Acht - Erster Versuch

1.7K 262 142
                                    

🎶 Now Playing : Missing You - BtoB

Satu langkah pertama, biarkan aku melupakanmu
Satu langkah pertama, biarkan aku mengabaikan bayangmu
Satu langkah pertama, biarkan aku menghapus namamu dari hatiku
Satu langkah pertama, biarkan aku tak menyimpan lagi senyuman manis mu
Satu langkah pertama, biarkan aku menyerah untukmu
Lalu tak akan ada lagi tangis untukmu
Tak akan ada lagi luka untukku
Itu bukan sebuah tujuan, melainkan harapan
Karena aku harap setelah ini, semuanya akan berjalan baik-baik saja
Aku untuk diriku, dan kau untuk dirimu

Waktu berlalu begitu cepat, namun walaupun begitu bagi pemuda berkulit pucat dan berambut ikal berwarna pirang waktu seakan tidak bergerak. Satu bulan bagaikan satu tahun baginya, dan hal itu membuatnya frustasi.

Ia menidurkan kepalanya diatas meja, sudah berjam-jam Ia melakukan posisi itu tanpa berniat untuk bergerak dan melakukan hal lain.
Keberadaannya sekarang bukan di dalam ruang kantornya, melainkan milik seseorang yang kini tengah jauh dari jangkauannya. Seseorang yang membuatnya kehilangan gairah hidup selama hampir satu bulan lebih sejak ditinggal pergi.

"Bisa gila aku," gumamnya, Ia kembali mengacak rambutnya frustasi. Ia bahkan tidak tahu kenapa Ia merasa benar-benar kosong seperti sekarang.

"Kau sudah gila sejak dulu, kenapa baru sadar," sebuah suara penuh dengan olokan membuat telinga Bangchan terasa gatal, Ia tahu siapa orang tersebut.

"Diam kau bangsat, aku sedang tidak ingin bertengkar," dapat Bangchan rasakan seseorang tersebut duduk dihadapannya, namun Ia lagi-lagi tak ingin peduli.

"Aku sebenarnya ingin memberitahu mu sesuatu, tapi sepertinya kau tengah sibuk ya,"

"Ya aku tengah sibuk, sekarang pergilah kau. Aku malas mendengar ocehannya," tangannya Ia hempaskan di hadapan temannya itu, Jisung. Mengisyaratkan bahwa Ia mengusir Jisung.

"Ah, benarkah? Sayang sekali, padahal aku ingin bercerita soal Changbin. Pagi ini dia meneleponku," kepala yang tadinya tertidur di meja itu secepat kilat mendongak, matanya yang tadi tampak lesu kini berbinar hanya karena kata 'Changbin'. Oh ayolah Chan, kau terkena karma.

"Tidak-tidak, aku sedang tidak sibuk. Kau bisa bercerita selama apapun, akan aku dengarkan," senyum tipis terulas di wajah Jisung.

"Tidak-tidak, aku tidak ingin menganggu waktu sibukmu. Aku akan pergi sekarang," Jisung pura-pura bangkit dari duduknya, dan seperti yang Ia duga Bangchan segera menarik tangannya, menahan dirinya.

"Tidak, aku sedang tidak sibuk sama sekali. Ayolah, aku akan mendengar mu bercerita," Jisung kembali duduk, Ia lalu dengan segala lagaknya mengeluarkan ponsel dari saku kemejanya, mengoperasikan benda tersebut sebentar lalu menghadapkan layarnya ke wajah Bangchan.

Bangchan yang tadinya tersenyum lebar, tiba-tiba saja senyumnya hilang kala melihat layar pada ponsel Jisung. Disana terlihat jelas seseorang yang dimana adalah sahabatnya tengah di rangkul oleh pria lainnya yang tidak Ia kenal.

"Siapa pria itu?," Tanyanya pada Jisung, segera Ia alihkan pandangnya tak ingin memandang foto tersebut lebih lama.

"Changbin bilang padaku itu adalah seniornya, tampan bukan? Lihat, wajahnya juga terlihat ramah. Begitu kentara kalau orang ini memperlakukan Changbin begitu baik, ini pertama kalinya aku melihat Changbin cepat akrab dengan orang lain," Jisung bukan tanpa alasan mengatakan hal tersebut, Ia ingin melihat reaksi Bangchan.

"Cih, tampan kau bilang? Wajahnya terlihat tua, kalau bicara soal ketampanan maka itu adalah aku," Jisung menyeringai, Ia lalu pura-pura melihat foto itu kembali. Membandingkan antara Bangchan dan pria yang ada di foto tersebut.

"Tidak, menurutku dia lebih tampan. Apalagi gigi kelinci nya, itu menambah nilai lebih. Changbin benar-benar beruntung jika dia bersama pria ini. Changbin bahkan tidak keberatan dirangkul begitu," Jisung lagi-lagi menunjukkan foto tersebut, membuat Bangchan adalah caranya untuk membantu Changbin.

Bangchan mau tak mau kembali memperhatikan foto tersebut, pandangan nya tertuju pada wajah seseorang yang sudah lama tak Ia lihat. Ia menggunakan kacamata, jas putih yang tampak kebesaran, juga jangan lupakan kaos dan celana hitam yang Ia pakai. Benar-benar tidak ada yang berubah. Lalu maniknya tertuju pada senyum itu, senyum yang biasa Bangchan lihat dari wajah itu. Senyum yang entah kenapa baru Ia sadari terlihat manis itu.

"Ingin ku tunjukkan sesuatu yang lebih mengejutkan Chan?," Bangchan melihat pada Jisung, alisnya bertaut melihat senyum tak biasa dari wajah Jisung.

Pemuda berwajah mirip tupai itu kembali menggeser-geser layar ponselnya, seperti mencari sesuatu. Setelah ketemu, kembali Ia hadapkan pada wajah Bangchan.

"Coba kau lihat perbedaan senyum Changbin antara kedua foto ini," Bangchan sebenarnya tak mengerti apa yang dikatakan Jisung, namun tetap Ia ikuti perintah temannya itu.

Di situ dua foto bersandingan, di satu sisi foto Changbin dengan seniornya tadi, dan sisi lainnya adalah foto dirinya sedang merangkul Changbin. Seperti kata Jisung, Ia memperhatikan senyuman Changbin. Lalu ketika Ia mendapatkan sesuatu, dirinya langsung tertegun. Lagi-lagi Jisung menyeringai lebar, berhasil batinnya.

"Tau apa yang aku maksud?," Bangchan mengangguk polos.

"Ternyata dia benar-benar menyukaiku," terbesit nada rasa bersalah pada kalimat yang Bangchan ucapkan, Jisung segera mengantongi ponselnya kembali.

"Sudah kukatakan padamu Chan, Changbin itu tulus padamu. Perasaannya itu murni, aku mohon jangan aku sakiti dia," Bangchan terdiam, kepalanya lalu terngiang-ngiang oleh sosok Changbin.

"Jika alasanmu tidak ingin menerima perasaannya karena kau takut orang-orang mengolok mu, takut akan pandangan orang-orang terhadap hidupmu, semua itu tidak akan berakhir. Jangan pikirkan perasaan orang lain, tapi pikirkan perasaanmu. Karena ini adalah hidupmu," lanjut Jisung dengan penuh penekanan di setiap kalimatnya, Ia bukan ingin menghasut Bangchan atau bagiamana. Jisung hanya ingin membantu Bangchan menyakinkan perasaannya.

"Baiklah, biarkan aku bertanya padamu. Tolong jawab dengan jujur Chan. Bagaimana perasaan mu saat melihat Changbin dirangkul oleh orang lain selain dirimu?,"

Bola mata Bangchan bergerak ke segala arah, Ia dengan lirih menjawab "aku tidak suka,"

"Apa yang kau rasakan setelah Changbin tidak ada disini selama satu bulan lebih?,"

Bangchan terdiam sebentar, Ia tengah merangkai kata yang tepat yang sesuai dengan keadaan hatinya.

"A-aku merasa seperti ada yang hilang. Aku sangat ingin melihatnya, mencubit pipinya seperti biasa. Aku benar-benar ingin melakukannya hingga aku rasa, aku bisa gila," Jisung menghela nafas, raut lega begitu kentara di wajahnya. Dalam hati Ia bersorak penuh kemenangan.

"Kau menyukainya Chan, apalagi yang kau ragukan?,"

-tbc-

Ada yang bisa nebak siapa sosok pria bergigi kelinci yang akan jadi rival Chan?

Clue : he's sweetest man in the world.... :')

28 Mei 2019

[6]Home | ChanBin | Chan x Changbin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang