Happy Reading... Typo Komentari...
Hari sudah mulai sore, Antha, Bryan dan Steve masih melanjutkan perjalanan menuju ke hilir sungai demi menemukan penduduk dari Kerajaan Grinlee. Hingga saat matahari sudah menghilang merekapun dihadang oleh sesuatu, "Hei! Bukankah itu Ballack?" tanya Steve menatap makhluk hitam dan besar dihadapannya, "Mana?" tanya Bryan tidak percaya.
"Lihatlah!" seru Steve dengan menggoyangkan bahku Bryan.
"Apa kamu percaya Antha?" tanya Bryan kepada Antha, "ini adalah Ballack terbesar yang pernah aku lihat" ujar Antha serius.
"Benarkah?!" ujar tidak percaya Bryan yang kini akhirnya menatap makhluk itu yang tengah menyeringai, "apa yang harus kita lakukan?" tanya Steve.
"Dalam hitungan ketiga kita harus menyerangnya, tapi tidak dengan kemampuan kita" ujar Antha yang tengah siap menggenggam sesuatu ditangannya, "dengan apa?" tanya Steve yang sedikit cemas.
"Ambil pedangmu!" bentak Bryan sedikit kesal.
"Satu, dua, Tiga!" hitung Antha dan dia pun dengan segera pergi menuju ke arah Ballack itu.
"Jangan biarkan tubuh kalian tubuh kalian tersentuh oleh makhluk itu!" seru Antha yang kini dia adalah orang pertama yang menyerang, "Hyaa!" seru Antha mencoba menebas makhluk yang berukuran satu banding 10 dari tubuhnya itu.
"Huft!" Antha menghindari serangan dari makhluk itu dengan cepat, hingga akhirnya Bryan langsung menebas kaki-kaki hitam tak berbentuk itu.
"Lihatlah, cahaya itu" ujar Steve ketika kaki-kaki hitam itu terpotong dengan mengeluarkan cahaya berwarna warni, "cahaya itu adalah cahaya yang selalu diserap oleh Putri Steny" ujar Bryan. Ketika makhluk itu sedikit kesakitan, Antha pun segera melangsungkan penyerangannya, namun tiba-tiba.
"Serang!!" seru seorang wanita, dengan ratusan anak panah yang muncul tiba-tiba dan mengenai Ballack itu, "Apa ini?" tanya Steve sedikit kebingungan, ketika Ballack itu terkena anak panah itu akhirnya Ballack itupun pergi meninggalkan tempat itu.
"Sial!" kesal Antha yang gagal menghabisi makhluk itu.
"Kalian! Apakah baik-baik saja?" tanya seorang wanita dengan berjalan ke arah Bryan dan Steve, wanita itu tampak begitu gagah dengan senjata yang dibawanya, rambut hitamnya dibiarkan terurai dengan alaminya.
"Kami baik-baik saja" jawab Bryan kepada wanita itu, sedangkan Steve langsung menghampiri Antha yang tampaknya merasa kesal.
Namun ketika Steve menghampiri Antha, Antha langsung menghampiri wanita itu.
"Hei! Hei! Seru Steve ketika Antha berlalu pergi, "Kenapa kamu menghalangiku!!" bentak Antha ke arah wanita itu, dengan sigap Bryan langsung menghalangi Antha, "Karena tidak ada yang dapat mengalahkan Ballack itu!" ujar wanita itu keras.
"Aku bisa mengalahkannya" ujar Antha dengan emosinya itu.
"Antha sudahlah, kamu tidak boleh bertindak seperti ini" ujar Bryan mencoba menenangkan Antha, namun "menyingkirlah!" bentak Antha dengan mendorong Bryan cukup keras, akhirnya Bryanpun nyaris terjatuh kebelakang.
"Antha! Tenanglah!" ujar Steve yang tiba-tiba serius dari belakang.
"Jangan ikut campur Steve!" bentak Antha, "Apa maksudmu?! Apa maksudmu aku tidak boleh mencampuri urusanmu? Apa?!" tanya Steve yang kini emosinya tersulut.
"Ini masalahku! Kamu tidak seharusnya mencampurinya" ujar Antha yang masih emosi.
"Byuarrrr!!!" tiba-tiba gelombang Air datang secara tiba-tiba, membuat Antha dan Steve langsung hanyut terbanga gelombang air itu, "Sialan!" ujar Antha ketika gelombang itu surut dan dia terjatuh ke tanah.
"Bryan! Apa-apaan kau ini!" tidak terima Steve yang sama halnya dengan Antha.
"Itulah akibatnya jika kalian bertengkar, aku tidak segan-segan menyerang kalian" ujar Bryan dengan tegasnya itu, sedangkan wanita itu tampak sedikit bingung apa yang terjadi dengan ketiga pria yang tengah mengalami konflik itu.
"Siapa namamu?" tanya Bryan kepada wanita itu, "Cellia" jawab wanita itu.
"Maafkan kami, mereka sedang terbawa emosi" ujar Bryan memberitahu kepada wanita bernama Cellia itu.
"Duarr!" tiba-tiba saja dari atas Bryan sebuah petir mencoba menyambarnya, namun untungnya Bryan tangkas dalam hal itu, "apa-apaan kau ini Steve!" teriak Bryan kepada Steve yang menggunakan kemampuannya itu.
"Kamu yang pertama kali menyerangku, itu hanya sekedar balasan" ujar Steve dengan tersenyum devil itu, "inilah yang dinamakan pembalasan!" teriak Antha dan "Syurr!!" Antha menembakkan Lava panas dari mulutnya, membuat Steve seketika menghindar.
"Awas!" ujar Bryan yang langsung membawa Cellia naik ke atas pohon dengan loncatan yang cukup tinggi itu, "Antha! Steve! Berhentilah!!" teriak Bryan. Kemdian tidak beberapa lama, disekitaran pohon para peri memunculkan wujudnya, namun sayangnya peri itu tidak lagi menjadi seorang peri seutuhnya, karena kekuatan ajaib mereka telah diambil oleh Ballack.
"Apakah itu peri?" tanya Steve saat melihat sekumpulan wanita dengan beberapa pria yang memiliki teling runcing, baju mereka terbuat dari berbagai daun dengan rambut yang cukup beragam.
"Ya kami memang peri!" teriak salah satu peri yang tampak arogan dengan wajahnya yang menyeramkan itu, "Oh, pemarah" ujar Steve merespon peri itu.
"Hello!" sapa Bryan kepada wanita disampingnya dengan posisi yang masih berada dibatang pohon, "hello juga!" sapa Balik Cellia dengan tersenyum.
"Apakah kalian yang memberi pesan melalui burung-burung itu?" tanya Antha tanpa basa basi lagi, mendengar hal itu Cellia langsung terjun ke tanah dan segera menghampiri Antha.
"Ya, itu benar. Kami membutuhkan bantuan" ujar Cellia dengan raut wajah sedikit memelas itu, "jika kalian membutuhkan bantuan, lalu kenapa kalian menghalangiku untuk menghabisi makhluk itu!" ujar Antha emosi.
"Itu bukanlah cara yang benar" Cellia menjawab, "lalu apa yang kalian butuhkan?" tanya Antha lagi.
"Para penduduk di Kerajaan Grinlee" jawab Cellia lagi, "karena ini berada di Hutan, jadi agak sulit untuk mengumpulkan seluruh penduduk Kerajaan Grinlee. Bukankah begitu?" tanya Bryan.
"Ya, itu benar sekali. Aku hanya dapat mengumpulkan para Peri dengan penduduk lokal setempat, namun diluar sana masih banyak penduduk yang lain" ujar Cellia yang mengharapkan bantuan itu.
"Baiklah, aku akan memikirkan caranya" ujar Antha yang kini beralih lebih tenang tenang.
***
Di sebuah kamar yang cukup luas, seorang wanita dengan rambut Cyan Pink tampak terkulai lemas. Tubuhnya yang terselimuti itu tampak membuatnya seperti orang mati. Namun dibalik itu semua Roh Steny tengah berperang di alam yang sulit untuk ditemukan, dilihat bahkan hanya setitik orang yang mengetahuinya.
"Akan aku pastikan, kamu mati ditanganku!" ujar Multieyes dengan tatapan tajamnya.
"Tidak akan ku biarkan kamu merusak Kerajaanku!" tantang Steny dengan keras. Dia tahu bahwa dia tidak dapat menyerang Multieyes di sana, karena alam itu hanya sebatas alam transparansi dengan kekuatan spiritual tinggi. Tempat itu tempat berbagi energi.
"Tunggu saja!" ujar Multieyes yang langsung menghilang secara cepat itu.
"Lihat saja nanti" ujar Steny yang langsung mengeluarkan cahaya yang amat terang, hingga tidak beberapa lama dirinya pun menghilang. Namun, tidak beberapa lama roh dia berada di suatu tempat.
"Dimana ini?" tanyanya bingung.
***
Sekian lama tidak Up, maaf saya dalam kondisi yang tidak bagus untuk mengeluarkan imajinasi, terlebih Lepi yang selalu error membuat saya harus bersabar dalam penundaan pengetikan. Dan juga saya harus bersiap-siap hingga mencari Pekerjaan.
Terima kasih.
Gentaidenta of Deune official GentaHued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crystal Eyes [END]
FantasySequel dari ~Amazing Eyes Academy~ peringatan!! Baca terlebih dahulu "Amazing Eyes Academy" sebelum cerita ini. Ketika Keturunan Kristal Hitam mencoba mengahancurkan Kerajaan Lozency, Kerajaan yang masih berdiri di Planet Zaverius. Membuat Steny ha...