Cuaca bertambah dingin dimalam hari. Dan itu semakin menyiksa Sehun.
Laki-laki berdarah campuran Korea-Amerika ini, sangat benci cuaca dingin. Bukan tanpa alasan. Itu karena, banyak sekali kejadian menyakitkan dimasa lalu, pada cuaca dingin. Salah satunya adalah, kepergian ayahnya. Lagi-lagi, Sehun hanya bisa menyesap whinsky untuk menghangatkan tubuhnya.Dia menatap langit malam ini yang cukup indah. Meskipun dingin, akan tetapi rembulan bersinar dengan terang dan bintang-bintang gemerlapan menghiasi seisi langit. Cukup romantis jika aku memiliki pasangan. Dengan cepat Sehun langsung menggelengkan kepalanya. Bisa-bisanya dia berpikiran seperti itu. Mungkin karena terbawa perasaan melihat pasangan-pasangan disekitar.
Dipagi hari, ketika mood nya sedang bagus. Dari dalam mobilnya, Sehun melihat pasangan yang bergandengan tangan, menyebrangi jalan. Tapi Sehun tidak peduli.
Kemudian disiang hari. Dia melihat karyawannya, yang tertangkap basah sedang berciuman di tangga darurat. Saat itu, Sehun terburu-buru karena panggilan dari Ibunya, dan kebetulan lift nya sedang eror. Jadi terpaksa, dia harus melewati tangga darurat. Sehun masih tidak peduli dengan hal itu. Dia hanya mengingatkan, kalau bermesraan harus tahu tempat. Dengan kata lain, kasihanilah jomblo sepertinya, jika harus melihat adegan panas seperti itu.
Setelah itu, dia pulang kerumah keluarganya. Guna menyambut anggota baru. Firasatnya, buruk. Dan benar saja, dia disindir habis-habisan oleh kakak nya. Pria tiga anak itu memamerkan betapa bahagianya memiliki pasangan. Tidak seperti Sehun. Bukan hanya itu, Ibunya pun ikut-ikutan menggoda dan mendesak, supaya anaknya segera menikah.
Dan undangan itu dari Davidson. Mekbuatnya jadi semakin terbawa perasaan. Sehun merutuki pikirannya, yang menginginkan namanya serta wanitanya terukir indah di undangan itu. Wanita mana yang pikiran Sehun maksud. Jelas-jelas dia jomblo. Ah wanita. Dia jadi teringat sekretaris Davidson.
"Sepertinya aku pernah melihat wajah itu. Tapi dimana?" Mata Sehun menerawang keatas. Dia membayangkan lagi wajah sekretaris Davidson. Cantik. Pantas saja banyak pria tergila-gila padanya. Lagi-lagi Sehun menggelengkan kepalanya. Dia hendak mengingat wajah tak asing itu. Tapi isi kepalanya malah mengomentari penampilannya.
"Cuaca dingin memang menyebalkan" Sehun segera meninggalkan balkon kamarnya. Karena kulitnya sudah menggigil. Dia tidak ingin sakit. Karena nanti, pekerjaannya menumpuk.
***
"Mom, Dad, I'm home" Teriakan Cleosa terdengar melengking, ketika memasuki rumah orang tuanya, di Washington. Dia rela menempuh waktu empat jam demi orang tuanya. Karena, besok adalah hari libur. Jadi, dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk berkunjung. Dan Cleosa akan menghabiskan liburan itu, di kota kelahirannya. Dia benar-benar rindu Washington, yang penuh kenangan.
"Cley oh my God. I miss you" Rachel segera memeluk anak semata wayangnya dengan penuh kerinduan. Sudah anak punya satu, pergi meninggalkan rumah pula.
"Mom, aku lebih merindukan mu. Dimana Daddy?" Ucap Cleosa setelah melepaskan pelukannya.
"Daddy lembur. Dia akan pulang satu jam lagi. Kau sudah makan?" Cleosa menggeleng. Wajahnya dia buat sesedih mungkin. Dia rindu masakan ibunya.
"Oh putri ku. Kau mandilah. Mommy akan siapkan hidangan istimewa untuk mu" Saat itu juga, wajah Cleosa berseri. Kemudian, dia memeluk ibunya lagi dan mencium pipi nya."Okay mom. Kau selalu jadi yang terbaik. I love you" Rachel menggelengkan kepalanya. Putrinya ini sudah tidak muda lagi. Tapi lihatlah, sikapnya seperti anak berusia lima tahun. Sangat manja.
***
Sehun merutuki panggilan dari ponselnya, yang menggagalkan niatnya untuk tidur. Padahal, dia hampir terlelap jika saja ponsel itu tidak berdering. Dengan gerakan malas, dia ambil ponsel itu tanpa melihat nama kontak nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLEOSA
FanfictionKetika dia mengatakan semua keluh kesah nya secara tidak sadar, entah mengapa aku merasa seperti bertemu dengan takdir ku. "Kita diposisi yang sama" "Cleosa Winston. Kau mau menikah dengan ku?" Semuanya terjadi begitu saja, hingga aku sadar bahwa p...