🎶 Now Playing : Voice - Taeyeon
Dapatkah kau mendengarnya? Iya, itu adalah suaraku
Dapatkah kau merasakannya? Iya, itu adalah kehadiranku
Dapatkah kau mengingatnya? Iya, itu adalah namaku
Dapatkah kau mengembalikan hatiku? Iya, semua perasaan yang aku punya kini hanya untukmu
Salahkah jika aku ingin menjadi satu-satunya nama dihatimu?
Egoiskah jika aku ingin kau hanya mengingat namaku ketika kau termenung?
Jahatkah jika aku tak mau ada orang lain mendekatimu selain diriku?
Ini suaraku, suara hatiku
Ini suaraku, berulang kali memanggil namamu
Aku mohon berbalik lah
Lihat aku, tatap mataku, pertimbangkan perasaan ku
Ini yang terakhir kalinya, sebelum aku berhenti
Berhenti untuk berdiri untuk menunggu kedatangan mu
Berhenti untuk menunggu balasan atas perasaan ku
Berhenti memanggilmu, dengan suara hatiku
Yang mungkin takkan pernah kau dengarChangbin kini termenung di halaman kosong di belakang gedung rumah sakit, berhadapan dengan Universitas khusus jurusan kedokteran hewan Blaue Rose tempat dirinya sekarang merambah ilmu. Tidak sendirian, Ia ditemani sebatang rokok yang terselip di belahan bibir tebal namun mungil berwarna baby pink miliknya. Sebuah kebiasaan yang tidak banyak orang tahu, bahkan Bangchan dan Jisung. Terlebih memang Changbin bukan pecandu rokok, maka dari itu Ia jarang merokok jika bukan pada saat-saat tertentu dimana Ia butuh sebuah pelarian. Ya seperti sekarang ini, disaat Ia tidak tahu harus mengadu kemana, maka rokok ini adalah pengobatnya.
"Ya Tuhan, ingin mati saja rasanya," lirih Changbin setelah Ia menghembus asap yang berasal dari rokok itu, wajahnya tampak biasa saja ketika asap-asap rokok itu mengepul dihadapan wajahnya. Entah bagaimana reaksi Bangchan atau Jisung jika tahu bahwa sahabat mereka yang tidak pernah neko-neko ini ternyata bisa merokok juga.
"Sadarlah Changbin, kalaupun Chan bukan gay jika yang mendekatinya pria manis seperti Seungmin pasti Chan bisa tergoda juga. Berbeda dengan kau yang bar-bar dan tidak ada kesan manis sama sekali," Changbin lagi-lagi mengeluh, pundaknya merosot makin jadi ketika Ia dengan bodohnya membandingkan antara dirinya dengan Seungmin. Ia berulang kali memukul bagian luar jantungnya yang terasa sesak.
"Jika diibaratkan dengan cacing tanah dan belatung, maka Seungmin cacing tanah dan aku belatungnya. Menyedihkan," sekali lagi Changbin merendahkan orang dirinya sendiri. Ia menghela nafas panjang dan berat, rasa sesak di dada makin mencekik tenggorokannya. Lagi-lagi kandungan nikotin itu Changbin hisap dalam-dalam, lalu menghembuskan asap jahatnya pelan-pelan.
"Boleh aku tahu sejak kapan kau merokok?," Changbin terkesiap kala seseorang mengagetkan dirinya, kepalanya menoleh dan pupilnya seketika melebar ketika melihat siapa orang yang baru saja menegurnya.
"Sejak kapan kau disini, Prof?," Yang ditanyai belum menjawab, malah mengambil tempat di sisi Changbin yang duduk diatas rerumputan yang masih terasa basah walaupun hari sudah siang.
"Sejak kau mengoceh soal ingin mati? Lalu, kapan kau akan melaksanakannya?," Changbin memandang aneh pada pria yang kini duduk disebelahnya. Ya Tuhan mau berapa banyak lagi rahasia yang Ia punya diketuai oleh orang ini, begitulah yang ada di dalam kepala Changbin.
"Ingin membantuku mengakhiri hidup? Aku muak dengan kehidupan menyebalkan ini," Changbin lalu menghisap rokok nya kembali, tak lagi mau ambil pusing dengan keberadaan Dr. Lee disampingnya sekarang.
Dr. Lee memandang Changbin, memperhatikan Changbin yang tengah tenggelam dengan pikirannya yang Ia tahu tengah berkecamuk itu. Dr. Lee ikut membuang nafasnya pelan, kerlingan mata yang tajam itu tak pernah beralih dari wajah Changbin yang terdapat kesedihan yang begitu kentara.
"Daripada membantu mu mengakhiri hidup, kenapa kita tidak mengakhiri hidup bersama?," Setelah mengatakan itu, batang rokok yang terselip di bibir Changbin diambil alih oleh Dr. Lee, dan seperkian detik kemudian benda tersebut sudah berpindah ke belahan merah milik Dr. Lee. Changbin lagi-lagi melotot, itu rokokku!!
Dr. Lee menghisap benda tersebut begitu dalam, rasa dari bibir Changbin begitu terasa pada pemuja rokok yang kini berasa dibibir nya. Ia memejamkan matanya, lalu keduanya terbuka kala Ia mencoba mengebulkan asap rokok tersebut.
Changbin yang kesal karena miliknya dicuri, memeriksa sakunya untuk mengambil kembali sebatang rokok dan sebuah korek api. Lalu dengan santainya menyalakan benda tersebut, Dr. Lee lagi-lagi memandang Changbin.
"Ini milikku," ujar Dr. Lee sebelum Ia merampas rokok yang ada di tangan Changbin kembali, dan Changbin memandang Dr. Lee tidak terima.
"Kak Minho! Itu rokokku!!," Changbin berteriak sebal, bukannya takut atau apa Dr. Lee malah mengulum senyumnya. Bagaimana tidak, Changbin memanggil namanya, dan itu adalah sesuatu yang jarang sekali Changbin lakukan padanya.
"Kau sekarang memanggil namaku? Bagus, aku suka," Dr. Lee tersenyum lebar, sedangkan Changbin kini bibirnya maju beberapa senti kedepan "ih!! Jangan mengganti topik ya! Jangan ganggu aku kalau kau tak bisa membantu!!,"
Dr. Lee menghela nafas, Ia yang tadinya duduk tidak berhadapan dengan Changbin kini mengganti posisinya menjadi menghadap pemuda itu. Lalu kedua tangannya memegang pundak Changbin, diperlakukan seperti itu membuat alis Changbin menyatu heran.
"Dengarkan aku, kau dan Seungmin itu berbeda. Kau ya kau, Seungmin ya Seungmin. Kalian itu berbeda, maka dari itu tidak sepatutnya kau membandingkan dirimu dengan dia. Siapa bilang kau itu belatung? Kau itu ibarat ulat bulu. Banyak orang yang takut padamu, namun ketika kau menyentuh seseorang yang kau inginkan, maka 'rasa' dari dirimu akan membekas pada diri orang itu. Begitulah dirimu Changbin, kau memang tidak berwajah semanis Seungmin, tidak berbicara selembut dia, tidak mampu membuat Chan untuk melihat padamu," Dr. Lee berhenti sejenak, hitamnya yang sedikit keabu-abuan itu memandang Changbin dalam, bahkan untuk berkedip saja Ia tak mau. Ia ingin perasaan yang Ia berikan lewat matanya ini dapat sampai dengan baik pada Changbin, karena apa yang Ia katakan benar-benar berasal dari relung hatinya paling dalam.
"Tapi ada banyak hal yang membuat mu lebih unggul dari Seungmin, bahkan Seungmin jauh berada dibawah mu. Setidaknya walaupun Chan tak dapat melihat apa itu, ada seseorang yang mampu melihatnya. Ada seseorang yang selalu melihat padamu, selalu ingin menjadi tempatmu mengadu dan berkeluh kesal, selalu menunggumu berbalik lalu melihatnya. Seseorang itu adalah orang yang mampu melihat sisi lain dari dirimu, sisi lain yang tidak banyak orang tahu," Dr. Lee tersenyum tipis, kedua tangannya yang berada di pundak Changbin mengelus pelan daerah tersebut pelan.
"Jadi, berhenti merendahkan dirimu sendiri. Bagaimana bisa kau tidak bersyukur akan dirimu ketika orang lain malah memujamu. Mungkin memang bukan orang yang kau harapkan melihat padamu, tapi setidaknya ada hati yang mengagumi mu. Berhenti bersedia, suatu saat apa yang kau alami ini akan ada timbal baliknya. Kau hanya perlu bersabar," setelah mengatakan kalimat panjang lebar pada Changbin, Dr. Lee mengelus pucuk kepala pemuda itu. Ia tersenyum lebar pada Changbin, benar-benar meneduhkan siapapun yang melihat senyuman itu.
Sedangkan Changbin tak tahu harus berbuat bagaimana. Mendengar itu dari Dr. Lee membuat dirinya sadar, bahwa Ia butuh perhatian. Ia benar-benar butuh diperhatikan, Ia butuh sesuatu yang dapat mengerti dirinya tanpa perlu Ia jelaskan. Seperti Dr. Lee yang tak pernah bertanya akan apa masalahnya, dan selalu mengatakan sesuatu yang dapat menyenangkan hatinya. Lagi-lagi Changbin menyayangkan kenapa hatinya ini tak mampu melirik pria yang tengah tersenyum padanya ini, yang sudah jelas-jelas memiliki kepribadian lebih baik dari si brengsek seperti Bangchan.
Dr. Lee itu sempurna, benar-benar sempurna untuk seseorang seperti dirinya. Terlalu sempurna hingga tak perlu lagi disempurnakan oleh apapun. Mungkin itulah alasan kenapa Ia tak bisa melihat Dr. Lee seperti Ia melihat pada Bangchan.
Sedangkan Bangchan, adalah seseorang yang punya banyak kekurangan sama sepertinya. Maka dari itu Changbin berniat untuk melengkapi kekurangan Bangchan dengan kekurangan yang Ia miliki. Dengan begitu kesatuan antara Bangchan dan dirinya membentuk sebuah kesempurnaan, yang Ia yakin siapapun tak akan punya. Namun semua itu hanya angan-angan Changbin saja, dan Ia sedikit banyaknya masih berharap angan-angan itu berubah jadi kenyataan.
-tbc-
GAK BOLEH OLENG MINBIN YA MBAK-MBAK!! :') aku hampir oleng juga soalnya :')
Kepalaku sakit liat Changbin makin kesini makin imut :') ih gemes!!
20 Juni 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
[6]Home | ChanBin | Chan x Changbin [✓]
FanfictionCOMPLETED!! Book 1 = End ✓ Book 2 = End ✓ I don't wanna let you go like this I don't want to be scared with a broken heart I'm the place you can come to You're the place I can go to Cause I'm your home home home home Cause I'm your home home home ho...