23. I See The Light

2.4K 211 36
                                    

Dulu sekali, ketika Cleosa menginjak usia remaja. Dia mempunyai mimpi untuk kelak bisa kencan romantis dengan pangeran berkuda putih nya disekitar menara eiffel. Dan sekarang, saat usianya menginjak dua puluh tujuh tahun, impian itu terwujud. Bukan dengan pangeran berkuda putih, melainkan dengan pangeran bermobil mewah yang mempunyai aset hampir diseluruh dunia. Dialah Sehun Klein, laki-laki yang beberapa hari lalu telah resmi menjadi suami nya.

Mata Cleosa berbinar seraya memandangi setiap sudut kota Paris yang saat ini sedang dia pijaki.

"Ini bukan mimpi kan?" Sehun terkekeh mendengarnya. Kemudian, dia segera meraih wajah Cleosa dan menarik pipi nya dengan kuat hingga sang pemiliknya meringis.

"Sakit Sehun!" Eluh Cleosa seraya melepas paksa tangan Sehun. Dia mengerucutkan bibirnya---pura-pura kesal dengan Sehun.

"Aku hanya membuktikan kalau kau tidak sedang bermimpi" Sehun sedikit mengulas senyum nya hingga membuat wajah Cleosa memanas. Cukup lama mereka bertemu pandang hingga akhirnya Sehun memutuskan eye-contack nya dengan sang istri.

Dia mengalihkan pandangan nya pada menara eiffel yang ada di depan nya. Menara yang yang dirancang oleh Gustave Eiffel yang kini menjadi ikon global negara Prancis, terlihat begitu indah dan sangat memanjakan mata ketika dilihat pada malam hari. Cahaya kuning sedikit orange yang terpancar dari menara, membuat suasana menjadi lebih romantis. Terlebih lagi jika datang berkunjung dengan pasangan. Cuaca dingin pun akan terasa hangat. Seperti yang Sehun rasakan saat ini. Dalam keheningan malam yang tercipta diantara dirinya dengan Cleosa, Sehun tersenyum. Bersyukur pada sang kuasa karena telah membuatnya sebahagia ini.

Berbeda dengan Sehun yang hanyut dalam suasana kota Paris. Cleosa malah kesal. Awal nya memang senang karena Sehun mengajak nya kemari. Tapi, kenapa tidak ada hal romantis sama sekali yang dilakukan pria itu? Lihatlah! Memegang tangan saja tidak! Benar-benar tidak sesuai ekpektasi nya. Sialan.

Cleosa melirik Sehun sejenak. Tidak berubah, pria itu masih mengabaikan nya. Kemudian dia mendengkus seraya melipat kedua tangan nya didada.

"Suasana nya romantis sekali. Sangat disayangkan kalau datang sendirian" Ujar nya dengan lantang.

"Benar. Untung nya bukan kita" Sehun terkekeh. Fokusnya masih belum teralihkan.

Cleosa berdeham. "Maaf? Kita siapa ya? Aku datang sendirian" Baru saat itulah Sehun memandang Cleosa. Mata nya memicing.

"Kau mengigau, Cley?"

"Maaf, kau tahu nama ku dari mana, sir?" Cleosa menampilkan wajah nya sedatar mungkin. Biar saja, memang nya enak diabaikan ditempat romantis seperti Paris?

Menghembuskan nafas. Sehun terkekeh ketika menyadari sesuatu. Lalu, dia berjalan ke belakang---menghampiri sekelompok musisi jalanan yang sedang beristirahat sembari memakan roti panggang.

"Maaf mengganggu waktu istirahat kalian. Tapi, aku perlu bantuan kalian" Ucap Sehun.

Lalu, salah satu pria yang Sehun yakini adalah pemimpin nya, bangkit menyambut Sehun dengan senang.

"Tidak apa sir. Memang nya bantuan seperti apa yang kau butuhkan?"

Mata Sehun menatap wanita yang saat ini sedang diam mematung---beberapa meter darinya. "Kau lihat wanita itu" Lalu, mata pria tadi mengikuti arahan dari Sehun.

"Dia istri ku. Sangat cantik. Tapi sayang nya dia sedang merajuk" Pria yang Sehun ajak bicara tersenyum seraya mengangguk paham tentang apa yang Sehun maksud.

"Lagu apa yang akan kau persembahkan untuk wanita mu, sir?" Sehun menarik sudut bibirnya keatas. Kemudian dia membisiki laki-laki tadi.

"Ah, baiklah"

CLEOSA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang