ADA TYPO, DIMOHON KOMENTAR...
HAPPY READING...
"Lawan kami!!" ucap seorang pria yang kini sudah berada di hadapan Steny dengan teman-temannya yang berjumlah puluhan.
"Sebaiknya kalian menyingkir!" bentak Steny.
"Tidak bisa!" sergah seorang pria.
"aha!!" ucap Steny, setelah Steny mengucapkan hal itu, tiba-tiba sebuah batangan kristal muncul dan membentuk menjadi kurungan kristal pink.
"Apa ini?" tanya seseorang yang kebingungan, melihat batangan kristal yang mengurungnya dan teman-temannya, "maaf, aku tidak punya banyak waktu" ucap Steny yang langsung melangkahkan kakiknya menuju Istana Glace itu.
Antha dan yang lainnya kini sudah berada di pintu masuk kerajaan Glace, dengan sedikit tergesa-gesa karena mereka khawatir dengan Steny yang emosinya sedang berantakan, membuat mereka cemas sewaktu-waktu.
"Ayo cepat, aku merasa ada yang tidak beres" ucap Robby yang merasakan keanehan.
"Memangnya ada apa?" tanya Zeffina yang heran, "seharusnya ada yang menjaga gerbang ini, tapi lihatlah tidak ada seorang pun di sini" ucap Robby dengan melirik ke segala arah untuk mencari para penjaga yang ditugaskannya itu.
"Apa jangan-jangan mereka-- tiba-tiba Robby langsung berlari kearah Istana dengan cepat, membuat mereka semua langsung menatap keheranan, tetapi tiba-tiba Antha ikut berlari sehingga mereka semua akhirnya menyusul Robby dan Antha.
Di dalam Istana Steny mengikuti nalurinya untuk mencari tempat Suci di Istana Glace. Dengan mudahnya dia berjalan di dalam Istana, karena ternyata Istana ini tidak hancur sepenuhnya, masih terdapat barang-barang Istana, bahkan foto-foto serta lukisan turun temurun Raja dan Ratu Kerajaan Glace, masih terpampang di setiap dinding ruangan Singgasana.
"Ini dia!" ucap Steny yang melihat pintu besar berukiran gunung berapi.
"Waw!" ucap Steny ketika dirinya memasuki ruangan itu, ruangan ini tampak menakjubkan, karena suasana dingin, walaupun adanya aliran lava yang begitu merahnya di setiap sudut ruangan. Tempat ini begitu berbeda dengan ruangan Istana Lozency, ruangan ini dipenuhi batu yang di setiap atasnya terdapat kristal merah menyala, bahkan pijakan jalan yang menuju tempat Tongkat diperlukan keberanian, karena di bagian pijakan cahaya lava tampak ingin membakar siapapun yang ingin melewatinya.
"Kembalilah, karena dirimu yang lain sudah mengambilnya" terdengar suara seorang wanita yang tidak ada wujudnya, "Hah! Diriku yang lain? Apa maksudmu, dan siapa kamu?" tanya Steny dengan matanya yang membulat karena terkejut.
"Aku pelindung tempat suci ini, dan dirimu yang lain, kamu harus segera bisa mengendalikannya" suara itu kembali terdengar, "aku berharap kamu mengerti!".
"Bisa kamu tunjukan siapa dirimu?" tanya Steny yang ingin melihat kejelasan dari suara tersebut, "Butuh beberapa hari untukku agar bisa kembali dengan wujud normal, jika kamu ingin menunggu, bisa kamu tunggu aku?" tiba-tiba suara itu terdengar bersahabat.
"Menunggumu? Apa maksudmu?" tanya Steny yang semakin penasaran.
"Sudah ratusan tahun aku terkurung di dalam sini, dan kemarin malam aku merasa kebebasan menghampiriku, saat dirimu yang lain memasuki tempat ini" Suara itu membuat Steny semakin penasaran, "jika aku menunggumu, apa kamu bisa jelaskan maksud dari 'dirimu yang lain?'" tanya Steny, "tentu, aku sudah tidak sabar lagi, bisa bertemu manusia" suara itu yang tampak bahagia, Steny pun hanya bisa ikut tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crystal Eyes [END]
FantasíaSequel dari ~Amazing Eyes Academy~ peringatan!! Baca terlebih dahulu "Amazing Eyes Academy" sebelum cerita ini. Ketika Keturunan Kristal Hitam mencoba mengahancurkan Kerajaan Lozency, Kerajaan yang masih berdiri di Planet Zaverius. Membuat Steny ha...