dambakan sejak tadi kini tengah berdiri tak jauh darinya, walaupun kurangnya pencahayaan namun masih dapat Ia lihat dengan jelas wajah tampan itu tersenyum padanya.

"Tidak," kilahnya seolah tak peduli, padahal di dalam hati kini tengah bersorak gembira, sedangkan seseorang tersebut terkekeh lalu segera mengambil tempat di sisi si pemilik ranjang, memeluk pinggang ramping itu erat menyalurkan kehangatan yang Ia punya.

"Kalau aku sangat merindukanmu," si pria berambut cokelat berbicara pelan, sedikit teredam sebab Ia menenggelamkan wajahnya pada punggung Changbin, entah untuk alasan apa.

"Ada apa?," Changbin tahu ada yang tidak beres, tak biasanya Bangchan bersikap seperti sekarang. "Tidak ada apa-apa," Bangchan menjawab lirih, helaan nafas lolos dari bibir Changbin.

"Lalu kenapa kau tidak memasuki kelas hari ini? Kesiangan?," Changbin merasakan kepala Bangchan mengangguk, "Kau kesiangan, dan tidak mengabariku? Padahal aku menunggumu di kantin karena kau bilang akan makan bersama. Kau dan Jisung tiba-tiba saja menghilang seperti angin," Changbin melanjutkan.

"Maafkan aku, setelah bangun siang aku dan Jisung harus pergi ke suatu tempat dan aku tak sempat mengabarimu karena ponselku ketinggalan," Bangchan mengangkat wajahnya, lalu makin mendekap Changbin sambil menyandarkan kepalanya di ceruk leher Changbin.

"Kau habis pergi ke kelab? Kau bau alkohol," Bangchan menunjukkan cengirannya walaupun tak dapat Changbin lihat. "Jisung yang memaksaku,",

Changbin memutar tubuhnya menghadap Bangchan, kini keduanya saling bersitatap di bawah minimnya intensitas cahaya, walaupun begitu masing-masing permata berwarna indah klasik itu tetap saja mampu menusuk hati.

"Chan, kau pernah bilang padaku untuk mempercayai mu kan?," Sebelah tangan Changbin menyambangi wajah tampan milik sahabat karibnya itu, Bangchan mengangguk lalu memejamkan matanya menikmati hangatnya permukaan tangan Changbin pada wajahnya.

"Maka dari itu aku mohon padamu untuk selalu jujur padaku, aku tidak akan memaksamu untuk bercerita. Namun setidaknya beritahu padaku bahwa kau baik-baik saja, aku tidak ingin melihatmu kesusahan," dada Chan terpompa mengeluarkan oksigen, cokelatnya memperhatikan wajah yang belakangan ini Ia kagumi, Ia rindukan bahkan jadi favoritnya.

"Aku baik-baik saja," rasanya seakan jantung Changbin anjlok dari tempatnya, baru pertama kali Ia melihat cokelat itu begitu khawatir, sendu, juga entah perasaan apa yang tercampur menjadi satu.

"Baguslah, lebih baik kita tidur. Besok pagi-pagi sekali aku harus bertemu Dr. Lee," Changbin segera memejamkan matanya, tangannya yang tadi berada pada wajah Bangchan itu Ia singkirkan dari sana, namun tak sempat menjauh sebab meraih jemari itu untuk digenggam.

"Changbin, jadi kekasihku ya," kelopak mata yang terpejam itu lambat laun terbuka, hatinya mencelos mendapati iris indah itu memandang lembut pada pekatnya. Bangchan-nya telah banyak berubah.

"Kenapa tiba-tiba? Bukankah kau bilang tidak ingin terburu-buru," Bangchan menggeleng sambil tersenyum tipis, "Tidak, hanya saja aku ingin memilikimu walaupun belum sepenuhnya. Aku ingin memiliki hak atas dirimu,"

Changbin tersenyum tipis, samar terlihat air mukanya merona merah juga terasa panas. Ia masih tak habis pikir kenapa masih bisa merasa tak karuan seperti ini ketika ditatap oleh Bangchan. Ia bahkan tak mampu memperkirakan seberapa besar rasa cinta yang Ia punya untuk Bangchan.

"Tanpa kau tanyakan pun kau sudah tau bahwa kau memang lah mempunyai hak atas diriku, tidak perlu menanyakan itu lagi Chan," Bangchan terkekeh, Ia mengangguk setuju, "Kau benar, aku hanya ingin memastikan,"

"Berhenti bicara dan tidurlah, hari sudah larut," menyembunyikan rasa malunya Changbin segera menutup matanya, setelah ini Ia yakin dapat tidur dengan nyenyak, obat tidurnya kini tengah bersamanya kan.

"Selamat malam," setelah mengatakan itu Bangchan mengecup kening Changbin sejenak, memberikan suatu ketenangan pada Changbin juga pada dirinya. Setidaknya kini pikirannya hanya tertuju pada Changbin semata.

💮

"JISUNG!! JISUNG!!," klinik hewan yang biasanya tenang itu tiba-tiba terdengar riuh sebab salah satu pegawainya kini tengah berlarian menuju ke salah satu ruangan pada klinik tersebut dengan langkah ringan yang lebih seperti melompat layaknya sebuah balon. Ayolah, sejak kapan Ia bertingkah seperti anak kecil begini.

Yang jadi objek peneriakan hanya bisa menggeleng pasrah sambil menunggu si oknum peneriak masuk ke dalam ruangannya.

"JISSUNGGG!! AKU PUNYA BERITA BAIKKK," demi apapun jika Jisung tidak ingat yang berteriak itu adalah sahabat karibnya tersayang mungkin entah apa yang akan terjadi pada mulut si oknum peneriakan. Pintu ruangannya terbuka menampakkan seonggok daging yang bernyawa tersenyum sumringah menghampiri dirinya.

"Berita baik apa? Kau menemukan pacar Gyu? Atau kau berhasil menamai seekor anak anjing dengan benar?," Sahabatnya itu mengerucut bibir mendengar perkataan Jisung, walaupun begitu Ia tetap menghampiri Jisung dan menarik tangan sahabatnya itu agar Jisung berdiri dari duduknya.

Lelaki itu - Changbin - lalu memeluk Jisung erat, membuat si sahabat tentu saja mematung akibat tindakan tiba-tiba itu. Ini bukan pertama kalinya Changbin memeluknya, namun Changbin terbilang jarang malah hampir tidak pernah memeluk dirinya jika bukan pada saat-saat tertentu.

"Kau tau Sung, Chan memintaku menjadi kekasihnya. Akhirnya-akhirnya dia menyatakan cintanya padaku!!!," Adu Changbin semangat, begitu kentara dari nada suaranya bahwa Ia begitu bahagia. Wajah Jisung yang awalnya terdiam itu perlahan tersenyum tipis, kerja kerasnya terbayar juga ternyata.

"Lalu, kau menerimanya atau tidak?," Jisung bertanya lirih, sungguh Ia ikut senang melihat Changbin bahagia. "Tentu saja, ini yang sejak dulu aku tunggu!!," Jawab Changbin riang.

"Syukurlah, setidaknya aku telah berhasil membuat mu bahagia. Walaupun bukan bersamaku," Ia mengatakan kalimat terakhirnya itu di dalam hati sebab tak ingin Changbin mendengarnya. Biarkan Ia menyimpan itu sendirian.




-tbc-

Berapa banyak hati yang terluka...

19 Juli 2019

[6]Home | ChanBin | Chan x Changbin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang